Pembahasan .1 Skrining Fitokimia Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak
Adapun hasil pengukuran jumlah total kematian larva dapat ditunjukkan dalam tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Jumlah Total Kematian Larva Selama 24 Jam
C ppm Log C Jumlah larva mati tiap
replikasi Rata –
rata kematian
kematian Probit 1 2 3
20 1.3
0 2 1
1 10
3.72 40
1.6 3 1 3
2.33 23.33
4.26 60
1.8 6 5 6
5.6 56.66
5.18 80
2.9 6 6 6
6 60
5.25
100 2
8 8 7 7.6
76.66 5.74
kontrol
-
- -
- - -
- -
Dari persamaan garis linier diperoleh LC
50
sebesar 58.88 ppm Keterangan:
- : tidak ada larva yang mati
4.2 Pembahasan 4.2.1 Skrining Fitokimia Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak
Metanol Daun Benalu Kopi
Berdasarkan hasil skrining fitokimia, diperoleh bahwa ekstrak metanol daun benalu kopi pada golongan flavonoid dengan penambahan FeCl
3
, menunjukkan adanya terbentuk endapan hitam. Pada golongan terpenoid dengan pereaksi
CeSO
4
1 dalam H
2
SO
4
10 menunjukkan adanya pembentukan endapan coklat kemerahan. Pada golongan saponin dengan penambahan akuades, tidak
menunjukkan adanya pembentukkan busa yang stabil saat dikocok. Pada golongan alkaloid dengan pereaksi Wagner, Bouchardat, dan Dragendorf tidak terjadi
perubahan warna sedangkan dengan penambahan pereaksi Meyer tidak terjadi pembentukkan putih kekuningan. Sehingga, ini menunjukkan bahwa ekstrak
metanol daun benalu kopi mengandung senyawa metabolit sekunder golongan flavonoid dan terpenoid.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Uji Toksisitas Ekstrak Metanol Daun Benalu Kopi Menggunakan Metode Brime Shrimp Lethality Test BSLT
Uji BSLT merupakan uji toksisitas yang paling sederhana dengan menggunakan larva Artemia Salina Leach sebagai hewan ujinya. Uji ini dimaksudkan untuk
skrining awal potensi sebagai senyawa antikanker. Larva Artemia Salina Leach yang digunakan berumur 48 jam atau yang disebut dengan nauphilus. Larva
Artemia Salina Leach yang digunakan sebanyak 10 ekor dengan waktu pengamatan 24 jam.
Ditabel 4.2 diatas telah dijelaskan hasil pengujian ekstrak metanol daun benalu kopi terhadap larva Artemia Salina Leach dengan waktu pengamatan 24
jam, dimana hasil pengujian terhadap Larva Artemia Salin Leach dengan konsentrasi 20,40,60,80, dan 100 ppm didapatkn persen kematian larva berturut –
turut 10; 23.33; 56.66; 60; dan 76.66. Untuk kontrol negatif dengan menggunakan pelarut metanol tidak menunjukkan adanya kematian, sehingga
dapat dikatakan bahwa pelarut yang digunakan tidak mempengaruhi pengujian. Kematian larva Artemia Salina Leach disebabkan oleh kandungan
senyawa bioaktif yang terdapat dalam sampel yang diujikan. Senyawa bioaktif tersebut masuk kedalam tubuh larva, yang kemudian bertindak sebagai racun
perut sehingga mengganggu sistem pencernannya. Selain itu, reseptor perasa pada mulut larva juga dihambat sehingga larva gagal mengenali makanannya yang
kemudian menyebabkan kematian Djarijah, 1995. Hasil pengujian menunjukkan bahwa persen kematian Artemia Salina semakin meningkat seiring meningkatnya
konsentrasi sampel yang diujikan dapat dilihat dalam gambar 4.6 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6. Grafik hubungan antara konsentrasi dengan kematian larva Artemia Salina Leach.
