Kedudukan Perempuan Minangkabau Bundo kandung Dalam Adat

100 pengaruh perempuan minangkabau dalam pembuatan kebijakan di Nagari Pauah dengan batasan masalah bagaimana pengaruh perempuan minangkabau dalam pembuatan peraturan nagari Pernag di Nagari Pauah.

A. Kedudukan Perempuan Minangkabau Bundo kandung Dalam Adat

Minangkabau Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam rangka menganalisis dan mengeksplorasi perempuan minangkabau bundo kanduang dalam adat minangkabau di Nagari Pauah Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Sumatera Barat, maka dilakukan wawancara dengan tokoh adat perempuan yaitu Bundo Kanduang di Nagari Pauah. Bundo kanduang adalah panggilan terhadap kaum perempuan menurut adat minangkabau, bundo berarti ibu dan kanduang berarti sejati.Bundo kanduang berarti ibu sejati yang memiliki sifat keibuan dan kepemimpinan. Narasumber Ibu Pasmawati Bundo Kanduang di Nagari Pauah mengatakan: “Bundo Kanduang di minangkabau berarti seluruh perempuan yang sudah berkeluarga dan menganut agama islam, sedangkan perempuan yang belum berkeluarga disebut dengan Puti Bungsu. 104 Dalam gurindam bundo kanduang diungkapkan sebagai berikut: 105 Pusek jalo kumpulan tali Limpapeh rumah nan gadang Umban puruak pagangan kunci 104 Hasil Wwawancara dengan Ibu Pasmawati Bundo Kanduang Nagari Pauah pada tanggal 24 Februari 2016 pukul 16.30 Wib. 105 Ny. Ir. Raudhah Thaib. 2000. Bungo Rampai Pengetahuan Adat Minangkabau. Padang: Lembaga Kerapatan Adat Minangkabau Sumatera Barat. hal 186. Universitas Sumatera Utara 101 Sumarak dalam nagari, hiasan di dalam kampuang Ka undang-undang ka Madinah Ka payuang panji ka sarugo Maksudnya Limpapeh rumah nan gadang mengisyaratkan bahwa bundo kanduang atau perempuan minangkabau itu bersifat tenang dan tidak liar artinya seorang wanita tidak suka keluar rumah, tidak suka bergunjing dan tidak suka bertandang, ketenangan seorang wanita itu memberi kesan damai dirumah tangga. Umbun puruak pagangan kunci menunjukan makna yang arif biaksana, hormat, khidmat, capek kaki ringan tangan tidak malas, memiliki sifat mulia, dan menjauhi larangan terutama dalam memegang kendali perekonomian rumah tangga dan keluarganya. Pusek jalo kumpulan tali memiliki makna bahwa sosok ibu memiliki posisi sentral yang sangat menentukan keberhasilan anak dimasa depan, oleh sebab itu bundo kanduang harus memiliki pengetahuan. Sumarak dalam nagari, hiasan di dalam kampuang mengandung makna bahwa kehadiran wanita sebagai simbol dari keindahan, tidak semata-mata dalam pengertian lahiriah saja, hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang mengatakan bahwa “kaum wanita adalah tiang rumah tangga dan negara, kalau baik kaum ibu, baiklah rumah tangga dan negara” al-hadist. 106 Ka undang-undang ka madinah bahwa bundo kanduang itu mampu mendidik anak keturunanya untuk menunaikan ibadah hajirukun islam yang kelima artinya mendidik moral dan pengetahuan dalam meraih cita-cita untuk 106 Narullah Dt. Perpatih Nan Tuo, S.H. M.H. dkk. 2002. Adat Basandi Syara’ Syara’ Basandi Kitabullah. Pedoman Hidup Banagari. Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau LKAAM. Padang: MEGA SARI. hal 21. Universitas Sumatera Utara 102 masa depan, tanggung jawab bundo kanduang dituntut dalam hal tersebut sebab perempuan itu seyogianya memberikan pendidikan dengan perasaan lemah lembut serta dengan penuh belaian kasih dan sayang. Ka payuang panji ka sarugo bundo kanduang itu dapat dan mampu membimbing dan melindungi kaumnya, tentang ilmu pengetahuan agama untuk bekal di akhirat nanti demi untuk dapat menempati tempatnya di sorga kelak. Keberadaan bundo kanduang itu sangat berperan dalam mendidik anak keturunan untuk mencapai masa ke depan yang lebih bahagia yang dilandasi dengan ilmu umum dan ilmu agama akhlak mulia dan moral yang sehat. 