Gambaran Umum Budaya Matrilineal 1. Sejarah Budaya Matrilineal
73 •
Peraturan Wali Nagari Nomor 02 Tahun 2015 Tentang Pergeseran Anggaran Mendahului Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Nagari Pauah Tahun Anggaran 2014. •
Peraturan Wali Nagari Nomor 03 Tahun 2015 Tentang Penetapan Besaran Biaya Perjalanan Dinas Nagari Pauah Tahun Anggaran 2015
C. Gambaran Umum Budaya Matrilineal C.1. Sejarah Budaya Matrilineal
Sejarah matrilineal secara turun-menurun berdasarkan cerita para tokoh di minangkabau berawal pada masa kepemimpinan Datuk Katumangungan dan
Datuk Parpatiah Nan Sabatang di minangkabau yang kemudian diserang oleh panglima perang kerajaan Majapahit Adityawarman. Majapahit berniat
menyerang daerah minangkabau karena daerah minangkabau terkenal sebagai daerah yang cinta akan perdamaian sehingga tidak memiliki angkatan perang
maupun kepolisian. Karena kerajaan minangkabau memang kerajaan yang tidak menyukai
peperangan dan lebih menyukai cara-cara damai, maka Datuk Katumanggungan berupaya keras mencari cara agar peperangan benar-benar terhindarkan dan tidak
terjadi di bumi minangkabau. Hingga akhirnya Datuk Katumanggungan bersiasat pada saat panglima Adityawarman sampai di bumi minangkabau, maka beliau
tidak akan disambut dengan pasukan dan peperangan, melainkan disambut dengan
Universitas Sumatera Utara
74 keramah tamahan dan akan dipinang untuk dijodohkan dengan adik kandungnya
yang bernama Putri Jamilah.
80
Akhirnya sampailah panglima perang majapahit Adityawarman di ranah minangkabau.Adityawarman yang datang dari daerah jawa merasa kaget dengan
penyambutan yang dilakukan oleh tentara minangkabau.Dirinya merasa heran karena Datuk Katumanggungan justru menyambutnya dengan penuh keramahan
dan rasa persaudaraan, dan bukannya menyambut dengan bala tentara perang. Utusan dari istana Pagaruyung datang menemuinya dan mengatakan niatnya untuk
meminang panglima Adityawarman untuk dinikahkan dengan sang putri dari kerajaan yaitu Putri Jamilah yang merupakan adik kandung dari Datuk
Katumanggungan. Dan tidak hanya itu demi menghindari perang yang dampaknya akan menyesengsarakan rakyat, maka panglima Adityawarman akan diangkat
menjadi raja di minangkabau jika bersedia menikah dengan Putri Jamilah. Tentu saja hal itu membuat panglima Adityawarman terkejut dan langsung menerima
tawaran itu.
81
Melihat gelagat bahwa panglima Adityawarman akan menerima tawaran itu, maka sang Datuk berusaha mencari cara agar keturunan Jamilah nantinya
tetap menjadi orang minangkabau dan agar semua orang tahu bahwa keturunan Putri Jamilah mendapatkan warisan dari kerajaan minangkabau dan bukannya
mendapatkan warisan dari kekuasaan dari Adityawarman. Maka akhirnya
80
Ir. Edison M. S. SH. M.Kn. 2010.Tambo Minangkabau: Budaya dan Hukum Adat di Minangkabau. Bukittinggi: Penerbit Kristal Multimedia. hal 5.
81
Ibid. hal 6.
Universitas Sumatera Utara
75 ditetapkanlah adat batali bacambua yang langsung merubah struktur masyarakat
minangkabau: “Nan dikatokan adat nan batali cambua, iyolah hubungan mamak dengan
bapak, dalam susunan rumah tango, sarato dalam Korong kampuang. Dek Datuak Parpatiah Nan Sabatang, didirikan duo kekuasaan, balaku di ateh rumah
tango, iyolah tungganai jo rajonyo, nan Korong kampuang barajo mamak, rumag tango barajo kali, di rumah gadang batungganai. Dicambua tali malakek”
Yang artinya: “ Adat batali bacambua mengatur hubungan antara bapak dan mamak. Intinya, di dalam rumah tangga terdapat dua kekuasaan, pertama
kekuasaan bapak, kedua kekuasaan mamak, yaitu saudara laki-laki dari pihak ibu.Pemikiran itu dibawa Datuk Parpatiah Nan Sabatang pada musyawarah
dengan cerdik pandai di balairung sari.Menyadari penting perubahan mufakat didapatkan”.
82
Sejak saat itu susunan aturan masyarakat berubah, dahulu bapak mewariskan kepada anak sekarang harus kepada kemenakan.Dahulu suku di dapat
dari bapak, sekarang dari ibu.Ini tidak lebih dari kecerdikan Datuk Parpatih Nan Sabatang dan Datuk Katumanggungan. Dengan datangnya Adityawarman, ia tetap
menginginkan agar kekuasaan tetap berasal dari Datuk Katumanggungan. Dengan waris turun dari mamak, bukan dari bapak ini, nantinya akan memposisikan
Adityawarman tidak lebih dari raja transisi bukan raja sebenarnya dari alam minangkabau. Sebab Datuak Katumanggungan yang menyerahkan kekuasaan
82
Ibid. hal 7.