Untuk mengetahui toksisitas dari ekstrak metanol daun benalu kopi yang diujikan, dihitung nilai LC
50
menggunakan persamaan regresi linier log konsentrasi x vs probit y pada penelitian ini persamaan regresi linier yang
didapat adalah y = 2,899x – 0,156. Dengan Persamaan tersebut dapat dihitung LC
50
dari ekstrak metanol benalu kopi yang diujikan terhadap larva Artemia Salina Leach.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa ekstrak metanol benalu kopi mampu membunuh 50 populasi larva Artemia Salina Leach dengan konsentrasi
58,88 ppm. Berdasarkan hasil LC
50
yang diperoleh menandakan bahwa ekstrak metanol daun benalu kopi bersifat toksik.
4.2.3Hubungan Senyawa Toksik dengan Aktivitas Antikanker
Larva Artemia Salina Leach memiliki kemampuan berkembang biak yang cepat seperti sel kanker. Kesamaan lain yang dimiliki Artemia Salina Leach adalah
membran kulitnya yang tipis seperti sel kanker. Kandungan senyawa metabolit sekunder yang ada dalam ekstrak metanol daun benalu kopi ini diharapkan
mampu menyebabkan kematian. Adanya kematian larva Artemia Salina Leach tersebut dapat diasumsikan bahwa ekstrak metanol daun benalu kopi yang
diujikan dapat juga menyebabkan kematian pada sel kanker.
20 40
60 80
100
20 40
60 80
100
K e
m a
ti a
n
Konsentrasi ppm
Garfik Kematian Vs Konsentrasi
Universitas Sumatera Utara
Kematian larva Artemia Salina Leach dihubungkan dengan adanya senyawa toksik. Didalam penelitian ini senyawa toksik berasal dari senyawa
metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak metanol daun benalu kopi Loranthus Ferrugineus Roxb.. Berdasarkan uji skirining fitokimia ekstrak
metanol daun benalu kopi mengandung senyawa bioaktif yang dapat larut dalam metanol yaitu flavonoid dan terpenoid. Flavonoid termasuk senyawa polifenol
alam yang mempunyai bioaktifitas sebagai penangkal radikal bebas dan dapat menginhibisi protein karena adanya gugus fenol. Berdasarkan penelitian terdahulu
tumbuhan benalu kopi mengandung flavonoid utama yaitu kuersetin. Kuersetin adalah kelompok flavonol terbesar, kuersetin juga merupakan suatu aglikon yang
apabila berikatan dengan glikonnya akan menjadi glikosida, kuersetin dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa jenis penyakit degenerative dengan cara
mencegah terjadinya proses peroksidasi lemak. Kuersetin memperlihatkan kemampuan mencegah proses oksidasi dari low density lipoproteins LDL
dengan cara menangkap radikal bebas dan mengkhelat ion logam transisi. Senyawa ini dapat beraksi sebagai antikanker pada regulasi siklus sel, berinteraksi
dengan reseptor estrogen ER tipe II dan menghambat enzim tirosin kinase Lamson et al., 2000.
Larva yang 60 tersusun atas protein mati dikarenakan senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, dimana struktur fenol dari flavonoid mampu
menginhibisi aktivitas protein kinase sehingga menghambat jalur transduksi sinyal dari membran sel ke inti sel, dan menggangu proses pencernaan serta
pertumbuhan larva sehingga lama - kelamaan larva mati. Senyawa fenol pada senyawa alam yang dikenal sebagai polifenol dalam konsentrasi tinggibekerja
dengan merusak membran sitoplasma secara total dengan mengendapkan protein sel. Akan tetapi bila dalam konsentrasi rendah , fenol merusak membran sel yang
menyebabkan kebocoran metabolit penting dan menginaktifkan metabolisme pada tubuh larva Carballo,2002. Hal ini dianggap bahwa senyawa flavonoid dapat
bersifat toksik karena menimbulkan kematian pada larva Artemia Salina Leach.
Universitas Sumatera Utara