Dari Tabel 12 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi rumah tangga di Desa Selotong adalah 978,98 grkaphr. Hal ini berarti berat konsumsi pangan di Desa
Selotong melebihi dari angka kecukupan yang dianjurkan sebesar 850 grkaphr. Berat konsumsi pangan rumah tangga terbesar sampai terkecil adalah padi-padian,
sayur dan buah, pangan hewani, kacang-kacangan, gula, umbi-umbian, minyak dan lemak, lain-lain minuman dan bumbu, dan buahbiji berminyak.
Dari Tabel 12 juga menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi rumah tangga di Desa Selotong adalah 2.484,18 kkal atau 124,21 . Hal ini berarti konsumsi
energi di Desa Selotong melebihi dari angka kecukupan yang dianjurkan sebesar 2000 kkal. Kelompok pangan yang memiliki energi terbesar sampai yang terkecil
adalah padi-padian, minyak dan lemak, pangan hewani, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, lain-lain minuman dan bumbu, buahbiji berminyak, dan umbi-
umbian. Dari hasil penelitian diperoleh skor Pola Pangan Harapan PPH di Desa Selotong,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Terlihat pada Tabel 12 bahwa skor PPH di Desa Selotong sebesar 98,96. Hal ini berarti PPH di Desa Selotong sudah
mencapai target 95 yang telah ditetapkan Badan Ketahanan Pangan pada tahun 2015.
5.2 Tingkat Konsumsi
Tingkat konsumsi menggambarkan jumlah bahan makanan yang rata-rata dikonsumsi anggota masyarakat. Tingkat konsumsi dalam penelitian ini
dikelompokkan menjadi dua, yaitu tingkat konsumsi beras dan non beras.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil penelitian diperoleh tingkat konsumsi beras dan non beras masyarakat Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat yang terdapat pada
Tabel 13.
Tabel 13. Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat
No. KELOMPOK PANGAN
Konsumsi Pangan TOTAL PANGAN
GrKapHr Berat Ideal
GrKapHr A.
Beras Padi-padian Beras
236,73 239
Total Beras 236,73
239 B.
Non Beras Padi-padian Non Beras
31,75 36
Umbi-umbian 50,18
90 Pangan Hewani
185,40 140
Minyak dan Lemak 49,05
25 BuahBiji Berminyak
16,40 10
Kacang-kacangan 73,55
35 Gula
53,96 30
Sayur dan Buah 254,58
230 Dan Lain-lain
27,38 15
Total Non Beras 742,25
611 Total Beras dan Non Beras
978,98 850
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara
Tabel 13 menunjukkan tingkat konsumsi beras dan non beras masyarakat di Desa Selotong. Dapat dilihat tingkat konsumsi beras di Desa Selotong berada di bawah
angka ideal dan hampir mendekati angka ideal. Begitu juga dengan tingkat konsumsi non beras kelompok padi-padian dan kelompok umbi-umbian berada di
bawah angka ideal. Terdapat 7 tujuh kelompok bahan pangan yang berada di atas angka ideal, yaitu pangan hewani, minyak dan lemak, buahbiji berminyak,
kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain minuman dan bumbu.