Universitas Sumatera Utara
76 padanya, dengan sistem adat yang baru, terkesan hanya menitip kekuasaan.Hingga
datang masanya nanti kemenakannya lahir dari perkawaninan Putri Jamilah adiknya dengan Adityawarman.
Cerita tersebut yang secara turun menurun dipercaya oleh masyarakat minangkabau sebagai cikal bakal dari gerakan matrilineal yang masih dijalani
oleh masyarakat minangkabau hingga sekarang dimana garis keturunan dan warisan ditetapkan berdasarkan garis keturunan ibu, dan hak perwalian secara adat
dari seorang anak bukan terdapat pada ayah kandungnya atau ayah biologisnya, melainkan ada pada paman atau saudara laki-laki ibu yang dalam bahasa
minangkabaunya disebut dengan mamak.
83
Sistem Matrilineal adalah suatu sistem yang mengatur kehidupan dan ketertiban suatu masyarakat yang terikat dalam suatu jalinan kekerabatan dalam
garis ibu.Seorang anak laki-laki atau perempuan merupakan klen dari perkauman ibu. Ayah tidak dapat memasukan anaknya ke dalam klen-nya sebagaimana yang
berlaku dalam sistem patrilineal. Oleh karena itu waris dan pusaka diturunkan menurut garis ibu.
C.2. Fungsi Sistem Matrilineal
84
Sistem kekerabatan ini tetap di pertahankan masyarakat Minangkabau sampai sekarang.Bahkan selalu di sempurnakan sejalan dengan usaha
menyempurnakan sistem adatnya.Terutama dalam mekanisme penerapannya di
83
Ibid. hal 8.
84
H. Musyair Zainuddin. 2008. Implementasi Pemerintahan Nagari Bedasarkan Hak Asal Usul Adat Minangkabau. Yogyakarta. Penerbit Ombak. hal 49.
Universitas Sumatera Utara
77 dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu peranan seorang penghulu ataupun
ninik mamak dalam kaitan bermamak berkemenakan sangatlah penting. Bahkan peranan penghulu dan ninik mamak itu boleh dikatakan sebagai
faktor penentu dan juga sebagai indikator, apakah mekanisme sistem matrilineal itu berjalan dengan semestinya atau tidak.Jadi keberadaan sistem ini tidak hanya
terletak pada kedudukan dan peranan kaum perempuan saja, tetapi punya hubungan yang sangat kuat dengan institusi ninik mamaknya di dalam sebuah
kaum, suku atau klennya. Sebagai sebuah sistem, Matrilineal dijalankan berdasarkan kemampuan dan berbagai penafsiran oleh pelakunya; ninik mamak,
kaum perempuan dan anak kemenakan. Akan tetapi sebuah uraian atau perincian yang jelas dari pelaksanaan dari sistem ini, misalnya ketentuan-ketentuan yang
pasti dan jelas tentang peranan seorang perempuan dan sanksi hukumnya kalau terjadi pelanggaran, ternyata sampai sekarang belum ada.Artinya tidak dijelaskan
secara tegas tegas tentang hukuman jika seorang minang tidak menjalankan sistem matrilineal tersebut.
85
Sistem itu hanya diajarkan secara turun-menurun kemudian disepakati dan dipatuhi, tidak ada buku rujukan atau kitab undang-undangnya, pada hakekatnya
tetap dan tidak beranjak dari fungsi dan peranan perempuan itu sendiri.Hal seperti ini dapat dianggap sebagai sebuah kekuatan sistem tersebut yang tetap terjaga
sampai sekarang.Pada dasarnya sistem matrilineal bukanlah untuk mengangkat atau memperkuat peranan perempuan, tetapi sistem itu dikukuhkan untuk
85
Ibid. hal 51.
Universitas Sumatera Utara
78 menjaga, melindungi harta pusaka satu kaum dari kepunahan, baik rumah gadang,
tanah pusaka, dan sawah ladang.
86
Dalam sistem matrilineal perempuan di posisikan sebagai pengikat, pemelihara, dan penyimpan, sebagaimana diungkapkan pepatah adatnya amban
puruak atau tempat penyimpanan.Itulah sebabnya dalam penentuan peraturan dan perundang-undangan adat, perempuan tidak di ikut sertakan.Perempuan menerima
bersih tentang hak dan kewajiban dalam adat yang telah di putuskan sebelumnya oleh pihak ninik mamak.Perempuan menerima hak dan kewajiban tanpa harus
melalui sebuah prosedur apalagi bertahan.Hal ini disebabkan hak dan kewajiban perempuan itu, begitu dapat menjamin keselamatan hidup mereka dalam kondisi
bagaimana pun juga.Semua harta pusaka menjadi milik perempuan, sedangkan laki-laki diberi hak untuk mengatur dan mempertahakannya.
Bahkan dengan adanya hukum faraidh dalam pembagian harta menurut Islam, harta pusaka kaum tetap dilindungi dengan istilah
“pusako tinggi”, sedangkan harta yang boleh dibagi dimasukan sebagai “pusako randah”.
87
Perempuan tidak perlu berperan aktif seperti ninik mamak. Perempuan Minangkabau yang memahami konstelasi seperti ini tidak memerlukan lagi atau
menuntut lagi prosedur lain atas hak-haknya. Mereka tidak memerlukan emansipasi lagi, mereka tidak perlu dengan perjuangan gender, karena sistem
matrilineal telah menyediakan apa yang sesungguhnya diperlukan perempuan.
