Perumusan Masalah Daya Saing Daerah

ke-181 secara keseluruhan dalam daya saing daerah dari 434 neraca daya saing daerah. Berdasarkan input perekonomian daerah, kabupaten Langkat berada di peringkat 120. Peringkat ini masih di bawah kabupaten dan kota lainnya di Sumatera Utara seperti kota Pematang Siantar yang berada di peringkat 117, kota Sibolga di peringkat 131, dan kota Binjai di peringkat 141. Berdasarkan input SDM dan ketenagakerjaan, kabupaten Langkat berada di peringkat 97. Berdasarkan input infrastruktur, SDA, dan lingkungan, berada di peringkat 430 dan berdasarkan output tingkat kesempatan kerja, kabupaten Langkat berada di peringkat 370. Dari uraian diatas maka penulis tertarik melakukan analisis untuk mengkaji faktor penentu daya saing ekonomi dengan memilih judul, “Analisis Daya Saing Ekonomi Kabupaten Langkat”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka pokok masalah yang akan diteliti adalah: 1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penentu daya saing ekonomi Kabupaten Langkat. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor penentu daya saing Kabupaten Langkat. 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini dilakukan adalah : 1. Menganalisis daya saing daerah Kabupaten Langkat di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 2. Mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing daerah.

1.3.2. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini bisa menjadi masukan oleh Kementrian Dalam Negeri sebagai informasi perkembangan daya saing ekonomi Kabupaten Langkat yang ada selama ini. 2. Sebagai manfaat akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan dan memberikan informasi serta menjadi alternatif literatur bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian yang sama. 3. Dapat memberikan manfaat bagi pemerintah Kabupaten Langkat sebagai penentu kebijakan ekonomi agar dapat meningkatkan daya saing daerah. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daya Saing Daerah

Setiap daerah ditantang untuk berbenah diri menghadapai era persaingan yang tidak hanya bersifat lokal tetapi juga bersifat global. Persaingan ini menuntut setiap bangsa, negara dan daerah untuk berbenah diri dengan memberi lingkungan paling kondusif bagi pelaku bisnis dalam berusaha. Hal ini memerlukan strategi yang dirumuskan oleh segenap komponen pembangunan daerah pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil untuk dapat untuk unggul tingkat regional maupun internasional guna menunjukkan usaha yang paling kompetitif, yang dikenal dengan istilah daya saing daerah. Daya saing daerah menurut definisi yang dibuat Departemen Perdagangan dan Industri Inggeris UK-DTI adalah kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan domestic maupun internasional. Sementara itu Centre for Urban and Regional Studies CURDS mendefinisikan daya saing daerah sebagai kemampuan sektor bisnis atau perusahaan pada suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan yang lebih merata untuk penduduknya. Universitas Sumatera Utara Menurut Boltho 1996 dalam Tirtosuharto 2009, konsep daya saing dalam tingkatan makro adalah kemampuan nasional atau daerah untuk memproduksi dan mendistribusi barang dan jasa dalam ekonomi internasional, mencapai level pertumbuhan produktivitas tertinggi, dalam meningkatkan pendapatan perkapita, menaikkan standar kehidupan. Sedangkan perspektif mikro, Conti and Giaccaria 2001 mengatakan bahwa konsep daya saing mengarah pada kedinamisan tuntutan pasar global dan aspek kritis dari restrukturisasi perusahaan- perusahaan dan industri. Dalam mendefinisikan daya saing perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:  Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar produktivitas atau efisiensi pada level mikro. Hal ini memungkinkan kita lebih memilih mendefinisikan daya saing sebagai “kemampuan suatu perekonomian” daripada “kemampuan sektor swasta atau perusahaan”.  Pelaku ekonomi economic agent bukan hanya perusahaan, akan tetapi juga rumah tangga, pemerintah, dan lain-lain. Semuanya terpadu dalamsuatu sistem ekonomi yang sinergis. Tanpa memungkiri peran besar sektor swasta perusahaan dalam perkonomian, fokus perhatian tidak hanya pada itu saja. Hal ini diupayakan dalam rangka menjaga luasnya cakupan konsep daya saing.  Tujuan dan hasil akhir dari meningkatnya daya saing suatu perekonomian tak lain adalah meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk di dalam 15 perekonomian tersebut. Kesejahteraan level of living adalah konsep yang maha luas pasti tidak hanya tergambarkan dalam sebuah besaran variabel seperti pertumbuhan ekonomi. Perumbuhan ekonomi hanya satu aspek dari Universitas Sumatera Utara pembangunan ekonomi dalam rangka peningkatan standar kehidupan masyarakat.  Kata kunci dari konsep daya saing adalah “kompetisi”. Disinilah peran keterbukaan terhadap kompetisi dengan para kompetitor menjadi relevan. Kata “daya saing” menjadi kehilangan maknanya pada suatu perekonomian yang tertutup. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa daya saing daerah adalah “Kemampuan perkonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional”Piter Abdullah,2002. Secara makro, potensi ekonomi daerah biasanya juga menjadi salah satu indikator daya saing daerah tersebut. Hal itu karena potensi ekonomi suatu daerah akan ikut membentuk kompleksitas daya saing daerah. Daya saing daerah sendiri mempunyai pengertian yang lebih luas daripada sekedar potensi ekonomi, karena dalam konsep daya saing daerah juga termasuk aspek kelembagaan, iklim sosial, iklim politik, kebijakan pemerintah, manajemen dan sebagainya Balitbang Kabupaten Riau,2011.

2.2. Indikator Utama Daya Saing Ekonomi