Universitas Sumatera Utara
Jika dibandingkan tingkat konsumsi beras di Desa Selotong dengan tingkat konsumsi beras Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat
dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Perbandingan Tingkat Konsumsi Beras No
Uraian Tingkat Konsumsi Beras
grkaphr Ideal
grkaphr
1 Nasional
263,5 239
2 Provinsi Sumatera Utara
348,5 239
3 Kabupaten Langkat
246,5 239
4 Desa Selotong
236,7 239
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara Dapat dilihat dari Tabel 14 bahwa tingkat konsumsi beras di Desa Selotong paling
rendah dibandingkan dengan tingkat konsumsi beras Provinsi Sumatera Utara, Nasional dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi beras di Desa
Selotong berada di bawah angka ideal. Hal ini karena setiap harinya masyarakat mengkonsumsi beras tidak dengan jumlah yang berlebih. Tetapi masyarakat lebih
mengutamakan lauk pauk untuk dimakan karena sebagian besar lauk pauk tidak dibeli oleh masyarakat. Melainkan diproduksi sendiri atau membeli dengan harga
yang lebih murah dengan tetangga yang bekerja sebagai nelayan atau petani. Selain tingkat konsumsi beras, tingkat konsumsi non beras kelompok padi-padian
juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok padi padian Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada
Tabel 15.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 15. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Padi-padian
No Uraian
Tigkat Konsumsi Non Beras Padi-padian
grkaphr Ideal
grkaphr
1 Nasional
32,4 36
2 Provinsi Sumatera Utara
68,1 36
3 Kabupaten Langkat
28,0 36
4 Desa Selotong
31,7 36
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara Dapat dilihat dari Tabel 15 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok padi-
padian di Desa Selotong berada di bawah tingkat Provinsi Sumatera Utara tetapi di atas tingkat Nasional dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non
beras kelompok padi-padian berada di bawah angka ideal. Hal ini karena masyarakat jarang mengkonsumi jagung, jika ada yang mengkonsumsi tetapi
dalam jumlah sedikit. Masyarakat lebih sering mengkonsumsi pangan non beras selain kelompok padi-padian. Karena seperti jagung, mie basah dan kering, roti,
dan tepung mereka harus membeli ke pasar dengan mengeluarkan biaya. Selain tingkat konsumsi non beras kelompok padi-padian, tingkat konsumsi non
beras kelompok umbi-umbian juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok umbi-umbian Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga
Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 16.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Umbi-umbian
No Uraian
Tigkat Konsumsi Non Beras Umbi-umbian
grkaphr Ideal
grkaphr
1 Nasional
31,8 90
2 Provinsi Sumatera Utara
59,1 90
3 Kabupaten Langkat
18,8 90
4 Desa Selotong
50,1 90
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara Dapat dilihat dari Tabel 16 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok umbi-
umbian di Desa Selotong berada di bawah tingkat Provinsi Sumatera Utara tetapi di atas tingkat Nasional dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non
beras kelompok umbi-umbian di Desa Selotong berada di bawah angka ideal. Menurut hasil penelitian masyarakat mengkonsumsi ubi kayu, ubi jalar dan
kentang, tetapi jumlahnya tidak banyak. Hal ini yang membuat tingkat konsumsi umbi-umbian tidak mencapai angka ideal.
Selain tingkat konsumsi non beras kelompok umbi-umbian, tingkat konsumsi non beras kelompok pangan hewani juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi
non beras kelompok pangan hewani Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 17.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 17. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Pangan Hewani
No Uraian
Tingkat Konsumsi Non Beras Pangan Hewani
grkaphr Ideal
grkaphr
1 Nasional
102,6 140
2 Provinsi Sumatera Utara
191,6 140
3 Kabupaten Langkat
188,2 140
4 Desa Selotong
185,4 140
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara Dapat dilihat dari Tabel 17 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok pangan
hewani di Desa Selotong berada di bawah tingkat Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat, tetapi di atas tingkat Nasional. Dan juga tingkat konsumsi
non beras kelompok pangan hewani di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena mata pencaharian masyarakat di Desa Selotong sebagian besar
adalah nelayan dan petani. Hasil dari tangkapan nelayan yang mereka konsumsi tanpa membeli. Masyarakat yang bukan bekerja sebagai nelayan, sebagian besar
membeli ikan dengan tetangga mereka yang bekerja sebagai nelayan dengan harga yang lebih murah dibandingkan di pasar. Begitu juga dengan konsumsi telur
ayam. Hampir seluruh masyarakat memiliki ayam di halaman rumahnya. Hal ini yang membuat mereka jarang membeli telur di pasar.