86
Prof. Mr. M. Nasroen. 1965. Dasar Falsafah Alam Minangkabau. Jakarta: Percetakan Negara. hal 47.
87
Ibid. hal 49.
Universitas Sumatera Utara
79 Para ninik mamak telah membuatkan suatu “aturan permainan” antara laki-laki
dan perempuan dengan hak dan kewajiban yang berimbang antar sesamanya. Oleh karena itulah institusi ninik-mamak menjadi penting dan bahkan
sakral bagi kemenakan dan sangat penting dalam menjaga hak dan kewajiban perempuan.Keadaan seperti ini sudah berlangsung lama, dengan segala kelebihan
dan kekurangannya, dengan segala plus minusnya. Keunggulan dari sistem ini adalah, dia tetap bertahan walau sistem patrilineal juga diperkenalkan oleh islam
sebagai sebuah sistem kekerabatan yang lain pula. Sistem matrilineal tidak hanya menjadi sebuah “aturan” saja, tetapi telah menjadi semakin kuat menjadi suatu
budaya, way of live, kecenderungan yang paling dalam diri dari setiap orang Minangkabau.
88
88
Ibid. Hal 51.
Sampai sekarang pada setiap individu laki-laki minang misalnya, kecenderungan mereka meyerahkan harta pusaka, warisan dari hasil
pencahariannya sendiri, yang seharusnya dibagi menurut hukum faraidh kepada anak-anaknya.Mereka lebih condong untuk menyerahkan kepada anak
perempuannya.Anak perempuan ini nanti menyerahkan pula kepada anak perempuannnya pula, begitu seterusnya. Sehingga Tsuyoshi Kato dalam
disertasinya menyebutkan bahwa sistem matrilineal akan semakin menguat dalam diri orang-orang minang walaupun mereka telah menetap di kota-kota di luar
minang sekalipun. Sistem matrilineal tampaknya belum akan melentur sama sekali, walau kondisi-kondisi sosial lainnya sudah banyak yang berubah.
Universitas Sumatera Utara
80 Untuk dapat menjalankan sistem tersebut dengan baik, maka mereka yang
akan menjalankan sistem itu haruslah orang minangkabau itu sendiri. Untuk dapat menentukan seseorang itu orang minangkabau atau tidak ada beberapa
ketentuannya, atau syarat-syarat seseorang dapat dikatakan sebagai orang Minangkabau.Aspek penting yang diatur dalam sistem matrilineal yaitu
pengaturan harta pusaka. Harta pusaka yang dalam terminologi orang minangkabau disebut harato
jo pusako. Harato adalah sesuatu milik kaum yang tampak dan ujud secara material seperti sawah, ladang, rumah gadang, ternak, dan sebagainya.Pusako
adalah sesuatu milik kaum yang diwarisi turun menurun baik yang tampak maupun yang tidak tampak.Oleh karena itu di Minangkabau dikenal pula dua kata
kembar yang artinnya sangat jauh berbeda; sako dan pusako.
89
1. Sako
Sako adalah milik kaum secara turun menurun menurut sistem matrilineal yang tidak berbentuk material, seperti gelar penghulu, kebesaran kaum, tuah dan
penghormatan yang diberikan masyarakat kepadanya.Sako merupakan hak bagi laki-laki di dalam kaumnya.Gelar demikian tidak dapat diberikan kepada
perempuan walau dalam keadaan apapun juga.Pengaturan pewarisan gelar itu tertakluk kepada sistem kelarasan yang dianut suku atau kaum itu.
Jika menganut sistem kelarasan Koto Piliang, maka sistem pewarisan sakonya berdasarkan; patah tumbuah. Artinya, gelar berikutnya harus diberikan
89
Amir.M.S. 2007.Adat Minangkabau: Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya. hal 94.
Universitas Sumatera Utara
81 kepada kemenakan langsung dari si penghulu yang memegang gelar itu. Gelar
demikian tidak dapat diwariskan kepada orang lain dengan alasan apapun juga. Jika tidak ada laki-laki yang akan mewarisi, gelar itu digantuang atau dilipek atau
disimpan sampai nanti kaum itu mempunyai laki-laki pewaris. Jika menganut sistem kelarasan Bodi Chaniago, maka sistem pewarisan
sakonya berdasarkan hilang baganti.Artinya, Jika seorang penghulu pemegang gelar kebesaran itu meninggal.Dia dapat diwariskan kepada laki-laki didalam
kaum berdasarkan kesepakatan bersama anggota kaum itu.Pergantian demikian disebut secara adatnya gadang balega. Di dalam halnya gelar kehormatan atau
gelar kepenghuluan datuk dapat diberikan dalam tiga tingkatan;
90
a Gelar yang diwariskan dari mamak ke kemenakan. Gelar ini
merupakan gelar pusaka kaum sebagaimana yang diterangkan di atas. Gelar ini disebut sebagai gelar yang mengikuti kepada
perkauman yang batali darah. b
Gelar yang diberikan oleh pihak keluarga ayah bako kepada anak pisangnya, karena anak pisang tersebut memerlukan gelar itu untuk
menaikan status sosialnya atau untuk keperluan lainnya. Gelar ini hanya gelar panggilan, tetapi tidak mempengaruhi konstelasi dan
mekanisme kepenghuluan yang telah ada di dalam kaum. Gelar ini hanya boleh dipakai untuk dirinya sendiri, seumur hidup dan tidak
boleh diwariskan kepada yang lain; anak apalagi kemenakan. Bila
90
Ibid. hal 68.