107 “….bundo kanduang harus memiliki tujuan dalam menjalani hidupnya, semua sudah diatur dalam adat kita, bundo kanduang itu harus sanggup memelihara dirinya, memelihara anak keluarganya, sanggup memelihara harta pusaka, sanggup melanjutkan kehidupan ekonominya dan menjalankan filsafat adat basandi syarak’, syarak’ basandi kitabullah” A.1. Bundo Kanduang dalam Adat Minangkabau Dalam budaya adat minangkabau, bundo kanduang harus memiliki tujuan menurut adat minangkabau yang diungkapkan oleh narasumber Ibu Djawanis Bundo Kanduang di Nagari Pauah, beliau mengatakan: 108 107 Ibid. hal 22. 108 Hasil Wawancara dengan Ibu Djawanis Bundo Kanduang Nagari Pauah pada tanggal 24 Februari 2016 pukul 15.00 Wib. Seorang Ibu atau bundo kanduang sangat dominan dalam membentuk watak manusiaanak yang dilahirkannya sebagai ungkapan: Kok karuah aia dihulu Universitas Sumatera Utara 103 Sampai ka muaro karuah juo Kok kuriak induaknyo Sakurang-kurangnyo anaknya rintiak Aia cucuran atok jatuahnya kapalimbahan Maksudnya Kok karuah aia dihulu, sampai ka muaro karuah juo pada umumnya keturunan akan menentukan corak dan kelakuan yang pernah dimiliki oleh ibu bapaknya. Kok kuriak induaknyo, sakurang-kurangnyo anaknyo rintiak maksudnya Ibu bapak yang baik akan melahirkan anak-anak yang baik pula dan sebaliknya, dan aia cucuran atok jatuahnyo kapalimbahan maksudnya sifat dan tingkah laku seorang anak itu dipengaruhi oleh pendidikan yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Sedangkan fungsi bundo kanduang yang di atur dalam adat minangkabau diungkapkan oleh narasumber Ibu Kartini Bundo Kanduang di Nagari Pauah, beliau mengatakan: “ fungsi bundo kanduang kanduang dalam adat kita sudah tertuang di dalam gurindam kita, manuruik alua nan luruih, manampuah jalan nan pasa, mamaliharo harato jo pusako, mamaliharo anak-anak dan kaum kerabat….” 109 Maksudnya ialah manuruik alua nan luruih yaitu setiap ketentuan adat minangkabau dan dan agama islam di dalam pergaulan hidup seperti ekonomi, sosial hukum dan sebagainya yang sudah digariskan, yang berdasarkan kepada “alua jo patuik” yang disebut dengan “alua pusaka”, menurut adat minangkabau 109 Hasil Wawancara dengan Ibu Kartini Bundo Kanduang Nagari Pauah pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 16.00 Wib. Universitas Sumatera Utara 104 tidak dapat dimufakati karena merupakan ketentuan alam yang kebenarannya nyata. Pelanggaran terhadap alua pusakoakan menimbulkan akibat yang tidak baik, seperti melanggar kesopanan, mengerjakan maksiat, dan sebagainya. Jadi bundo kanduang berkewajiban untuk menjauhi perbuatan yang tidak menurut alua nan luruih. 110 Manampuah jalan nan pasa menurut adat mengandung makna kiasan yaitu setiap yang harus dilalui untuk sampai ke tujuan, baik dunia maupun akhirat. Mamaliharo harato jo pusako maksudnya harta pusaka menurut adat minangkabau adalah sawah ladang kebun, banda buatan Kolam ikan, pandam pakuburan, serta ulayat lainnya, sebagai sendi rumah tangga dan kaum, semuanya harus dipelihara jangan sampai harta pusaka ini habis atau berpindah hak milik kepada orang lain, kecuali dipergunakan untuk kepentingan umum dengan kata mufakat. Mamaliharo anak-anak dan kerabat dalam arti yang luas adalah merupakan kewajiban dan tugas yang sangat unik serta sangat berat, tetapi suci dan murni dimana bundo kanduang harus bisa menjaga anak dan kerabatnya. 111 a Adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat mandiri dan independent. A.2. Bundo Kanduang Dalam Organisasi Organisasi Bundo Kanduang didirikan pada tanggal 18 november 1974 pada Mubes III LKAAM di Payakumbuh. Adapun sifat dari organisasi ini adalah: 110 Narullah Dt. Perpatih Nan Tuo, S.H. M.H. Op.cit. hal 24. 111 Ibid. hal 25. Universitas Sumatera Utara 105 b Menganut falsafah adat minangkabau yaitu adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato, adat mamakai, alam takambang jadi guru. Dan organisasi bundo kanduang ini berasaskan Pancasila. Organisasi bundo kanduang ini memiliki beberapa tujuan yaitu: a Menghimpun potensi kaum ibu. b Meningkatkan kualitas dan kemampuan sumber daya manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia baru berdasarkan pancasila dan UUD 1945. c Memelihara dan melestarikan adat dan budaya minangkabau. Keanggotaannya: a Kaum ibu minangkabau yang beragama islam. b Wanita yang menjadi istri laki-laki orang minangkabau yang beragama islam. Tetapi pada hakekatnya organisasi bundo kanduang bukanlah organisasi profesi, tetapi sebuah wadah bagi perempuan minangkabau: a Untuk saling memahami tentang keberadaannya sebagai sumarak dalam nagari dan pelanjut serta pemelihara keturunan dan warisan menurut garis matrilineal. Benteng kedepan dan terakhir dalam pertahanan adat dan budaya minangkabau. Universitas Sumatera Utara 106 b Untuk saling menyadari tentang harkat, tugas dan fungsinya ditengah konstelasi adat dan budayanya, terutama dalam menghadapi berbagai perubahan dan tantangan masa depan. c Untuk saling mengingat dan sama-sama berusaha dan mengatasi, bahwa perempuan minangkabau semakin hari tugasnya akan semakin berat, terutama dalam segi pendidikan adat dan budaya, pendidikan akhlak dan agama, bagi anak kamanakan, bagi kaumnya, dan bangsanya, agar keturunan berikutnya dapat melanjutkan dan mengembangkan adat budaya minangkabau dengan baik. Oleh karena itu, bundo kanduang sebagai sebuah organisasi tidak dapat disamakan dengan organisasi wanita lainnya.Organisasi bundo kanduang jauah berbeda baik dalam gerak langkah, program, dan pelaksanaannya sesuai dengan visi dan misinya. A.3 Bundo Kanduang Dalam Masyarakat Dalam undang-undang adat minangkabau kedudukan bundo kanduang adalah sangat kuat dapat dilihat dalam ungkapan yang disampaikan oleh narasumber Ibu Djawanis Bundo Kanduang Nagari Pauah, beliau mengatakan: “….dalam kehidupan bermasyarakat kedudukan bundo kanduang ini di nagari kita sangat kuat, bagaimana penentu garis keturunan, pembentukan prilaku dalam keluarga, sebagai limpapeh dalam rumah gadang, pemilik harta pusaka dan sebagai pemimpin tentunya” 112 112 Hasil Wawancara dengan Ibu Djawanis Bundo Kanduang Nagari Pauah pada tanggal 24 Februari 2016 pukul 15.00 Wib. Universitas Sumatera Utara 107 Pertama, penentu garis keturunan dan pembentukan prilaku. Semua anak yang lahir daripada garis ibu akan memperoleh suku ibu dan tidak menurut suku bapak. Dalam sistem matrilineal, pendidikan dan prilaku anak, termasuk prilaku politik tentunya, lebih kuat dipengaruhi dan diwarnai prilaku dan kebiasaan yang terdapat dilingkungan keluarga ibu. Kedua, limpapeh rumah nan gadang berarti perempuan yang berkedudukan sebagai penguasa rumah gadang rumah besar. Perempuan mempunyai rumah tempat kediaman.Bagi perempuan minangkabau mempunyai rumah adalah perkara pertama dan utama. Pada masa lalu, mamak atau saudara laki-laki di minangkabau tidak akan berpuas hati sebelum mampu membuatkan rumah untuk kemenakan atau saudara perempuannya, walaupun hubungan yang seperti ini sudah agak berubah pada saat sekarang ini, dengan terjadinyaperubahan hubungan pada keluarga batih inti, bapak memainkan peranan besar dan bapak tidak akan puas sebelum bisa membangun rumah untuk anak perempuannya. 