Selain tingkat konsumsi non beras kelompok pangan hewani, tingkat konsumsi non beras kelompok minyak dan lemak juga akan dibandingkan dengan tingkat
konsumsi non beras kelompok minyak dan lemak Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 18.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 18. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Minyak dan Lemak
No Uraian
Tingkat Konsumsi Non Beras Minyak dan Lemak
grkaphr Ideal
grkaphr
1 Nasional
27,0 25
2 Provinsi Sumatera Utara
27,8 25
3 Kabupaten Langkat
31,7 25
4 Desa Selotong
49,0 25
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara Dapat dilihat dari Tabel 18 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok minyak
dan lemak di Desa Selotong paling tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok minyak dan lemak Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan
Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok minyak dan lemak di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena masyarakat di
Desa Selotong mengkonsumsi minyak goreng yang berlebih untuk menggoreng ikan karena setiap hari masyarakat makan ikan dan juga menggoreng pisang
karena masyarakat memiliki pohon pisang sendiri, serta untuk menggoreng tahu dan tempe menjadi cemilan atau lauk untuk makan.
Selain tingkat konsumsi non beras kelompok minyak dan lemak, tingkat konsumsi non beras kelompok buahbiji berminyak juga akan dibandingkan dengan tingkat
konsumsi non beras kelompok buahbiji berminyak Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 19.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 19. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok BuahBiji Berminyak
No Uraian
Tigkat Konsumsi Non Beras BuahBiji Berminyak
grkaphr Ideal
grkaphr
1 Nasional
7,0 10
2 Provinsi Sumatera Utara
20,2 10
3 Kabupaten Langkat
174,5 10
4 Desa Selotong
16,4 10
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara Dapat dilihat dari Tabel 19 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok buahbiji
berminyak di Desa Selotong berada di bawah tingkat Kabupaten Langkat dan Provinsi Sumatera Utara, tetapi di atas tingkat Nasional. Dan juga tingkat
konsumsi non beras kelompok buahbiji berminyak di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena masyarakat sering mengkonsumsi kelapa untuk
dijadikan santan pada sayuran. Masyarakat memiliki pohon kelapa sendiri di belakang rumahnya. Sebagian masyarakat meminta atau diberikan kelapa oleh
tetangga yang memiliki pohon kelapa. Selain tingkat konsumsi non beras kelompok buahbiji berminyak, tingkat
konsumsi non beras kelompok kacang-kacangan juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok kacang-kacangan Nasional, Provinsi
Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 20.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 20. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Kacang- kacangan
No Uraian
Tigkat Konsumsi Non Beras Kacang-kacangan
grkaphr Ideal
grkaphr
1 Nasional
23,2 35
2 Provinsi Sumatera Utara
23,4 35
3 Kabupaten Langkat
17,6 35
4 Desa Selotong
73,5 35
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara Dapat dilihat dari Tabel 20 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok kacang-
kacangan di Desa Selotong paling tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok kacang-kacangan Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan
Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok kacang- kacangan di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena selain ikan
masyarakat juga sering mengkonsumsi tahu dan tempe setiap harinya karena harga terjangkau. Dan juga mengkonsumsi kacang tanah yang menjadi lauk
makan serta kacang hijau untuk dijadikan bubur. Selain tingkat konsumsi non beras kelompok kacang-kacangan, tingkat konsumsi
non beras kelompok gula juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok gula Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten
Langkat dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Gula No
Uraian Tigkat Konsumsi Non Beras Gula
grkaphr Ideal
grkaphr
1 Nasional
24,5 30
2 Provinsi Sumatera Utara
16,0 30
3 Kabupaten Langkat
17,3 30
4 Desa Selotong
53,9 30
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dapat dilihat dari Tabel 21 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok gula di Desa Selotong paling tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras
kelompok gula Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok gula di Desa Selotong berada di atas
angka ideal. Hal ini karena masyarakat mengkonsumsi gula putihgula pasir untuk minum teh manis dan kopi 1-3 kali sehari, serta gula merah untuk membuat
bubur kacang hijau. Selain tingkat konsumsi non beras kelompok gula, tingkat konsumsi non beras
kelompok sayur dan buah juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok sayur dan buah Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga
Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Sayur dan Buah
No Uraian
Tigkat Konsumsi Non Beras Beras
grkaphr Ideal
grkaphr
1 Nasional
256,3 230
2 Provinsi Sumatera Utara
263,9 230
3 Kabupaten Langkat
227,7 230
4 Desa Selotong
254,5 230
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara Dapat dilihat dari Tabel 22 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok sayur
dan buah di Desa Selotong berada di bawah tingkat Provinsi Sumatera Utara dan Naisonal, tetapi di atas tingkat Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi
non beras kelompok sayur dan buah di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena sebagian besar masyarakat memiliki pohon buah pepaya, pisang,
jambu air, dan mangga. Mereka sering mengkonsumsi buah-buahan tersebut tanpa
Universitas Sumatera Utara
harus membeli lagi ke pasar. Masyarakat juga menanam berbagai macam sayur- sayuran, seperti sayur bayam, kangkung, sawi, kacang panjang, daun ubi, daun
pepaya, dan genjer. Jadi mereka mengkonsumsi sayur-sayuran dari hasil produksi mereka sendiri.