Universitas Sumatera Utara
82 si penerima gelar meninggal, gelar itu akan di jemput kembali oleh
bako dalam sebuah upacara adat. Gelar ini disebut sebagai gelar yang berdasarkan batali adat.
c Gelar yang diberikan oleh raja Pagaruyung kepada seseorang yang
dianggap telah berjasa menurut ukuran-ukuran tertentu. Gelar ini bukan gelar untuk mengfungsinya sebagai penghulu di dalam
kaumnya sendiri, karena gelar penghulu sudah dipakai oleh penghulu kaum itu, tetapi gelaran itu adalah merupakan balasan
terhadap jasa-jasanya. Gelaran ini disebut secara adat disebabkan karena batali suto. Gelar ini hanya boleh dipakai seumur hidunya
dan tidak boleh diwariskan. Bila terjadi sesuatu yang luar biasa, yang dapat merusakkan nama raja, kaum, dan nagari, maka gelaran
itu dapat dicabut kembali. 2.
Pusako Pusako adalah milik kaum secara turun-menurun menurut sistem
matrilineal yang berbentuk material, seperti sawah, ladang, rumah gadang, dan lainnya.Pusako di manfaatkan oleh perempuan di dalam kaumnya.Hasil sawah,
ladang menjadi bekal hidup perempuan dengan anak-anaknya.Rumah gadang menjadi tempat tinggalnya.Laki-laki berhak mengatur tetapi tidak berhak untuk
memiliki nya. Karena itu di Minangkabau kata hak milik bukanlah merupakan kata kembar, tetapi dua kata yang satu sama lain artinya tetapi berada dalam
konteks yang sama. Hak dan milik.Laki-laki punya hak terhadap pusako kaum,
Universitas Sumatera Utara
83 tetapi dia bukan pemilik pusako kaumnya. Dalam pengaturan pewarisan pusako,
semua harta yang akan diwariskan harus ditentukan dulu kedudukannya.
91
a Pusako Tinggi
Kedudukan harta pusaka itu terbagi dalam;
Harta pusaka kaum yang diwariskan secara turun menurun berdasarkan garis ibu.Pusaka tinggi hanya boleh digadaikan
apabila keadaan sangat mendesak sekali hanya untuk tiga hal saja yaitu; gadih gadang indak balaki, maik tabujua di tangah rumah,
dan rumah gadang katirisan.Selain dari ketiga hal diatas harta pusaka tidak boleh digadaikan apalagi dijual.
b Pusako Randah
Harta pusaka yang didapat selama perkawinan antara suami dan istri.Pusaka ini disebut juga harta bawaan, artinya modal dasarnya
berasal dari masing-masing kaum.Pusako randah diwariskan kepada anak, istri dan saudara laki-laki berdasarkan hukum faraidh,
atau hukum Islam.Namun dalam berbagai kasus di Minangkabau, umunya pusako randah ini juga diserahkan oleh laki-laki pewaris
kepada adik perempuannya.Tidak dibaginya menurut hukum faraidh tersebut. Inilah mungkin yang dimaksudkan Tsuyoshi Kato
bahwa sistem matrilineal akan menguat dengan adanya keluarga batih. Karena setiap laki-laki pewaris pusako randah akan selalu
91
Ibid. hal 69.
Universitas Sumatera Utara
84 menyerahkan harta itu kepada saudara perempuannya. Selanjutnya
saudara perempuan itu mewariskan pula kepada anak perempuannya.Bagitu seterusnya.Akibatnya pusako randah pada
mulanya, dalam dua atau tiga generasi berikutnya menjadi pusako tinggi pula.
C.3. Hak dan Kewajiban dalam Matrilineal
Kedudukan laki-laki dan perempuan di dalam adat Minangkabau berada dalam posisi seimbang. Laki-laki punya hak untuk mengatur segala yang ada di
dalam perkauman, baik pengaturan pemakaian, pembagian harta pusaka, perempuan sebagai pemilik dapat mempergunakan semua hasil itu untuk
keperluan anak beranak. Peranan laki-laki di dalam dan di luar kaumnya menjadi sesuatu yang harus dijalankannya dengan seimbang dan sejalan.
92
1. Sebagai Kemenakan
Di dalam kaumnya, seorang laki-laki bermula sebagai kemenakan atau dalam hubungan kekerabatan disebutkan; ketek anak urang, lah gadang
kamanakan awak.Sebagai kemenakan dia harus mematuhi segala aturan yang ada di dalam kaum.Belajar untuk mengetahui semua asset kaumnya dan semua
anggota keluarga kaumnya.Oleh karena itu ketika seseorang berstatus menjadi kemenakan, dia selalu disuruh kesana kemari untuk mengetahui segala hal tentang
adat dan perkaumannya.
92
Ibid. hal 81.
Universitas Sumatera Utara
85 Dalam kaitan ini, peranan surau menjadi penting, karena surau adalah
sarana tempat mempelajari semua hal itu baik dari mamaknya sendiri maupun dari orang lain yang berada di surau tersebut. Dalam menentukan status kemenakan
sebagai pewaris sako dan pusako, anak kemenakan dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu kemenakan di bawah daguak, kemenakan di bawah pusek, dan
kemenakan di bawah lutuik. Kemenakan dibawah daguak adalah penerima langsung waris sako dan
pusako dari mamaknya.Kemenakan di bawah pusek adalah penerima waris apabila kemenakan di bawah daguak tidak ada punah.Kemenakan di bawah
lutuik, umumnya tidak diikutkan dalam pewarisan sako dan pusako kaum. 2.
