Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Tentang Diversi

Penulisan skripsi ini juga telah menelusuri judul karya ilmiah melalui media cetak dan elektronik, belum ditemukan penulis lain yang memiliki judul yang sama. Sekalipun ada, hal tersebut merupakan di luar sepengetahuan penulis dan substansinya pasti berbeda karena murni merupakan hasil pemikiran penulis yang didasarkan dari penelusuran dari referensi media cetak maupun media elektronik, sehingga dapat dinyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Tentang Diversi

Definisi menurut Jack E. Byum dalam bukunya Juvenille Deliquency a Sociological Approach, yaitu : Diversion is an attempt to divert, or channel out, youthfull offenders from the juvenille justice sistem diversi adalah sebuah tindakan atau perlakuan untuk mengalihkan dan menempatkan pelaku tindak pidana anak dari sistem peradilan pidana. 15 Pengertian diversi terdapat banyak perbedaan sesuai dengan praktek pelaksanaannya. United Nations Standard Minimum Rules for the Administration of Juvenile Justice butir 6 dan 11 terkandung pernyataan mengenai diversi yakni sebagai proses pelimpahan anak yang berkonflik dengan hukum dari sistem peradilan pidana ke proses informal seperti mengembalikan kepada lembaga sosial masyarakat baik pemerintah atau non pemerintah. 16 15 Marlina, Pengantar Konsep Diversi Dan Restorative Justice Dalam Hukum Pidana, USU Press, Medan, 2010, hal. 10 16 Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice, Op.cit, hal. 17 Universitas Sumatera Utara Diversi adalah suatu pengalihan penyelesaian kasus-kasus anak yang diduga melakukan tindak pidana tertentu dari proses peradilan formal ke penyelesaian damai antara tersangkaterdakwapelaku tindak pidana dengan korban yang difasilitasi oleh keluarga danatau masyarakat, Pembimbing Kemasyarakatan Anak, Polisi, Jaksa atau Hakim. 17 Diversi bertujuan: 18 a. Mencapai perdamaian antara korban dan Anak; b. Menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan; c. Menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan; d. Mendorong masyarakat untuk berpatisipasi; dan e. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak. Tujuan diversi tersebut merupakan implementasi dari keadilan restoratif yang berupaya mengembalikan pemulihan terhadap sebuah permasalahan, bukan sebuah pembalasan yang selama ini dikenal dalam hukum pidana. 19 “Proses pelaksanaan diversi erat kaitannya dengan konsep Restorative Justice yaitu proses penyelesaian tindakan pelanggaran hukum yang terjadi dilakukan dengan membawa korban dan pelaku duduk bersama dalam suatu pertemuan untuk bermusyawarah agar tercapainya suatu kesepakatan.” 20 Umbreit menjelaskan bahwa restorative justice is a victim ceterd response to crime that allows victim, the offender, their familys, and representatives of the 17 Naskah Akademik RUU Sistem Peradilan Pidana Anak, hal. 48 dikutip dari: M.Nasir Djamil, Op.cit, hal. 137 18 Pasal 6 Undang-Undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 19 M.Nasir Djamil, Op.cit, hal. 138 20 http:doktormarlina.htm, Marlina, Diversi dan Restorative Justice sebagai Alternatif Perlindungan terhadap Anak yang Berhadapan dengan Hukum, Pusat Kajian dan Perlindungan Anak PKPA. Diakses pada tanggal 4 Januari 2016 pukul 17.10 wib. Universitas Sumatera Utara community to address the harm caused by the crime keadilan restoratif adalah sebuah tanggapan terhadap tindak pidana yang berpusatkan kepada korban yang mengizinkan korban, pelaku tindak pidana, keluarga-keluarga mereka, dan para perwakilan dari masyarakat untuk menangani kerusakan dan kerugian yang diakibatkan oleh tindak pidana. 21 Pasal 1 angka 6 Undang-undang No. 11 Tahun 2012 menyebutkan, bahwa keadilan restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelakukorban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan. Diversi tidak bertujuan mengabaikan hukum dan keadilan sama sekali, akan tetapi berusaha memakai unsur pemaksaan seminimal mungkin untuk membuat orang mentaati hukum. 