Selain tingkat konsumsi non beras kelompok sayur dan buah, tingkat konsumsi non beras kelompok lain-lain minuman dan bumbu juga akan dibandingkan
dengan tingkat konsumsi non beras kelompok lain-lain Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok –Lain-lain No
Uraian Tigkat Konsumsi Non Beras Lain-
lain grkaphr
Ideal grkaphr
1 Nasional
58,9 15
2 Provinsi Sumatera Utara
3,1 15
3 Kabupaten Langkat
1,8 15
4 Desa Selotong
27,3 15
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara Dapat dilihat dari Tabel 23 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok lain-lain
di Desa Selotong berada di bawah tingkat Nasional tetapi di atas tingkat Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non beras
kelompok lain-lain di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena masyarakat sering mengkonsumsi teh manis dan kopi, yaitu sebanyak 1-3 kali
sehari.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 24. Perbandingan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras Nasional, Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Langkat, dan Desa Selotong
No Kelompok
Pangan Nasional
GrKapHr Sumatera
Utara GrKapHr
Langkat GrKapHr
Desa Selotong
GrKapHr Ideal
GrKapHr
1 Padi-padian
Beras 263,5
348,5 246,5
236,7 239,0
2 Padi-padian
Non Beras 32,4
68,1 28,0
31,7 36,0
3 Umbi-umbian
31,8 59,1
18,8 50,1
90,0 4
Pangan Hewani 102,6
191,6 188,2
185,4 140,0
5 Minyak dan
Lemak 27,0
27,8 31,7
49,0 25,0
6 BuahBiji
Berminyak 7,0
20,2 174,5
16,4 10,0
7 Kacang-
kacangan 23,2
23,4 17,6
73,5 35,0
8 Gula
24,5 16,0
17,3 53,9
30,0 9
Sayur dan Buah 256,3
263,9 227,7
254,5 230,0
10 Lain-lain
58,9 3,1
1,8 27,3
15,0 Keterangan : Nilai tertinggi
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara
Tabel 24 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi beras di Desa Selotong berada di bawah angka ideal Nasional, begitu juga dengan konsumsi non beras padi-padian
dan umbi-umbian berada di bawah angka ideal Nasional. Sedangkan kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, buahbiji berminyak, kacang-kacangan, gula,
sayur dan buah, dan lain-lain berada di atas angka ideal Nasional.
5.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Beras Masyaralat di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat
Dalam penelitian ini terdapat 4 empat faktor, yaitu tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras yang
mempengaruhi tingkat konsumsi beras di Desa Selotong. Setelah dilakukan uji dengan menggunakan SPSS ditemukan bahwa pengaruh
variabel bebas tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga,
Universitas Sumatera Utara
umur, dan tingkat konsumsi non beras terhadap variabel terikat tingkat konsumsi beras terdapat pada Tabel 25.