Sebagai Mamak Pada giliran berikutnya, setelah dia dewasa, dia akan menjadi mamak dan
bertanggung jawab kepada kemenakannya. Mau tidak mau, suka tidak suka, tugas itu harus di jalaninnya.Dia bekerja disawah kaumnya untuk saudara
perempuannya anak-beranak yang sekaligus itulah pula kemenakannya.Dia mulai ikut mengatur walau tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan mamaknya
yang lebih tinggi yaitu penghulu kaum. 3.
Sebagai Penghulu Selanjutnya dia akan memegang kendali kaumnya sebagai penghulu. Gelar
kebesaran diberikan kepadanya, dengan sebutan datuk.Seorang penghulu berkewajiban menjaga keutuhan kaum, dan mengatur pemakaian harta pusaka.Dia
Universitas Sumatera Utara
86 juga bertindak terhadap hal-hal yang berada di luar kaumnya untuk kepentingan
kaumnya.
93
4. Peranan di Luar Kaum
Setiap laki-laki terhadap kaumnya selalu diajarkan; kalau tidak dapat menambah maksudnya harta pusaka kaum, jangan mengurangi maksudnya
menjual, menggadai atau menjadikan milik sendiri. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa peranan seorang laki-laki di dalam kaum disimpulkan dalam
ajaran adatnya; Tagak badunsanak mamaga dunsanak
Tagak basuku mamaga suku Tagak bakampuang mamaga kampuang
Tagak banagari mamaga nagari
Selain berperan di dalam kaum sebagai kemenakan, mamak atau penghulu, seorang anak laki laki setelah dia kawin dan berumah tangga, dia mempunyai
peranan lain sebagai tamu atau pendatang di dalam kaum istrinya, dan istri sebagai duta kaumnya pula di dalam kaum suaminya. Satu sama lain harus
menjaga keseimbangan dalam berbagai hal, termasuk perlakuan-perlakuan terhadap anggota kaum kedua belah pihak.
Didalam kaum istrinya, seorang laki-laki adalah sumando semenda. Sumando ini di dalam masyarakat Minangkabau dibuatkan pula beberapa
kategori:
94
93
Ibid. hal 83.
Universitas Sumatera Utara
87 a
Sumando ninik mamak. Artinya semenda yang dapat ikut memberikan ketenteraman pada kedua kaum: kaum istrinya dan
kaum sendiri. Mencarikan jalan keluar terhadap sesuatu persoalan dengan sebijaksana mungkin. Dia lebih berperan
sebagai seorang yang arif dan bijaksana. b
Sumando kacang miang. Artinya, sumando yang membuat kaum istrinya menjadi gelisah karena dia memunculkan atau
mempertajam persoalan-persoalan yang seharusnya tidak dimunculkan. Sikap seperti ini tidak boleh dipakai.
c Sumando lapik buruk. Artinya, sumando yang hanya
memikirkan anak istrinya semata tanpa peduli dengan persoalan-persoalan lainnya. Dikatakan juga sumando seperti
sumando apak paja, yang hanya berfungsi sebagai tampang atau bibit semata. Sikap seperti ini juga tidak boleh dipakai dan
harus di jauhi. Sumando tidak punya kekuasaan apapun dirumah istrinya, sebagaimana
yang selalu di ungkapkan dalam pepatah pepitih; Sedalam-dalam payo
Hinggo dado itiak Sakuaso-kuaso urang sumando
Hinggo pintu biliak
94
Ibid. hal 85.
Universitas Sumatera Utara
88 Sebaliknya, peranan sumando yang baik dikatakan;
Rancak rumah dek sumando Elok hukum dek mamaknyo
5. Kaum dan Pesukuan
Orang Minangkabau yang berasal dari satu keturunan dalam garis matrilineal merupakan anggota kaum dari keturunan tersebut.Di dalam sebuah
kaum, unit terkecil disebut samande. Yang berasal dari satu ibu mande. Unit yang lebih luas dari samande disebut saparuik. Maksudnya berasal dari nenek
yang sama. Kemudian saniniak maksudnya adalah keturunan nenek dari nenek.Yang lebih luas dari itu lagi disebut sakaum.Kemudian dalam bentuknya
yang lebih luas, disebut sasuku. Maksudnya, berasal dari keturunan yang sama sejak dari nenek moyangnya. Suku artinya seperempat atau kaki.Jadi, pengertian
sasuku dalam sebuah nagari adalah seperempat dari penduduk nagari tersebut.Karena, dalam sebuah nagari harus ada empat suku besar.
95
95
Ibid hal 91.
Pada mulanya suku-suku itu terdiri dari Koto, Piliang, Bodi dan Caniago.Dalam perkembangannya, karena bertambahnya populasi masyarakat
setiap suku, suku-suku itupun dimekarkan. Koto dan Piliang berkembang menjadi beberapa suku; Tanjuang, Sikumbang, Kutianyir, Guci, Payobada, Jambak, Salo,
Banuhampu, Damo, Tobo, Galumpang, Dalimo, Pisang, Pagacancang, Patapang, Melayu, Bendang, Kampai, Panai, Sikujo, Mandahiliang, Bijo dll.