22 Diversi sebagai usaha mengajak masyarakat untuk taat dan menegakkan hukum negara, pelaksanaannya tetap mempertimbangkan rasa keadilan sebagai prioritas utama di samping pemberian kesempatan kepada pelaku untuk menempuh jalur non pidana seperti ganti rugi, kerja sosial atau pengawasan orang tua. Tiga jenis pelaksanaan program diversi dilaksanakan yaitu: 23 a. Pelaksanaan kontrol secara sosial social control orientation, yaitu aparat penegak hukum menyerahkan pelaku dalam tanggung jawab pengawasan atau pengamatan masyarakat dengan ketaatan pada 21 Rufinus Hotmaulana Hutauruk, Penanggulangan Kejahatan Korporasi Melalui Pendekatan Restoratif: Suatu Terobosan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 45 22 Marlina, Pengantar Konsep Diversi Dan Restorative Justice Dalam Hukum Pidana, Op.cit, hal. 14 23 Peter C. Kratcoski 2004, Correctional Counseling and Treatment, USA: Waveland Press Inc, hal. 160 dikutip dari: Marlina, Pengantar Konsep Diversi Dan Restorative Justice Dalam Hukum Pidana, Op.cit, hal. 15 Universitas Sumatera Utara persetujuan atau peringatan yang diberikan. Pelaku menerima tanggung jawab atas perbuatannya dan tidak diharapkan adanya kesempatan kedua bagi pelaku oleh masyarakat. b. Pelayanan sosial oleh masyarakat terhadap pelaku social service orientation, yaitu melaksanakan fungsi untuk mengawasi, mencampuri, memperbaiki dan menyediakan pelayanan pada keluarga dan pelaku. Masyarakat dapat mencampuri keluarga pelaku untuk memberikan perbaikan atau pelayanan. c. Menuju proses restorative justice atau perundingan ballanced or restorative justice, yaitu melindungi masyarakat, memberi kesempatan pelaku bertanggungjawab langsung pada korban dan masyarakat dan membuat kesepakatan bersama antara korban pelaku dan masyarakat. Pelaksanaannya semua pihak yang terkait dipertemukan untuk bersama- sama mencapai kesepakatan tindakan pada pelaku. Pelaksanaan diversi melibatkan semua aparat penegak hukum dari lini manapun. Diversi dilaksanakan pada semua tingkat proses peradilan pidana. Prosesnya dimulai dari permohonan suatu instansi atau lembaga pertama yang melaporkan tindak pidana atau korban sendiri yang memberikan pertimbangan untuk dilakukannya diversi. 24

2. Pengertian Tentang Proses Peradilan Pidana

Keadilan yang hakiki adalah nilai-nilai yang sesuai dengan kemanusiaan, peradaban dan kepatutan. Setiap nilai tersebut yang sesuai dengan keadaan, 24 Marlina, Pengantar Konsep Diversi Dan Restorative Justice Dalam Hukum Pidana, Op.cit, hal. 18 Universitas Sumatera Utara tempat, lingkungan, dan waktu dimana masyarakat yang bersangkutan hidup, dirasakan anggota masyarakat benar-benar tepat dan adil. 25 Hukum acara pidana merupakan hukum yang bertujuan untuk mempertahankan hukum materil pidana. Dengan kata lain acara pidana merupakan proses untuk menegakkan hukum materil, proses atau tata cara untuk mengetahui apakah seseorang telah melakukan tindak pidana. Acara pidana lebih dikenal dengan proses peradilan pidana. Menurut sistem yang dianut oleh Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana maka tahapan-tahapan yang harus dilalui secara sistematis dalam peradilan pidana adalah: 26 1. Tahap penyidikan oleh kepolisian 2. Tahap penuntutan oleh kejaksaan 3. Tahap pemeriksaan di pengadilan oleh Hakim 4. Tahap pelaksanaan Putusan eksekusi oleh kejaksaan dan lembaga pemasyarakatan Proses peradilan pidana adalah merupakan suatu proses yuridis, dimana hukum ditegakkan dengan tidak mengesampingkan kebebasan mengeluarkan pendapat dan pembelaan dimana keputusannya diambil dengan mempunyai suatu motivasi tertentu. 27 Wujud dari suatu keadilan adalah di mana pelaksanaan hak dan kewajiban seimbang. Pelaksanaan hak dan kewajiban bagi anak yang melakukan tindak pidana perlu mendapat bantuan dan perlindungan agar seimbang dan manusiawi. 