Penjarian Sarune Karo bagian I

4.3.1 Penjarian Sarune Karo bagian I

Sarune Karo memiliki memiliki penjarian untuk menghasilkan nada-nada pada sarune Karo dan sebelum kita membahas tentang penjarian sarune Karo, kita harus mengetahui bahwa sarune Karo memiliki nada dasar yang berbeda-beda. Tinggi rendahnya nada pada sarune ditentukan oleh besar dan panjangnya dari ukuran sarune dan berikutlah penjelasan tentang penjarian pada sarune Karo tersebut: a Pertama-tama kita menutup ketujuh lobang nada dan membiarkan satu lobang nada yang berada di dekat gundal sarune tetap terbuka dan posisi gundal sarune menempel pada kaki si pemain. Setelah kitra menutup ketujuh lobang nada dan kita tiup maka nada yang dihasilkan adalah nada B, dan posisi pemain seperti gambar dibawah. Gambar 4.3: Posisi Jari pada nada B Sumber Dok: Egi Sinulingga. b Untuk menghasilkan nada C maka kita harus membuka lobang yang ke tiga dengan jari manis tangan kanan dan membiarkan dua lobang nada bagian bawah tetap terbuka. Disini posisi jari tangan saya, jari tangan kanan menutup lobang nada bagian bawah dan jari tangan kiri saya menutup lobang nada bagian atas. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4 Posisi jari pada nada C Sumber dok: Egi sinulingga. c Untuk menghasilkan nada D kita harus membuka lobang 1,2 dan 3 serta gundal sarune sedikit diangkat keatas ataupun tidak menempel pada kaki si pemain sarune tersebut, disini lah diperlukan teknik tonggum. Gambar 4.5 Posisi jari pada nada D Sumber dok: Egi Sinulingga. d Untuk menghasilkan nada E, sipemain sarune tetap membuka lobang 1,2 dan 3 tetapi gundal sarune kembali menempel pada kaki sipemain. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6: Posisi jari pada nada E Sumber Dok: Egi Sinulingga. e Untuk menghasilkan nada Fis, sipemain sarune membuka lobang 1,2,3,dan 4 tetapi gundal sarune sudah diangkat keatas ataupun tidak menempel pada kaki si pemain. Gambar 4.7: Penjarian Sarune nada Fis Sumber Dok: Egi Sinulingga. f Untuk menghasilkan nada G si pemain sarune harus membuka jari manis tangan kiri atau pun lobang nada yang ke 5 lima. Disini posisi jari tangan kanan pemain berada pada lobang nada bagian bawah dan jari tangan kiri berada pada lobang nada bagian atas, serta gundal sarune sudah terbuka. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.8: Posisi Jari pada nada G Sumber Dok: Egi Sinulingga. g Nada A dihasilkan dengan cara membuka jari tengah tangan kiri ataupun lobang nada ke 6 enam dan gundal sarune tidak menempel pada kaki si pemain dan lobang corong yang ada pada gundal sarune dibiarkan tetap terbuka. Gambar 4.9: Posisi jari pada nada A Sumber Dok: Egi Sinulingga. h Nada B oktaf dihasilkan dengan cara membuka induk jari tangan kiri ataupun lobang yang ke 8 delapan dan menutup lobang nada ke 7 tujuh dengan jari telunjuk tangan kiri serta lobang corong yang ada di gundal sarune dibiarkan tetap terbuka. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.10: Posisi jari pada nada B oktaf Sumber Dok: Egi Sinulingga. i Nada C oktaf dihasilkan dengan cara membuka jari telunjuk tangan kiri ataupun lobang nada ke 7 tujuh serta menutup lobang nada ke 6 enam dengan jari tengah tangan kiri serta lobang corong yang ada di gundal sarune dibiarkan tetap terbuka. Gambar 4.11: Posisi jari pada nada C oktaf Sumber Dok: Egi Sinulingga. Keterangan diatas adalah posisi jari tangan untuk menghasilkan nada-nada pada sarune Karo. Dan perlu saya jelaskan bahwa sebelum melakukan keterangan diatas si pemain sarune mestinya sudah pada posisi duduk bersila dan jangan lupa meniup sarune dengan nafas yang teratur. Tangga nada diatas biasanya digunakan sarune pada saat lagu Universitas Sumatera Utara bernada minor seperti odak-odak, piso surit dan lagu roti manis.

4.3.2 Penjarian Sarune Karo bagian II