Universitas Sumatera Utara
89 Bodi dan Caniago berkembang menjadi beberapa suku; Sungai Napa,
Singkuang, Supayang, Lubuk Batang, Panyalai, Mandaliko, Sumagek dll. Dalam majelis peradatan keempat pimpinan dari suku-suku ini disebut urang nan ampek
suku. Dalam sebuah nagari ada yang tetap dengan memakai ampek suku tapi ada juga memakai limo suku, maksudnya ada nama suku lain; Malayu yang
dimasukkan ke sana. Sebuah suku dengan suku yang lain, mungkin berdasarkan sejarah,
keturunan atau kepercayaan yang mereka yakini tentang asal sulu mereka, boleh jadi berasal dari perempuan yang sama. Suku-suku yang merasa punya kaitan
keturunan ini disebut dengan sapayuang. Dari beberapa payuang yang juga berasal sejarah yang sama, disebut sahindu. Namun, yang lazim dikenal dalam
berbagai aktivitas sosial masyarakat Minangkabau adalah; sasuku dan sapayuang saja.
96
96
Ibid. hal 93.
Sebuah kaum mempunyai keterkaitan dengan suku-suku lainnya, terutama disebabkan oleh perkawinan. Oleh karena itu kaum punya struktur yang umumnya
dipakai oleh setiap suku; 1 struktur di dalam kaum
Di dalam sebuah kaum, strukturnya sebagai berikut; a. Mamak yang dipercaya sebagai pimpinan kaum yang disebut
Penghulu bergelar datuk.
Universitas Sumatera Utara
90 b. Mamak-mamak di bawah penghulu yang dipercayai memimpin
setiap rumah gadang, karena di dalam satu kaum kemungkinan rumah gadangnya banyak. Mamak-mamak yang mempimpin setiap
rumah gadang itu disebut; tungganai. Seorang laki-laki yang memikul tugas sebagai tungganai rumah pada
beberapa suku tertentu mereka juga diberi gelar datuk.Di bawah tungganai ada laki-laki dewasa yang telah kawin juga, berstatus sebagai mamak biasa.
Di bawah mamak itulah baru ada kemenakan. 2 Struktur dalam kaitannya dengan suku lain.
Akibat dari sistem matrilienal yang mengharuskan setiap anggota suku harus kawin dengan anggota suku lain, maka keterkaitan akibat perkawinan
melahirkan suatu struktur yang lain, struktur yang mengatur hubungan anggota sebuah suku dengan suku lain yang terikat dalam tali perkawinan tersebut.
a. Induk bako anak pisang Hubungan kekerabatan antara anak-anak dengan kerabat ayahnya, karena
seorang anak bernasab kepada anaknya.Hubungan bako dengan anak pisangnya ini hanya dikenal dalam masyarakat minangkabau.Sebaliknya anak itu dipanggil
anak pisang oleh kerabat ayahnya.
97
97
Drs. H. Sjafnir Dt. Kando Marajo. 2006. Sirih Pinang Adat Minangkabau. Pengetahuan Adat Minangkabau Tematis. Padang:Sentra Budaya. hal 42.
Induak bako anak pisang merupakan dua kata yang berbeda; induak bako dan anak pisang.Induak bako adalah semua ibu dari
keluarga pihak ayah.Bako adalah semua anggota suku dari kaum pihak
Universitas Sumatera Utara
91 ayah.Induak bako punya peranan dan posisi tersendiri di dalam sebuah kaum
pihak si anak. b. Andam pasumandan
Hubungan kekerabatan dalam suatu nagari dan kampung yang sudah saling silang, seperti sumando-mamak tungganai, ipar bisan.Hubungan itu disebut
dengan hubungan andam.Hubungan antara dua kedua keluarga atau lebih disebut dengan hubungan pasumandan. Antara andam pasumandan dikampung dan nagari
berlaku saling mengunjungi dating dalam berita suka maupun duka, kaba baiak barimbauan, kaba buruak barambauan atau Andan pasumandan juga merupakan
dua kata yang berbeda; andan dan pasumandan.Pasumandan adalah pihak keluarga dari suami atau istri.
98
a Bundo kanduang sebagai perempuan utama di dalam kaum,
sebagaimana yang dijelaskan di atas. Suami dari rumah gadang A yang kawin dengan
isteri dari rumah gadang B, maka pasumandan bagi isteri adalah perempuan yang berada dalam kaum suami.
Sedangkan andan bagi kaum rumah gadang A adalah anggota kaum rumah gadang C yang juga terikat perkawinan dengan salah seorang anggota rumah
gadang B. c. Bundo Kanduang
Dalam masyarakat Minangkabau dewasa ini kata Bundo Kanduang mempunyai banyak pengertian pula, antara lain;
98
Ibid. hal 34.
Universitas Sumatera Utara
92 b
Bundo Kanduang yang ada di dalam cerita rakyat atau kaba Cindua Mato. Bundo Kanduang sebagai raja Minangkabau
atau raja Pagaruyung. c
Bundo kanduang sebagai ibu kanduang sendiri. d
Bundo kanduang sebagai sebuah nama organisasi perempuan Minangkabau yang berdampingan dengan
LKAAM.