25 Maidin Gultom, Op.cit, hal. 70 26 http:www.negarahukum.comhukumproses-peradilan-pidana.html diakses pada tanggal 25 Januari 2016 pkl. 17.00 wib 27 Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, Op.cit, hal. 71 Universitas Sumatera Utara Perlu kiranya digarisbawahi bahwa kewajiban bagi anak harus diperlakukan dengan situasi, kondisi mental, fisik, keadaan sosial dan kemampuannya pada usia tertentu. Dengan demikian hal-hal di bawah ini perlu kiranya diperhatikan dan diperjuangkan keberadaannya, antara lain: 28 a. Setiap anak diperlakukan sebagai yang belum terbukti bersalah. b. Waktu peradilan anak tidak diselingi oleh peradilan orang dewasa. c. Setiap anak mempunyai hak untuk dibela seorang ahli. d. Suasana tanya jawab dilaksanakan secara kekeluargaan, sehingga anak merasa aman dan tidak takut. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa yang dimengerti anak. e. Setiap anak berhak mendapat perlindungan dari tindakan-tindakan yang merugikan, menimbulkan penderitaan mental, fisik dan sosialnya. f. Setiap anak mempunyai hak untuk memohon ganti kerugian atas kerugian atau penderitaannya Pasal 1 ayat 22 KUHAP. g. Setiap anak mempunyai hak untuk sidang tertutup, hanya dikunjungi oleh orang tua, wali, orang tua asuh, petugas sosial, saksi dan orang-orang yang berkepentingan, mengingat kehormatankepentingan anak dan keluarga, maka wartawan pun tidak dibenarkan ikut serta, kecuali mendapat ijin dari hakim dengan catatan identitas anak tidak boleh diumumkan. h. Para petugas tidak menggunakan pakaian seragam tetapi memakai pakaian bebas resmi. 28 Ibid, hal. 70-71 Universitas Sumatera Utara i. Peradilan sedapat mungkin tidak ditangguhkan, konsekuensinya persiapan yang matang sebelum sidang dimulai. j. Berita acara dibuat rangkap 4 empat yang masing-masing untuk Hakim Jaksa, petugas Bispa 29 dan untuk arsip. k. Jika Hakim memutus perkara anak harus masuk ke Lembaga Pemasyarakatan Anak atau Panti Asuhan, maka perlu diperhatikan hak- haknya. Perampasan kemerdekaan terhadap anak harus merupakan upaya terakhir, dengan satu pengertian perampasan kemerdekaan terhadap anak tidak diperbolehkan dalam hal perampasan kemerdekaan itu justru akan memperkosa hak-hak dasar anak. Hak untuk memperoleh pendidikan, hak untuk memperoleh kasih sayang, hak untuk memperoleh layanan kesehatan, hak untuk memperoleh lingkungan yang bersih dan nyaman dan sebagainya harus tetap dipenuhi. 30 Beberapa faktor pendukung dalam usaha pengembangan hak-hak anak dalam peradilan pidana adalah: 31 a. Dasar pemikiran yang mendukung Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Garis-garis Besar Haluan Negara, ajaran agama, nilai-nilai sosial yang positif mengenai anak, norma-norma deklarasi hak-hak anak, Undang- Undang Kesejahteraan Anak. 29 Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak Bispa dalam Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, sekarang dikenal dengan istilah Balai Pemasyarakatan Bapas. Bapas adalah pranata untuk melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan. Dikutip dari: Wagiati Soetodjo, Op.cit, Cet.ke-4 Edisi Revisi, hal. 45 30 Koesno Adi, Diversi Tindak Pidana Narkotika Anak, Setara Press, Malang, 2015, hal. 115 31 Ibid, hal. 72 Universitas Sumatera Utara b. Berkembangnya kesadaran bahwa permasalahan anak adalah permasalahan nasional yang harus ditangani sedini mungkin secara bersama-sama, intersektoral, interdisipliner, interdepartemental. c. Penyuluhan, pembinaan, pendidikan dan pengajaran mengenai anak termasuk pengembangan mata kuliah Hukum Perlindungan Anak, usaha- usaha perlindungan anak, meningkatkan perhatian terhadap kepentingan anak. d. Pemerintah bersama-sama masyarakat memperluas usaha-usaha nyata dalam menyediakan fasilitas bagi perlindungan anak.

3. Pengertian Anak dan Batas Usia Anak

Pengertian anak tidak pernah terlepas dari batasan usianya untuk membedakannya terhadap orang dewasa, perbuatan serta akibat yang ditimbulkan olehnya, ataupun untuk memberikan perlindungan serta sanksi kepadanya. Pengaturan tentang batasan pengertian dan usia anak itu sendiri dapat diperhatikan melalui peraturan perundang-undangan antara lain: a. Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih di dalam kandungan. 32 b. Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Undang-Undang ini memberikan pengertian anak sesuai dengan kedudukan anak di dalam tindak pidana yang terjadi, yakni: 32 Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak Universitas Sumatera Utara 1 Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana. 33 2 Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 dua belas tahun, tetapi belum berumur 18 delapan belas tahun yang diduga melakukan tindak pidana. 34 3 Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana yang selanjutnya disebut Anak Korban adalah anak yang belum berumur 18 delapan belas tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, danatau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana. 35 4 Anak yang Menjadi Saksi Tindak Pidana yang selanjutnya disebut Anak Saksi adalah anak yang belum berumur 18 delapan belas tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, danatau dialaminya sendiri. 36 c. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 33 Pasal 1 angka 2 Undang-undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 34 Pasal 1 angka 3 Undang-undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 35 Pasal 1 angka 4 Undang-undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 36 Pasal 1 angka 5 Undang-undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Universitas Sumatera Utara Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 delapan belas tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya. 37 d. Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan 1 Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di Lapas Anak paling lama hingga berumur 18 delapan belas tahun; 2 Anak Negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada Negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 delapan belas tahun; 3 Anak Sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh ketetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 delapan belas tahun. e. Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Undang-Undang ini menyatakan, anak yang diperbolehkan untuk memberikan keterangan tanpa sumpah adalah anak yang umurnya belum cukup 15 lima belas tahun dan belum pernah kawin. 38 f. Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun dan belum pernah kawin. 39 g. Konvensi Hak Anak 40 37 Pasal 1 angka 5 Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 38 Pasal 171 butir 1 KUHAP 39 Pasal 1 angka 2 Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Universitas Sumatera Utara Anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku untuk anak-anak, kedewasaan telah dicapai lebih cepat. 41 Batasan usia seseorang dikategorikan sebagai anak dapat dilihat dari tingkatan usia pada gambaran berikut ini, dimana di berbagai Negara di dunia tidak ada keseragaman tentang batasan umur seseorang dikategorikan sebagai anak, seperti: 42 a. Di Amerika Serikat, 27 negara bagian menentukan batas usia antara 8-18 tahun, sementara 6 negara bagian lain menentukan batas umur antara 8-17 tahun, sementara adapula Negara bagian lain menentukan batas umur antara 8-16 tahun; b. Di Inggris, ditentukan batas umur antara 12-16 tahun; c. Di Australia, kebanyakan Negara bagian menentukan batas umur antara 8- 16 tahun; d. Di Belanda, menentukan batas umur 12-18 tahun; e. Di Srilangka, menentukan batas umur antara 16-18 tahun; f. Di Iran, menentukan batas umur antara 6-18 tahun; g. Di Jepang dan Korea menentukan batas umur antara 14-20 tahun; h. Di Taiwan, menentukan batas umur antara 14-18 tahun; i. Di Kamboja, menentukan batas umur antara 15-18 tahun; 40 Rancangan KHA diselesaikan dan naskah akhirnya disahkan dengan bulat oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 20 November 1989, yang dituangkan dalam resolusi PBB Nomor 4425 tanggal 5 Desember 1989. Sejak itulah, anak-anak di seluruh dunia memperoleh perhatian secara khusus dalam standar internasional. Konvensi Hak Anak diratifikasi oleh hampir semua anggota PBB, termasuk Indonesia yang meratifikasi KHA berdasarkan Kepres Nomor 36 tanggal 25 Agustus 1990. Dikutip dari: Hadi Supeno, Op.cit, hal. 33 41 Pasal 1 Konvensi Hak Anak 42 Nashriana, Op.cit, hal. 9 Universitas Sumatera Utara j. Di Negara-negara ASEAN lain, antara lain: Filipina 7-16 tahun; Malaysia 7-18 tahun; Singapura 7-18 tahun Batasan usia juga dapat dilihat pada dokumen-dokumen Internasional seperti: 43 a. Task Force on Juvenile Deliquency Prevention, menentukan bahwa seyogyanya batas usia penentuan seseorang dikategorikan sebagai anak dalam konteks pertanggungjawaban pidananya ditetapkan usia terendah 10 tahun dan batas antara 16-18 tahun; b. Resolusi PBB 4033 tentang UN Standard Minimum Rules for the Administration of Juvenile Justice Beijing Rules 44 menetapkan batasan anak yaitu seseorang yang berusia 7-19 tahun; c. Resolusi PBB 45113 45 hanya menentukan batas atas 18 tahun, artinya anak adalah seseorang yang berusia di bawah 18 tahun. Berdasarkan Konvensi Hak Anak, hak-hak anak secara umum dapat dikelompokkan dalam 4 empat kategori hak-hak anak, antara lain: a. Hak untuk kelangsungan hidup The Right To Survival yaitu hak-hak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup The Right of Live dan hak untuk memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan sebaik- baiknya. 43 Ibid 44 Beijing Rules juga disebut sebagai “Peraturan-Peraturan Minimum Standar Perserikatan Bngsa- Bangsa mengenai Administrasi Peradilan Anak”. Ketentuan ini disahkan melalui Resolusi Majelis PBB Nomor 4033 tanggal 29 November 1985 dikutip dari: Hadi Supeno, Op.cit, hal. 82 45 Havana Rules merupakan Resolusi PBB Nomor 45113, hasil Sidang Pleno PBB ke-68 tanggal 14 Desember 1990, berisi “Peraturan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perlindungan Anak yang Dic abut Kebebasannya”, yang merupakan pelengkap Beijing Rules. Dikutip dari: Hadi Supeno, Op.cit, hal. 86 Universitas Sumatera Utara b. Hak terhadap perlindungan Protection Right yaitu hak-hak dalam konvensi hak anak yang meliputi hak perlindungan dari diskriminasi, tindak kekerasan dan keterlantaran bagi anak yang tidak mempunyai keluarga bagi anak-anak pengungsi. c. Hak untuk tumbuh kembang Development Rights yaitu hak-hak anak dalam konvensi Hak-Hak Anak yang meliputi segala bentuk pendidikan dan hak untuk mencapai standar hidup bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, dan sosial anak The rights of standart of living . d. Hak untuk berpartisipasi Participation Rights , yaitu hak-hak anak yang meliputi hak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak. 46 Batasan usia anak memberikan pengelompokan terhadap seseorang untuk kemudian dapat disebut sebagai seorang anak. Yang dimaksud batas usia adalah pengelompokan usia maksimum sebagai wujud kemampuan anak dalam status hukum, sehingga anak tersebut beralih status menjadi usia dewasa atau menjadi seorang subjek hukum yang dapat bertanggung jawab secara mandiri terhadap perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindakan hukum yang dilakukan anak itu. 47 Anak sebagai input penduduk, ahli waris dan pemegang nasib bangsa, juga ikut menentukan lajunya proses pembangunan nasional di segala bidang. Dalam pembangunan hukum, anak harus dikondisikan secara awal untuk memahami 46 M.Nasir Djamil, Op.cit, hal. 14-16 47 Maulana Hasan Wadong, Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2000, hal. 24 Universitas Sumatera Utara akan hak dan kewajibannya masing-masing baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 48

F. Metode Penelitian