Putusan dan Bentuk-Bentuk Putusan menurut Hukum Acara Pidana

Pasal 98 ayat 1 melalui perantaraan atau dititipkan kepada penuntut umum seperti tercantum dalam alinea pertama Pasal 98 ayat 2 dan atau oleh orang lain yang tidak menjadi saksi, tetapi kerugiannya timbul langsung oleh tindak pidana itu atau oleh tindakan penyidik dalam melakukan upaya paksa, Ganti rugi dengan acara praperadilan pasal 195 KUHAP, Ganti rugi karena telah terjadi selisih mengenai lamanya penahanan melebihi lamanya pidana perampasan kemerdekaan badan yang dijatuhkan, diperiksa dengan acara praperadilan penjelasan pasal 95 ayat 1 KUHAP, Ganti rugi yang berdarkan pasal 95 ayat 5 KUHAP diadili dengan mengikuti acara praperadilan atas hal-hal sebagaimana disebut dalam ayat 1 pasal tersebut.

2. Putusan dan Bentuk-Bentuk Putusan menurut Hukum Acara Pidana

Pasal 1 angka 11 KUHAP menjelaskan bahwa putusan Pengadilan adalah pernyataan Hakim yang diucapkan didalam acara persidangan Pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Apabila Hakim memandang pemeriksaan persidangan sudah selesai, maka penuntut umum dipersilakan untuk membaca tuntutannya dan setelah itu giliran Terdakwa dan Penasihat Hukumnya membacakan pembelaannya yang dapat dijawab oleh Penuntut Umum, dengan ketentuan bahwa terdakwa atau penasihat hukumnya mendapat giliran terakhir, hal ini berdasarkan pada Pasal 182 ayat 1 KUHAP. Tuntutan serta jawaban atas pembelaannya dilakukan secara tertulis dan setelah siap dibacakan tuntutan serta jawaban atas pembelaan tersebut harus Universitas Sumatera Utara segara diserahkan kepada Hakim Ketua sidang dan turunnya kepada pihak yang berkepentingan. 12 Jika cara tersebut sudah selesai maka Hakim Ketua menyatakan bahwa pemeriksaan dinyatakan perkara tersebut ditutup. Putusan Pengadilan Negeri dapat dijatuhkan dan diumumkan pada hari dimana Hakim Ketua menyatakan perkara tersebut telah ditutup, atau juga pada hari lain yang sebelumnya harus diberitahukan pada Penuntut Umum, Terdakwa, atau Penasihat Hukumnya, dan penundaan penjatuhan putusan Hakim tersebut paling lama 14 hari. 13 Sesudah pemeriksaan perkara tersebut dinyatakan tutup, Majelis Hakim akan mengadakan musyawarah terakhir untuk mengambil keputusan, dan musyawarah itu dilakukan saat Terdakwa, Saksi, Penasihat Hukum, dan Penuntut Umum serta hadiran telah meninggalkan ruangan sidang, ataupun dapat dilakukan secara tertutup ditempat lain. Dan jika musyawarah itu tidak menghasilkan kemufakatan yang bulat maka dapat ditempuh dengan dua cara yaitu: 14 a. Putusandengan cara voting yaitu dengan mengambil suara terbanyak dari ketiga orang majelis hakim tersebut. b. Jika voting tersebut tidak berhasil maka putusan akan diperoleh dari pendapat hakim yang paling menguntungkan terdakwa. Pelaksanaan pengambilan keputusan didasarkan kepada surat dakwaan dan segala hal yang terbukti didalam persidangan diPengadilan. Putusan Pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum yang tetap apabila diucapkan disidang 12 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2010. Hlm 282. 13 Ibid., hlm. 282-283 14 Ibid. Universitas Sumatera Utara terbuka untuk umum. Penjatuhan putusan Hakim dinyatakan dengan hadirnya terdakwa kecuali dalam hal KUHAP dan undang-undang lain menentukan hal lain. Pengucualian didalam KUHAP ialah dalam acara pemeriksaan cepat, dimana putusan dapat dijatuhkan tanpa hadirnya terdakwa dan juga terdakwa dapat menunjuk orang lain untuk mewakilinya disidang Pengadilan. Pengeculian di dalam Undang-Undang contohnya ialah didalam Undang-Undang Pidana Khusus yang dikenal pula dengan peradilan in absentia pada orang yang tidak dikenal, tetapi terbatas pada penjatuhan pidana perampasan barang-barang yang telah disita yaitu pada delik ekonomi Pasal 16 UUPTPE. Begitu pula pada delik korupsi yaitu dapat dijatuhkannya pidana tanpa hadirnya terdakwa Pasal 23 UUPTPK. Hal yang sama juga berlaku dalam delik subversi Pasal 11 ayat 1 UUPKS. 15 Begitu pula dengan halnya orang telah meninggal dunia menurut Pasal 16 UUTPE dan Pasal 23 ayat 5 UUPTPK, atas tuntutan Penuntut Umum dengan putusan Pengadilan dapat dijatuhkan pidana perampasan barang barang yang telah disita, hal ini berbeda dengan ketentuan umum yang berada didalam KUHP, dengan kematian terdakwa maka perkaranya menjadi selesai. 16 Setelah putusan pemidanaan diucapkan maka Hakim Ketua sidang wajib memberitahu kepada terdakwa apa yang menjadi haknya, yaitu: 17 a. Hak untuk segera menerima atau segera menolak putusan perkara tersebut; 15 Ibid. 16 Ibid., hlm. 284 17 H.M.A. Kuffal, Penerapan KUHAP dalam Praktik Hukum, UMM Press, Malang, 2005, hlm. 140 Universitas Sumatera Utara b. Hak untuk dapat memahami isi putusan tersebut sebelum Terdakwa menyatakan menerima atau menolak putusan, dalam tegang waktu tujuh hari sesudah putusan itu dijatuhkan atau setelah putusan itu diberitahukan kepada Terdakwa yang tidak hadir; c. Hak untuk meminta penangguhan pelaksanaan putusan dalam tenggang waktu yang ditentuka oleh undang-undang untuk dapa mengajukan grasi, dalam hal ia menerima putusan; d. Hak banding dalam tegang waktu tujuh hari setelah putusan tersebut dijatuhkan atau diberitahukan kepada Terdakwa yang tidak hadir didalam persidangan tersebut; e. Hak untuk mencabut pernyataan sebagaimana yang dimaksud pada butir a menolak putusan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 235 ayat 1 KUHAP yang menyatakan bahwa selama perkara banding belum diputus oleh Pengadilan Tinggi, permintaan banding dapat dicabut sewaktu-waktu dan dalam hal sudah dicabut, maka permintaan banding dalam perkara itu tidak boleh diajukan lagi Pasal 196 ayat 3 KUHAP. Pasal 197 ayat 1 diatur formalitas yang harus dipenuhi suatu putusan Hakim, dan jika kententuan formalitas tersebut tidak dipenuhi maka putusan tersebut akan batal demi hukum. Ketentuan tersebut adalah: a. Kepala putusan tersebut harus berbunyi: DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA; b. Terlampirnya identitas terdakwa yaitu nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, kebangsaan, agama, dan pekerjaan; Universitas Sumatera Utara c. Dakwaan, sebagaimana yang terdapat disurat dakwaan; d. Penentuan kesalahan terdakwa harus berdasarkan pertimbangan dari fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang disusun secara ringkas dan diperoleh pada saat pemeriksaan didalam persidangan; e. Tuntutan pidana, sebagaimana yang tedapat didalam surat tuntutan; f. Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan dan dasar hukum dari putusan yang disertai keadaan yang memberatkan dan meringankan terdakwa; g. Hari dan tanggal diadakannya musyawarah oleh majelis hakim, namun jika pada perkara yang diperiksa menggunakan hakim tunggal, hal ini dapat dikecualikan; h. Pernyataan kesalahan terdakwa telah memenuhi semua unsur dalam rumusan delik dan disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan; i. Menentukan kepada siapa biaya perkara akan dibebankan dan harus menyebutkan jumlah yang pasti dan juga mengenai ketentuan barang bukti; j. Jika terdapat surat autentik palsu maka dalam hal tersebut hakim harus memberikan keterangan dimana letak kepalsuan surat tersebut; k. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan ataupun terdakwa dibebaskan; l. Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus, dan nama panitera. Universitas Sumatera Utara Suatu proses peradilan berakhir dengan putusan akhir atau vonnis. Putusan akhir tersebut merupakan pendapat tentang apa yang dipertimbangkan oleh Majelis Hakim. Hukum Acara Pidana mampunyai macam-macam bentuk putusan, yaitu:

1. Putusan Bebas

Dokumen yang terkait

Analisis Juridis Penerapan Pidana Bersyarat dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan MA No. 2239 K/PID.SUS/2012)

2 88 115

Penerapan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Terhadap Tindak Pidana Permufakatan Jahat Jual Beli Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 675/Pid.B/2010/PN.Mdn dan Putusan No. 1.366/Pid.B/2011/PN.Mdn)

3 76 145

Analisis Hukum Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan No. 63 K/Pid/2007)

1 72 106

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan MA No. 1384 K/PID/2005)

1 65 124

Tinjauan Yuridis Mengenai Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK)/Herziening Yang Diajukan Oleh Jaksa (Analisa Terhadap Putusan MA RI No. 55 PK/Pid/1996, Putusan MA RI No. 109 PK/Pid/2007 dan Putusan MA RI No. 07 PK/Pidsus/2009)

2 111 125

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Ditinjau dari UU No. 41 Tahun 1999 (Studi Putusan MA No. 68K/PID.SUS/2008)

4 78 338

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pelaku Tindak Pidana Perusakan dan Pencemaran Lingkungan (Studi Putusan MA RI No. 755K/PID.SUS/2007)

1 50 100

Hak Waris Anak Luar Nikah Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/Puu-Viii/2010 (Analisis Putusan No. 0156/Pdt.P/2013/Pa.Js)

1 7 90

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI DI LAMPUNG TIMUR ( Studi Putusan MA No. 253 K/PID.SUS/2012 dan Putusan PN No. 304/PID.SUS/2011/PN.TK)

4 45 59

Tinjauan Yuridis Terhadap Proses Tuntutan Ganti Kerugian Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2730/Pid.B/2001/PN.Mdn)

0 2 130