99
Bundo kanduang yang dimaksudkan di sini adalah, Bundo Kanduang sebagai perempuan utama.Apabila ibu atau tingkatan ibu dari mamak yang jadi
penghulu masih hidup, maka dialah yang disebut Bundo Kanduang, atau mandeh atau niniek.Dialah perempuan utama di dalam kaum itu.Perempuan yang disebut
bundo kanduang dalam kaumnya, mempunyai kekuasaan lebih tinggi dari seorang penghulu karena dia setingkat ibu, atau ibu penghulu itu betul.
Dia dapat menegur penghulu itu apabila si penghulu melakukan suatu kekeliruan. Perempuan-perempuan setingkat mande di bawahnya, apabila dia
dianggap lebih pandai, bijak dan baik, diapun sering dijadikan perempuan utama di dalam kaum. Secara implisit tampaknya, perempuan utama di dalam suatu
kaum, adalah semacam badan pengawasan atau lembaga kontrol dari apa yang dilakukan seorang penghulu.
Prof Mr. Hazairin mengatakan bahwa orang Minangkabau agak berbeda caranya untuk menentukan keluarga bagi mereka yaitu setiap orang laki-laki dan
99
Amir. M.S. Op.cit., hal 97
Universitas Sumatera Utara
93 perempuan menarik garis keturunannya keatas hanya melalui penghubung-
penghubung yang perempuan saja sebagai saluran darah, yaitu setiap orang itu menarik garis keturunannya kepada ibunya dan dari ibunya yaitu neneknya dan
dari neneknya itu kepada ibunya plus dari nenek itu dan begitu seterusnya.
100
100
Ibid. hal. 43.
Ditinjau dari atas maka setiap orang Minangkabau itu, jika ia perempuan hanya mempunyai keturunan yang terdiri dari anak laki-laki dan perempuan.
Selanjutnya cucu laki-laki dan cucu perempuan yang lahir dari anaknya yang perempuan, selanjutnya piut-piut laki-laki dan perempuan yang lahir dari cucu
perempuan.Sehingga akhirnya menurut sistem Minangkabau yang bercorak matrilineal itu seorang laki-laki tidak mempunyai keturunan yang menjadi
keluarganya. Meskipun seorang laki-laki itu dianggap tidak mempunyai keturunan di
kaumnya dia adalah seorang yang disebut mamak.Sistem ini menyebabkan dia bertanggung jawab penuh atas pemeliharaan kepada kemenakannya dan terhadap
harta kaum yang turun temurun diwarisi oleh keluarga ibu.Mamak sebagai kepala waris mempunyai kewajiban untuk mengurus harta kaum seperti hak ulayat atas
tanah, beliau wajib memelihara harta pusaka dengan baik, tetapi untuk menjual dan menggadaian dia tidak boleh.Dia boleh menambah dengan hasil kerjanya,
mengurangi tidak boleh.Mamak dan kemenakan kelihatannya lebih dekat, daripada ayah kepada anak.
Universitas Sumatera Utara
94 Dalam sistem kekerabatan matrilineal Minangkabau kedudukan wanita
dianggap kuat, wanita dilindungi oleh sistem pewarisan matrilineal, dimana rumah dan tanah diperuntukkan bagi wanita.Kemudian ikatan antara ibu dan anak-anak
cenderung bersifat sangat kuat.Setelah menikah wanita tetap tinggal di rumah ibunya atau dilingkungan kerabat matrilineal.
Sebagai kesimpulan ciri-ciri masyarakat adat Minangkabau dengan sistem matrlineal adalah sebagai berikut:
101
a Keturunan dihitung berdasarkan garis keturunan ibu
b Suku terbentuk menurut garis ibu
c Setiap orang tida dibenarkan kawin dengan sepesukuannya, atau
mereka harus kawin dengan orang luar sukunya. d
Kekuasaan di dalam suku secara teori terletak di tangan ibu, tetapi jarang sekali dipergunakan, karena dalam praktek yang berkuasa
adalah saudara laki-laki dari ibu tersebut. e
Perkawinan bersifat matrilokal yaitu suami mengunjungi rumah istrinya
f Hak-hak dan pusaka diwariskan oleh mamak kepada kemenakannya
yaitu dari saudara laki-laki kepada anak saudara perempuan g
Rasa sehina semalu diantara pesukuan merupakan suatu kewajiban bagi seluruh anggota suku.
101
Narullah Dt. Perpatih Nan Tuo, S.H. M.H. dkk. 2002. Adat Basandi Syara’ Syara’ Basandi Kitabullah. Pedoman Hidup Banagari. Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau LKAAM.
Padang: MEGA SARI. hal 43.
Universitas Sumatera Utara
95 Perkawinan dalam masyarakat matrilieal sifatnya exogami, perkawinan
yang terdiri dari dalam kelompok tidak dibenarkan karena mereka semuanya adalah berasal dari satu kelompok yang bertali darah.Suami tidak masuk kepada
kelompok kaum istri dan anak-anaknya dengan perkawinan itu lelaki tetap menjadi kaumnya.
C.4. Struktur Matrilineal
Salah satu lembaga sosial yang mewakili kepentingan masyarakat adat di Sumatera Barat adalah Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau
LKAAM.Organisasi ini idealnya merupakan wadah penyaluran aspirasi komunitas adat dalam hubungannya dengan pelestarian nilai-nilai adat dalam
masyarakat, disamping tentunya dalam menjaga kepentingan komunitas adat itu sendiri.Namun dalam perjalan sejarahnya ternyata fungsi itu kurang terlihat
signifikan.Oleh karena secara historis struktur LKAAM sebagai organisasi yang mewadahi ninik mamak dan pemuka adat, sebenarnya tidak terdapat dalam
struktur kepemimpinan tradisional masyarakat di daerah ini; tidak ada organisasi penghulu diatas penghulu-penghulu nagari.Hubungan antar nagari hanya ada
bersifat kultural semata, yaitu adat Minangkabau.Bahkan tidak ada garis hirarkhi antara nagari-nagari itu sendiri dengan pusat kerajaan Pagaruyung sendiri.