113 Kehadiran rumah diminangkabau diisyaratkan dalam fatwa seperti dalam pepatah adat minangkabau “iduik batampek, mati bakuburan, kuburan hiduik dirumah gadang, kuburan mati ditangah padang. Maknanya hidup ada tempatnya, meninggalada makamnya, tempat hidup ialah dirumah besar, tempat berkubur di tengah padang. Ketiga, adalah pemilik harta pusaka, pemilikan harta terutamanya tanah dan apa saja yang terdapat di atas tanah ini, termasuk rumah, adalah milik kaum perempuan. Harta itu berfungsi sebagai sumber 113 Narullah Dt. Perpatih Nan Tuo, S.H. M.H. Op.cit. hal 28. Universitas Sumatera Utara 108 ekonomi.Sumber ekonomi yang diutamakan perempuan adalah sawah, ladang atau kebun, banda buatan atau kolam ikan.Semua harta benda yang terkait dengan tanah itu dimiliki perempuan, sementara laki-laki bertanggungjawab untuk mengurus, mengawas dan memeliharanya untuk kepentingan keluarga matrilineal.Bagi keluarga matrilineal, lelaki adalah tulang punggung yang kuat bagi perempuan dalam arti kata lelaki memainkan peranan dan tanggung jawab untuk menambah harta benda milik keluarga matrilineal itu.Keempat yaitu pemimpin.Bundo Kanduang adalah pengontrol kekuasaan, keputusan apapun yang diambil harus di musyawarahkan dulu dengan bundo kanduang, termasuk keputusan politik. 114 “Sebenarnya terkait dengan bundo kanduang tinggal menunggu eksistensinya, padahal dia sudah diberikan porsinya secara peraturan di nagari, eksistensi sampe sekarang belom ada, dia sudah A.4. Peranan Bundo Kanduang Dalam Nagari Pauah Dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pemerintahan Nagari, bundo kanduang harus mampu menunjukan jati dirinya, memahami fungsi dan tugasnya, untuk membimbing keluarga, masyarakat atau generasi muda dalam membina hidup dalam beradat dan beragama, sehingga tercipta manusiamasyarakat yang berakhlak dan berbudi mulia. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wali Nagari Pauah Bapak Raymon Andesta, beliau mengatakan: 114 Ibid. hal 29. Universitas Sumatera Utara 109 dikasih wadah dan kesempatan tinggal menunggu kiprahnya saja…. ” 115 “….sangat sedikit sekali perempuan yang terlibat di dalamnya, karena perempuan lebih mementingkan masalah dirumah dari pada dinagari itu sendiri, contohnya untuk keperluan anak dan suami…..” Dijelaskan juga oleh narasumber Bundo Kanduang Nagari Pauah yaitu Ibu Djawanis, beliau mengatakan: 116 a Mengembalikan posisi perempuan kedalam kaumnya sebagai leader pemimpin, katalisatorpendamping, pengawal moral, perekat dan pengayom serta memberi arah bagi semua anggota keluarga kaumnya. Untuk itu bundo kanduang harus dapat melaksanakan: b Mengembalikan perempuan sebagai subjek bukan hanya sebagai objek. c Menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa bertanggung jawab serta rasa memiliki sebagai orang yang berada pada tempat yang strategis terhadap pelaksanaan ajaran-ajaran agama, adat, dan budaya. d Menjadikan perempuan sebagai filter sitawa-sidingin dalam meredam berbagai permasalahan dalam masyarakat, yang kini sedang dilanda berbagai dampak negatif, modernisasi dan globalisasi. Dengan Perda tersebut bundo kanduang diharapkan ikut aktif dalam usaha mensukseskan pemerintahan nagari dengan aman, sentosa, rukun, dan damai dengan sistem kekerabatan minangkabau baipa, babisan, bamamak, bakamanakan,, baandan, basumandan, dan babako dan babaki. 115 Hasil Wawancara dengan Bapak Raymon Andesta Wali Nagari Pauah pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 14.00 Wib. 116 Hasil Wawancara dengan Ibu Djawanis Bundo Kanduang Nagari Pauah pada tanggal 24 Februari 2016 pukul 15.00 Wib. Universitas Sumatera Utara 110 Hal tersebut dimungkinkan dengan duduknya unsur bundo kanduang dalam Bamus Badan Musyawarah dalam pemerintahan nagari dan tidak menutup kemungkinan pula bundo kanduang sebagai pimpinan Pemerintahan Nagari atau Wali Nagari. Untuk merebut peluang tersebut tentu tidak akan mudah, namun sangat diperlukan kemampuan dan SDM yang dibarengi dengan penampilan seseorang perempuan minang, yang benar-benar akan dapat menjadi panutan masyarakat.

B. Mengeksplorasi Pengaruh Bundo Kanduang Nagari Pauah Dalam