Gendang lima sendalanen dan kulcapi di dalam guro-guro aron

Pangir menurut bobotnya dapat dibagi atas : a. Pangir selamsam, Pangir selamsam adalah suatu pangir yang paling kecil bobotnya. Dimana peralatannya hanya terdiri dari : sebuah jeruk purut, baja getah kayu besi, minyak kelapa, dan sebuah mangkuk putih tempat untuk erpangir. b. Pangir sintengah, pangir ini terdiri dari penguras ramuan air kelapa, jeruk purut, baja, minyak kelapa dan jera, empat jenis jeruk tetapi jeruk purut rimo mukur harus ada, dilakukan di sungai yang alirannya membelah dua menjadi dua aliran dan memakai pertolongan guru. c. Pangir mbelin agung, pangir mbelin memerlukan peralatan seperti penguras, tujuh jenis jeruk jeruk purut harus ada, wajan belanga sebagai tempat erpangir dan dilakukan di lau sirang sungai yang membelah dua. Pangir ini di letakkan di atas sagak corong bambu dan di pinggirnya dihiasi janur kuning lambe, pada erpangir ini lah di pergunakan alat musik Karo dan lagu-lagu yang digunakan adalah perang empat kali alep empat kali, gendang peselukken, gendang pemindon guru permintaan guru, gendang adat gendang perang-perang, simalungen rayat dan lagu yang terakhir gendang pendungi kalau diadakan pemuang-pemuang.

3.2 Perubahan Alat Musik Dalam Kesenian Tradisional Karo

Terakhir ini sudah terlihat perubahan alat musik tradisional Karo yang cukup signifikan. Perubahan yang paling nyata dapat dilihat adalah perubahan pemakaian alat musik Karo dalam upacara adat. Terjadinya perubahan alat musik dalam kesenian tradisional karo memiliki proses dan tahapan-tahapan tertentu.

3.2.1 Gendang lima sendalanen dan kulcapi di dalam guro-guro aron

Pada awalnya kulcapi dan sarune digunakan pada ensambel yang berbeda. Sarune digunakan pada gendang lima sendalanen dan kulcapi di pergunakan dalam ensambel Universitas Sumatera Utara gendang telu sendalanen. Pada tahun 1980 sudah terjadi perubahan yaitu penambahan kulcapi dalam ensambel gendang lima sendalanen di dalam upacara gendang guro-guro aron yang dilakukan oleh musisi tradisional Karo yang bernama Jasa Tarigan. Selanjutnya, dengan kemampuan dan kreativitas yang dimilikinya, Jasa Tarigan menggabungkan instrumen Kulcapi dengan Gendang Lima Sendalanen dalam konteks Gendang guro-guro aron. Dalam hal ini Kulcapi dimainkan secara bergantian dengan Sarune sebagai alat musik pembawa melodi. Pergantian alat musik ini juga tidak bersifat permanen dalam satu pertunjukan Gendang guro-guro aron, karena dalam setiap pertunjukannya, kedua instrumen tersebut tetap akan dibawa dan penggunaannya dimainkan secara berganti-gantian dalam membawakan melodi lagu. Dengan digunakannya Kulcapi sebagai pembawa melodi dalam Gendang Lima Sendalanen, maka konsep atau terminologi Gendang Lima Sendalanen sebagai suatu ensambel musik tradisional Karo menjadi rancu, karena di depan telah dijelaskan bahwa Gendang Lima Sendalanen terdiri dari instrumen: Sarune, Gendang singanaki, Gendang singindungi, Penganak dan Gung, sementara Kulcapi memiliki ensembel dan konteks tersendiri, yaitu Gendang telu sendalanen dan konteksnya adalah Erpangir ku lau. Agar lebih memudahkan penulisan, dalam tulisan ini penulis menggunakan istilah Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi untuk menyebutkan percampuran antara Kulcapi dengan Gendang singanaki, gendang singindungi, Penganak dan Gung Gendang Lima Sendalanen. Artinya, secara ensambel tetap merupakan ensambel Gendang Lima Sendalanen sementara Kulcapi hanya sebagai tambahan instrumen. Kemudian, sekitar tahun 1970an, sebelum Kulcapi digabungkan dengan Gendang Lima Sendalanen dalam konteks Gendang guro-guro aron, lagu-lagu diluar lagu tradisi Karo sudah mulai digunakan, seperti lagu: Seringgit si dua Kupang, Mak Inang lagu tradisi melayu dan lain-lain. Selanjutnya ketika Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi hadir dan memainkan lagu-lagu tersebut, orang-orang yang Universitas Sumatera Utara mendengar merasa lebih senang. Selain itu lagu-lagu pop daerah Karo yang biasanya dimainkan group band Karo, juga dapat dimainkan dengan baik menggunakan Kulcapi sebagai pembawa melodi. Secara tidak langsung penggunaan Kulcapi tersebut mendapat perhatian lebih dari masyarakat Karo, khususnya kalangan muda-mudi. Oleh karena itu, Gendang guro-guro aron dengan iringan Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi menjadi semakin sering dipertunjukkan oleh masyarakat Karo, dari kelompok singuda-nguda dan anak perana yang berada di pedesaan, sampai anak perana singuda-nguda yang berada di kota Medan. Di sisi lain, peran Sarune dan Kulcapi dalam Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi dalam membawakan melodi lagu komposisi tradisional Karo merupakan suatu fenomena baru, hal itu disebabkan antara lain karena kedua alat tersebut memiliki karakter yang berbeda, Sarune adalah alat tiup sementara Kulcapi alat musik petik. Sarune tidak dapat di-tuning tinggi rendah nadanya, sementara Kulcapi dapat dengan mudah di-tuning, oleh karena itu secara tidak langsung hal itu menyebabkan keterbatasan Sarune dalam membawakan lagu-lagu pop Karo dibandingkan Kulcapi.

3.2.2 Gendang keyboard dengan ensambel gendang lima sendalanen plus kulcapi