Pembentukan wadah organisasi LKAAM bukanlah muncul dari masyarakat, akan tetapi merupakan inisiatif dari aparat pemerintah. Pada awalnya
masyarakat Sumatera Barat sangat optimis dengan dibentuknya wadah LKAAM ini, karena dengan demikian berbagai kepentingan komunitas adat akan
Universitas Sumatera Utara
96 terlindungi dari intervensi kepentingan-kepentingan di luarnya, yang dengan itu
pula eksistensinya akan tetap terpelihara di tengah-tengah perubahan-perubahan politik di negara ini. Hal ini memang sejak lama diidamkan oleh masyarakat,
khususnya sejak nagari-nagari tidak lagi memiliki otonomi atas wilayahnya oleh karena adanya struktur supra nagari yang memiliki otoritas yang lebih kuat.
Diawal kemerdekaan kepentingan komunitas adat di daerah ini diwakili oleh Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau MTKAAM.Majelis
Kerapatan Adat ini telah memperlihatkan peranannya dalam mempertahankan kepentingan komunitas etnik pada waktu Kerapatan Adat Nagari KAN tidak lagi
dimasukan menjadi bahagian dari kepemimpinan nagari dalam Maklumat Residen Sumatera Barat No. 20 dan 21 Mei 1946.
102
Induk Organisasi ini berada di ibukota provinsi dan secara hirarkhis mempunyai cabang di setiap Daerah tingkat II KabupatenKotamadya dan di
Pada pemilu pertama 1995, organisasi ini bahkan menjadi satu kekuatan politik di Sumatera Barat, yaitu Partai
Kerapatan Adat. LKAAM sebagai organsasi adat bentukan pemerintah, dalam anggaran
dasarnya, dicantumkan bahwa tujuan organisasi ini adalah untuk melestarikan nilai-nilai luhur adat Minangkabau serta mengembangkan falsafah adat
Minangkabau yaitu; Adat basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah. Sebagai organisasi kemasyarakatan yang berorientasi kultural, wilayah kerja organisasi ini
ternyata tidak meliputi semua wilayah kultural minangkabau, akan tetapi hanya mengikuti batasan wilayah territorial propinsi Sumatera Barat.
102
Maklumat Residen Sumatera Barat No. 20 dan 21 Mei 1946.
Universitas Sumatera Utara
97 tingkat kecamatan.Untuk tingkat nagari ada Kerapatan Adat Nagari KAN yang
tidak mempunyai hubungan struktural secara langsung dengan LKAAM tingkat kecamatan, tetapi hanya bersifat konsultatif saja, terutama menyangkut program-
program yang dilaksanakan di tingkat pedesaan. Didalam susunan kepemimpinan lembaga ini, selain terdiri dari unsur-
unsur pemuka adat, pemuka agama dan tokoh cendikiawan, juga terdapat unsur pemerintahan daerah. Struktur kepemimpinan LKAAM pada wal berdirinya
terdiri dari: Payung Panji, Presedium, dan Badan Pekerja Harian. Struktur ini juga berlaku di setiap kepengurusan LKAAM di daerah tingkat II dan kecamatan-
kecamatan.
103
Dalam perjalannya, organisasi LKAAM ini telah memperlihatkan peranannya dalam rangka meningkatkan serta melestarikan nilai-nilai kebudayaan
Minangkabau melalui berbagai program pembinaan-pembinaan dan penyebaran pengetahuan adat Minangkabau, baik melalui ceramah, penataran, serta
Sejak tahun 1974, terjadi perubahan struktur kepemimpinan pada lembaga ini.Istilah Payung Panji tidak lagi muncul dalam susunan
kepengurusannya. Pada periode 1974-1978 struktur kepengurusannya terdiri dari tiga komponen, pertama: Dewan Pucuk Pimpinan, yaitu Ketua Umum, Wakil
Ketua, Anggota dan Penasehat, kedua: Pimpinan Harian, yang terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Bendahara, dan Pembantu Umum. Sedangkan unsur
ketiga adalah Lembaga Pembinaan Adat dan Syarak, yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
103
Sutan Mahmoed IA. BA.2004. Nagari Limo Kaum Pusat Bodi Chaniago Minangkabau.Yayasan Mesjid Rayo Limo Kaum.Hal 92.
Universitas Sumatera Utara
98 mengupayakan kerjasama dengan Kanwil Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan untuk memasukan pelajaran adat sebagai muatan lokal di sekolah- sekolah menengah di Sumatera Barat. Meskipun secara umum program-program
yang telah dijalankan itu tidak banyak memperlihatkan hasilnya, sebagaimana yang terlihat pada realitas sosial pada dasa warsa terakhir, namun hal ini
setidaknya menunjukan keberhasilan lembaga ini dalam meyakinkan pemerintah daerah serta instansi terkait untuk memberikan “perhatian” terhadap aspek-aspek
kultural masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1 PENDAHULUAN