Kesimpulan Saran Landasan Teori .1 Teori Konsumsi

49 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pola konsumsi pangan di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat didominasi oleh kelompok pangan non beras. 2. Tingkat konsumsi beras di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat berada di bawah angka ideal Nasional. Begitu juga tingkat konsumsi non beras kelompok padi-padian dan kelompok umbi- umbian yang masih di bawah angka ideal Nasional. Sedangkan tingkat konsumsi non beras kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, buahbiji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain minuman dan bumbu berada di atas angka ideal Nasional. 3. Secara serempak dan parsial keempat faktor tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.

6.2 Saran

1. Kepada Pemerintah Diharapkan kepada pemerintah agar mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai pola konsumsi pangan yang ideal dan mencapai Pola Pangan Harapan PPH Ideal. Dan juga memberikan penjelasan tentang pentingnya dalam pencapaian PPH tersebut. 49 Universitas Sumatera Utara 2. Kepada Masyarakat Disarankan kepada masyarakat di Desa Selotong agar meningkatkan konsumsi umbi-umbiannya dan sebaliknya mengurangi konsumsi tujuh kelompok pangan yang berlebih, yaitu pangan hewani, minyak dan lemak, buahbiji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan agar pola konsumsi pangan masyarakat berimbang dan beragam. 3. Kepada Peneliti Selanjutnya Disarankan untuk meneliti pola konsumsi pangan rumah tangga di daerah perkotaan. Universitas Sumatera Utara 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pola Konsumsi Pangan Pola Konsumsi Pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata perorang per hari yang umum dikonsumsidimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Hasil Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi WKNPG VIII tahun 2004 menetapkan bahwa Angka Kecukupan GiziEnergi AKGAKE di tingkat konsumsi sebesar 2.000 Kkal per kapita per hari dan protein 52 gram per kapita per hari, dan 57 gram per kapita per hari ditingkat ketersediaan BKP Bengkulu, 2011. Bahan pangan untuk konsumsi sehari-hari dapat dikelompokkan menjadi 9 sembilan kelompok besar. Jenis pangan pada masing-masing kelompok dapat berbeda pada setiap daerahkota sesuai sumberdaya pangan yang tersedia. Secara nasional bahan pangan dikelompokkan sebagai berikut : a. Padi-padian : beras, jagung, sorghum dan terigu b. Umbi-umbian : ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas, sagu, dan umbi lainnya c. Pangan hewani : ikan, daging, susu dan telur d. Minyak dan lemak : minyak kelapa, minyak sawit minyak goreng, minyak jagung, margarin e. Buahbiji berminyak : kelapa, kemiri, jambu mete dan coklat 8 Universitas Sumatera Utara f. Kacang-kacangan : kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, dan kacang lainnya g. Gula : gula pasir, gula merah h. Sayur dan buah : semua jenis sayuran dan buah-buahan yang biasa dikonsumsi i. Lain-lain : teh, kopi, sirup, bumbu-bumbuan, makanan dan minuman jadi. Seperti diketahui bersama ketahanan pangan nasional akan terwujud apabila didukung langsung oleh ketahanan pangan skala rumah tangga. Pola konsumsi pangan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga sekaligus ketahanan pangan nasional. Dimana pola konsumsi pangan sangat ditentukan oleh faktor sosial ekonomi rumah tangga, seperti pendapatan, harga pangan, selera dan kebiasaan makan BKP Langkat, 2015. Untuk melihat situasi pola konsumsi pangan masyarakat di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat dilakukan pendataan kebiasaan konsumsi pangan masyarakat sehingga diperoleh gambaran tentang kualitas dan kuantitas konsumsi pangan di daerah penelitian tersebut.

2.1.2 Pola Pangan Harapan

Penilaian terhadap pengembangan pola konsumsi pangan tingkat Nasional dan Regional dilaksanakan dengan pendekatan Pola Pangan Harapan PPH dan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS. Pola Pangan Harapan PPH merupakan jenis dan jumlah kelompok pangan utama yang Universitas Sumatera Utara dianjurkan untuk dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi. Pola Pangan Harapan PPH dapat digunakan sebagai ukuran keseimbangan dan keanekaragaman pangan dengan terpenuhi kebutuhan energi dari berbagai kelompok pangan. Skor pola konsumsi pangan mencerminkan mutu gizi konsumsi pangan dan tingkat keragaman konsumsi pangan serta mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran untuk hidup sehat, aktif dan produktif BKP Bengkulu, 2011. Tabel 3. Standar Pola Pangan Harapan PPH Nasional No Kelompok Pangan Skor PPH

1 Padi-padian

25 2 Umbi-umbian 2,5

3 Pangan Hewani

24 4 Minyak dan Lemak 5

5 BuahBiji Berminyak

1 6 Kacang-kacangan 10

7 Gula

2,5 8 Sayur dan Buah 30

9 Lain-lain

Total 100 Sumber : BKP Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015 PPH berguna untuk : 1 Sebagai alat atau instrumen perencanaan konsumsi pangan, ketersediaan pangan dan produksi pangan. 2 Sebagai instrumen evaluasi tingkat pencapaian konsumsi pangan, penyediaan pangan dan produksi pangan. 3 Dapat pula digunakan sebagai basis pengukuran diversifikasi dan ketahanan pangan. Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Tingkat Konsumsi

Tingkat konsumsi menggambarkan jumlah bahan makanan yang rata-rata dikonsumsi anggota masyarakat. Terdapat 3 tiga cara untuk menjelaskan tingkat konsumsi, yaitu : 1 Berdasarkan jenis atau macam dan jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga. 2 Menurut pengelompokan penggunaan komoditi. 3 Menurut nilai pengeluaran dari komoditas yang dikonsumsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras adalah sebagai berikut : 1 Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Adanya sifat keterbatasan sumberdaya keluarga atau pendapatan yang tersedia akan mempengaruhi adanya prioritas alokasi pengeluaran keluarga. Keluarga yang berpenghasilan rendah, sebagian besar pendapatannya digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan, sehingga persentase pengeluaran untuk pangan akan relatif besar. Akan tetapi karena kebutuhan pangan relatif terbatas, maka mulai pada tingkat pendapatan tertentu pertambahan pendapatan akan dialokasikan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan non pangan, sehingga pada kondisi tersebut persentase pengeluaran untuk pangan akan menurun. Peningkatan pendapatan menyebabkan timbulnya kebutuhan-kebutuhan lain selain pangan, sementara pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam peningkatannya tidak sebesar pengeluaran non pangan Fatimah,1995. Universitas Sumatera Utara 2 Jumlah Anggota Rumah Tangga Jumlah anggota rumah tangga juga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Bagi rumah tangga dengan anggota rumah tangga banyak, pada kondisi tersebut maka tingkat konsumi pangan akan lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah anggota rumah tangga yang lebih kecil. Untuk mencukupi konsumsi pangan seluruh anggota rumah tangga maka pada kondisi ini pula lebih mengutamakan kuantitas dibandingkan kualitas pangan. 3 Umur Memahami umur konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda umur akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan umur juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek Sumarwan, 2004. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Konsumsi Hipotesis Pendapatan Absolut Absolute Income Hypothesis yang dikemukakan oleh Keynes, menduga bahwa fungsi konsumsi memiliki karakteristik : 1 Kecenderungan mengkonsumsi merupakan fungsi yang stabil dan besarnya konsumsi agregat ditentukan oleh besarnya pendapatan agregat. 2 Konsumsi akan meningkat jika pendapatan meningkat, tetapi peningkatan konsumsi yang terjadi tidak akan sebesar peningkatan pendapatan. 3 Semakin tinggi tingkat pendapatan, semakin besar jarak gap antara pendapatan dan konsumsi. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan, semakin besar proporsi dari pendapatan yang ditabung. Universitas Sumatera Utara 4 Peningkatan pendapatan akan diikuti dengan peningkatan tabungan, dan turunnya pendapatan akan diikuti dengan penurunan tabungan dalam jumlah yang lebih besar Supriana, 2013. Konsumsi adalah fungsi linier dari pendapatan yang dapat dibelanjakan. Hal ini dituliskan sebagai berikut : Gambar 1. Hipotesis Pendapatan Absolut Absolute Income Hypothesis Persamaan di atas dinamakan fungsi konsumsi, di mana a adalah titik potong intersep dan b adalah kemiringan slope fungsi konsumsi. Slope dari fungsi konsumsi adalah kecenderungan untuk mengkonsumsi Marginal Propensity to Consume = MPC. MPC sebesar b dapat diartikan sebagai penambahan sebesar 1 satuan pendapatan yang dapat dibelanjakan akan menaikkan konsumsi sebesar b, di mana 0 b 1. K onsum si Pendapatan yang Dapat Dibelanjakan C Yd C = a + bYd C = a + bYd Universitas Sumatera Utara

2.3 Penelitian Terdahulu