PENUTUP Studi Deskriptif Teknik Permainan Sarune Karo

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan pengkajian tentang teknik permainan Sarune Karo dalam ensambel gendang lima sendalanen, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk memainkan sarune karo ada beberapa hal yang harus kita ketahui: 1. Kita harus mengetahui untuk menjadi seorang penarune didalam mengiringi suatu upacara di dalam ensambel musik karo tidak lah mudah, banyak proses yang harus dilalui. Mulai dari proses belajarnya hingga proses untuk mengiringi suatu upacara adat. Didalam proses untuk mengiringi suatu upacara adat, seorang penarune harus mampu terlebih dahulu memainkan gung dan penganak, setelah mahir memainkan gung dan penganak maka dia di ijinkan memainkan gendang singanaki. Setelah ketiga instrument telah mahir dimainkan, maka dia dipercayai untuk memainkan sarune Karo tersebut untuk mengiringi upacara adat. 2. Seorang yang ingin belajar sarune terlebih dahulu harus mengenal bagian-bagian yang terdapat pada sarune tersebut dan fungsi setiap lobang nada didalam sarune tersebut. 3. Seorang yang ingin belajar sarune harus mampu menguasai teknik pulunama atau circular breathing karena didalam teknik pulunama ini sangat mempengaruhi kualitas bunyi atau suara sarune tersebut. Didalam bermain sarune karo ada beberapa teknik yang harus dikuasai oleh seorang penarune, mulai dari teknik rengget, tonggum dan pulunama. Teknik tonggum didalam sarune berbeda fungsinya dengan teknik tonggum pada kulcapi. Teknik tonggum pada sarune berfungsi untuk menghasilkan dua atau tiga nada didalam satu lobang nada pada Universitas Sumatera Utara sarune. Tetapi teknik tonggum pada kulcapi berfungsi mengatur efek suara atau gaungan suara kulcapi. 4. Dalam penelitian teknik permainan sarune karo, ada satu hal yang menurut saya unik karena didalam sebuah sarune karo mampu menghasilkan dua nada dasar yang berbeda dan penggunaan kedua nada dasar tersebut juga berbeda. Satu nada dasar dipergunakan untuk lagu minor dan satu nada dasar lagi dipergunakan untuk lagu mayor. Biasanya apabila nada dasar sarune untuk lagu minor dari E minor maka nada dasar untuk lagu mayornya adalah E mayor bukan dari G mayor. Sarune Karo dahulunya dipelajari dengan oral tradition atau dalam arti dipelajari dari mulut ke mulut sehingga membuat setiap penarune memiliki ciri khas gaya permainan yang berbeda, meskipun memiliki perbedaan didalam gaya permainan tetapi masih memiliki persamaan didalam teknik tonggum dan pulunama.

5.2 SARAN

Berhubungan dengan kajian dalam tulisan ini, penulis berharap supaya nantinya ada penelitian lanjutan yang kiranya dapat menyempurnakan tulisan ini, karena penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam membuat tulisan tentang teknik permainan sarune Karo sehingga dapat menjadi refrensi baru mengenai teknik permainan sarune karo. Untuk itu penulis menyarankan agar kiranya nanti untuk penelitian lanjutan supaya meneliti lagi aspek aspek yang berkaitan dengan sarune karo seperti ; 1. Makna sarune Karo berdasarkan konteks upacara adat dalam budaya masyarakat Karo 2. Pandangan masyarakat Karo terhadap keberadaan ensambel gendang lima sendalanen dalam mengiringi upacara adat masyarakat Karo. 3. Kehidupan dan status sosial penarune dalam masyarakat 4. Mengkaji struktur melodi sarune dalam mengiringi upacara adat masyarakat Karo, yang lebih jelas dan mendalam. Universitas Sumatera Utara Selain hal diatas penulis juga menyarankan agar kiranya masyarakat, pihak pemerintah dan pihak swasta yang berkaitan dengan kebudayaan masyarakat Karo, agar kiranya dapat bersama-sama untuk menjaga kelestarian budaya masyarakat Karo, sehingga terciptanya suatu kebudayaan yang memang sesuai dengan nilai-nilai maupun norma yang berlaku dalam masyarakat Karo, untuk memenuhi kebutuhan demi keberlangsungan hidup masyarakat Karo. Semoga tulisan ini dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap apresiasi budaya dan pengetahuan terhadap ilmu pengetahuan secara umum dan bidang etnomusikologi secara khusus. Universitas Sumatera Utara

BAB II KEBUDAYAAN MUSIK KARO