Tabel 25. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Beras di Desa Selotong
No Variabel
Koef. Regresi Sig.
1 Konstanta
14,154 0,895
2 Tingkat Pendapatan Rumah Tangga
-52,654 0,041
3 Jumlah Anggota Rumah Tangga
127,205 0,000
4 Umur
7,554 0,000
5 Tingkat Konsumsi Non Beras
0,062 0,003
R Square 0,561
Sumber : Lampiran 6 Dari Tabel 25 dapat diperoleh persamaan :
Y = 14,154 – 52,654X
1
+ 127,205X
2
+ 7,554X
3
+ 0,062X
4
Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R
2
R Square yang diperoleh adalah sebesar 0,561. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 56,1
variabel bebas tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras berpengaruh terhadap variabel terikat
tingkat konsumsi beras. Sedangkan sisanya 43,9 dipengaruhi oleh variabel bebas atau faktor lain yang belum dimasukkan ke dalam model.
Dari persamaan hasil analisis regresi, dapat diperoleh nilai konstanta sebesar 14,154. Hal ini menunjukkan bahwa besar efek yang ditimbulkan variabel bebas
tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras terhadap variabel terikat tingkat konsumsi beras
adalah 14,154. Atau apabila nilai variabel bebas sama dengan nol =0, maka nilai variabel terikat tingkat konsumsi beras adalah sebesar 14,154 gr.
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel Anova pada lampiran 6, diperoleh signifikansi F adalah sebesar 0,000 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H
ditolak dan H
1
diterima, yang berarti variabel bebas tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga,
umur, dan tingkat konsumsi non beras secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat tingkat konsumsi beras.
Secara parsial variabel bebas tersebut ada yang berpengaruh nyata dan ada yang tidak berpengaruh nyata. Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t
tingkat pendapatan rumah tangga X
1
adalah sebesar 0,041 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H
ditolak dan H
1
diterima, yang berarti variabel bebas tingkat pendapatan rumah tangga secara parsial berpengaruh nyata terhadap
tingkat konsumsi beras. Angka 52,654 menunjukkan besarnya koefisien regresi X
1.
Nilai koefisien regresi bertanda negatif sebesar -52,654. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan pendapatan, maka akan terjadi penurunan
konsumsi beras sebesar 52,654 gr. Hal ini karena penambahan pendapatan bisa saja dikeluarkan untuk konsumsi non beras dan non pangan.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t jumlah anggota rumah tangga X
2
adalah sebesar 0,000 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H ditolak
dan H
1
diterima, yang berarti variabel bebas jumlah anggota rumah tangga secara parsial berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras. Angka 127,205
menunjukkan besarnya koefisien regresi X
2
. Nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 127,205. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan 1
jiwa, maka akan terjadi penambahan konsumsi beras sebesar 127,205 gr. Atau
Universitas Sumatera Utara
semakin banyak jumlah anggota rumah tangga maka semakin banyak pula konsumsi berasnya.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t umur X
3
adalah sebesar 0,000 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H
ditolak dan H
1
diterima, yang berarti variabel bebas umur secara parsial berpengaruh nyata terhadap tingkat
konsumsi beras. Angka 7,554 menunjukkan besarnya koefisien regresi X
3
. Nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 7,554. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap adanya penambahan umur 1 tahun, maka akan terjadi penambahan konsumsi beras sebesar 7,554 gr. Penambahan konsumsi beras dikarenakan
apabila bertambahnya umur ibu rumah tangga berarti semakin tinggi umur anak- anaknya, maka semakin banyak pula mengkonsumsi berasnya.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t tingkat konsumsi non beras X
4
adalah sebesar 0,003 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H ditolak dan H
1
diterima, yang berarti variabel bebas tingkat konsumsi non beras secara parsial berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras. Angka 0,062 menunjukkan
besarnya koefisien regresi X
4
. Nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,062. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan konsumsi non
beras maka akan terjadi penambahan konsumsi beras sebesar 0,062 gr.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan