f. Kacang-kacangan
: kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, dan kacang lainnya
g. Gula
: gula pasir, gula merah h.
Sayur dan buah : semua jenis sayuran dan buah-buahan
yang biasa dikonsumsi i.
Lain-lain : teh, kopi, sirup, bumbu-bumbuan,
makanan dan minuman jadi. Seperti diketahui bersama ketahanan pangan nasional akan terwujud apabila
didukung langsung oleh ketahanan pangan skala rumah tangga. Pola konsumsi pangan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam mewujudkan
ketahanan pangan rumah tangga sekaligus ketahanan pangan nasional. Dimana pola konsumsi pangan sangat ditentukan oleh faktor sosial ekonomi rumah
tangga, seperti pendapatan, harga pangan, selera dan kebiasaan makan BKP Langkat, 2015.
Untuk melihat situasi pola konsumsi pangan masyarakat di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat dilakukan pendataan kebiasaan
konsumsi pangan masyarakat sehingga diperoleh gambaran tentang kualitas dan kuantitas konsumsi pangan di daerah penelitian tersebut.
2.1.2 Pola Pangan Harapan
Penilaian terhadap pengembangan pola konsumsi pangan tingkat Nasional dan Regional dilaksanakan dengan pendekatan Pola Pangan Harapan PPH dan
menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS. Pola Pangan Harapan PPH merupakan jenis dan jumlah kelompok pangan utama yang
Universitas Sumatera Utara
dianjurkan untuk dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi. Pola Pangan Harapan PPH dapat digunakan sebagai ukuran keseimbangan dan
keanekaragaman pangan dengan terpenuhi kebutuhan energi dari berbagai kelompok pangan. Skor pola konsumsi pangan mencerminkan mutu gizi konsumsi
pangan dan tingkat keragaman konsumsi pangan serta mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran untuk hidup sehat, aktif dan produktif
BKP Bengkulu, 2011.
Tabel 3. Standar Pola Pangan Harapan PPH Nasional No
Kelompok Pangan Skor PPH
1 Padi-padian
25 2
Umbi-umbian 2,5
3 Pangan Hewani
24 4
Minyak dan Lemak 5
5 BuahBiji Berminyak
1 6
Kacang-kacangan 10
7 Gula
2,5 8
Sayur dan Buah 30
9 Lain-lain
Total 100
Sumber : BKP Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015 PPH berguna untuk :
1 Sebagai alat atau instrumen perencanaan konsumsi pangan, ketersediaan
pangan dan produksi pangan. 2
Sebagai instrumen evaluasi tingkat pencapaian konsumsi pangan, penyediaan pangan dan produksi pangan.
3 Dapat pula digunakan sebagai basis pengukuran diversifikasi dan ketahanan
pangan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Tingkat Konsumsi
Tingkat konsumsi menggambarkan jumlah bahan makanan yang rata-rata dikonsumsi anggota masyarakat. Terdapat 3 tiga cara untuk menjelaskan tingkat
konsumsi, yaitu : 1
Berdasarkan jenis atau macam dan jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga.
2 Menurut pengelompokan penggunaan komoditi.
3 Menurut nilai pengeluaran dari komoditas yang dikonsumsi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras adalah sebagai berikut : 1
Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Adanya sifat keterbatasan sumberdaya keluarga atau pendapatan yang tersedia
akan mempengaruhi adanya prioritas alokasi pengeluaran keluarga. Keluarga yang berpenghasilan rendah, sebagian besar pendapatannya digunakan untuk
mencukupi kebutuhan pangan, sehingga persentase pengeluaran untuk pangan akan relatif besar. Akan tetapi karena kebutuhan pangan relatif terbatas, maka
mulai pada tingkat pendapatan tertentu pertambahan pendapatan akan dialokasikan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan non pangan, sehingga pada
kondisi tersebut persentase pengeluaran untuk pangan akan menurun. Peningkatan pendapatan menyebabkan timbulnya kebutuhan-kebutuhan lain selain pangan,
sementara pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam peningkatannya tidak sebesar pengeluaran non pangan Fatimah,1995.
Universitas Sumatera Utara
2 Jumlah Anggota Rumah Tangga
Jumlah anggota rumah tangga juga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Bagi rumah tangga dengan anggota rumah tangga banyak, pada kondisi tersebut maka
tingkat konsumi pangan akan lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah anggota rumah tangga yang lebih kecil. Untuk mencukupi konsumsi pangan seluruh
anggota rumah tangga maka pada kondisi ini pula lebih mengutamakan kuantitas dibandingkan kualitas pangan.
3 Umur
Memahami umur konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda umur akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan umur juga akan
mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek
Sumarwan, 2004.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Konsumsi