Tinjauan Pustaka Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Stakeholder Theory

Grand theory dalam Penelitian ini menggunakanStakeholder Theory. Istilah Stakeholder pertama kali diperkenalkan oleh Stanford Research Institute SRI pada tahun 1963 Freeman, 1984. Freeman 1984 mendefinisikan stakeholder sebagai “any group or individual who can affect or be affected by the achievement of an organization’s objective .” bahwa stakeholder merupakan kelompok maupun individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh proses pencapaian tujuan organisasi. Stakeholder theory merupakan sekelompok orang, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap organisasi.Organisasi sektor publik, sektor publik memiliki cakupan yang lebih luas dan lebih beragam. Tabel 2.1. Stakeholder Sektor Publik dengan Sektor Swasta Stakeholder Sektor Publik Stakeholder Sektor Swasta Stakeholder Eksternal a. Masyarakat pengguna jasa publik b. Masyarakat pembayar pajak c. Perusahaan dan organisasi sosial ekonomi yang menggunakan pelayanan sebagai input atas aktivitas Stakeholder Eksternal a. Bank sebagai kreditor b. Serikat Buruh c. Pemasok d. Pemerintah e. Distributor f. Pelanggan g. Serikat dagang trade union Universitas Sumatera Utara 11 organisasi d. Bank sebagai kreditor pemerintah e. Badan-badan Internasional, seperti Bank Dunia, IMF, ADB, PBB, dsb. f. Investor asing dan Country Analyst Stakeholder Internal a. Lembaga Negara kabinet, MPR, DPRDPR, dsb b. Kelompok politik partai politik c. Manajer publik Gubernur, Bupati, Direktur BUMNBUMD d. Pegawai pemerintah h. Pasar Modal Stakeholder Internal a. Manajemen b. Karyawan c. Pemegang Saham Sumber : Mardiasmo 2002 Bryson 2001 mendefinisikan stakeholder ialah suatu individu, kelompok, atau organisasi apapun yang dapat melakukan klaim terhadap sumber daya atau hasil dari organisasi atau dipengaruhi oleh hasil itu.Keberhasilan dalam organisasi publik maupun swasta ialah sejauhmana organisasi tersebut dapat menjamin kepuasan stakeholder utama masyarakat sebagai stakeholder utama. Pemerintah selaku pemegang kekuasaan dalam roda pemerintahan harus menekankan aspek kepentingan rakyat selaku stakeholderdan pemerintah juga harus mampu mengelola kekayaan daerah, pendapatan daerah serta yangberupa asset daerah untuk kesejahteraan rakyat sesuai dengan isi dari Undang - Undang Dasar 1945 pasal 33 yang menyatakan bahwa seluruh kekayaan alam yang dikuasai pemerintah harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. Universitas Sumatera Utara 12

2.1.2. Stewardship Theory

Selain teori stakeholder, teori lain yang mendasari penelitian ini ialah teori stewardship. Teori Stewardship mempunyai akar psikologi dan sosiologi yang didesain untuk menjelaskan situasi dimana manajer sebagai steward dan bertindak sesuai kepentingan pemilik Donaldson Davis, 1989, 1991 dalam Raharjo 2007.Teori ini mengambarkan tentang adanya hubungan yang kuat antara kepuasan dan kesuksesan organisasi, menurut Murwaningsari 2009 Teori stewardship berdasarkan asumsi filosofis mengenai sifat manusia bahwa manusia dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan manusia merupakan individu yang berintegritas. Pemerintah selaku steward dengan fungsi pengelola sumber daya dan rakyat selaku principal pemilik sumber daya.Terjadi kesepakatan yang terjalin antara pemerintah steward dan rakyat principal berdasarkan kepercayaan, kolektif sesuai tujuan organisasi.Organisasi sektor publik memiliki tujuan memberikan pelayanan kepada publik dan dapat di pertanggungjawabkan kepada masyarakat publik.Sehingga dapat diterapkan dalam model kasus organisasi sektor publik dengan teori stewardship .Teori stewardship mengasumsikan hubungan yang kuat antara kesuksesan organisasi dengan kepuasan pemilik.Pemerintah akanberusaha maksimal dalam menjalankan pemerintahan untuk mencapai tujuan pemerintah yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat.Apabila tujuan ini mampu tercapai oleh pemerintah maka rakyat selaku pemilik akan Universitas Sumatera Utara 13 merasa puas dengan kinerja pemerintah. Tabel dibawah ini mengenai asumsi dasar teori stewardship : Table 2.2. Asumsi Dasar Teori Stewardship Manager as Stewards Approach To Governance Sociological and psychological Model of human behavior Collectivistic, pro-organization, trustworthy Manager Motivated by Principal objectives Manager-Principal Interst Covergence Structure That Facilitate and Empower Ownwers Attitude Risk-Propensity The Principal-Manager Relationship Relly on Trust Sumber : Podrug, N 2011:406 2.1.3. Kemandirian Keuangan Daerah 2.1.3.1.Pengertian Kemandirian Keuangan Daerah Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 bahwa “kemandirian keuangan daerah berarti pemerintah dapat melakukan pembiayaan dan pertanggungjawaban keuangan sendiri, melaksanakan sendiri, dalam rangka asas desentralisasi”. Dwirandra Halim, 2001 mengemukakan pengertian kemandirian keuangan daerah ialah “daerah harus memiliki keuangan dan kemampuan untuk menggali suber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya. Universitas Sumatera Utara 14 Pengertian kemandirian keuangan daerah dikemukan oleh Halim 2008:232 sebagai berikut: Kemandirian keuangan daerah adalah kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah sendiri ditunjukan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain misalnya, bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman Halim,2008. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian keuangan daerah adalah kemampuan pemerintah daerah dalam menggali dan mengelola sumber daya atau potensi daerah yang dimilikinya secara efektif dan efisien sebagai sunber utama keuangan daerah yang berguna untuk membiayai kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah. 2.1.3.2.Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pemberian otonomi kepada daerah dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan melalui kemandirian yang dilakukan daerah dengan mengatur serta mengurus sendiri urusan pemerintahannya berdasarkan asas otonomi yang serta diharapkan dengan diselenggarakannya otonomi daerah, semua daerah dalam melakukan urusan daerah baik itu urusan pemerintahan maupun Universitas Sumatera Utara 15 urusan dalam pembangunan dapat mengadalkan keuangan daerah masing-masing yaitu pendapatan asli daerah PAD. Hal ini seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa indikator untuk mewujudkan kemandirian daerah diukur melalui PAD. Halim 2008 mengemukakan bahwa “Kemandirian keuangan daerah ditunjukan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal daeri sumber lain, misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman. Berdasarkan pengertian tersebut, maka untuk mengetahui tingkat kemandirian keuangan daerah dapat dirumuskan sebagai berikut: Rasio KKD = x 100 Indikator kemandirian keuangan daerah ini diukur dengan menggunakan rasio pendapatan asli daerah dibagi dengan total pendapatan daerah. Mengetahui kemandirian keuangan daerah ini menunjukkan seberapa besar local taxing power suatu daerah, serta seberapa besar kemampuan PAD dalam mendanai belanja daerah yang dianggarkan untuk memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Rasio akan menunjukkan tingkat kesehatan semakin baik bila terus meningkat, akan tetapi perlu diperhatikan pula bila terjadi kenaikan secara kontinyu atas pendapatan bunga, karena hal Universitas Sumatera Utara 16 tersebut dapat diartikan terdapat peningkatan dana pemda yang disimpan dalam bank dan tidak dibelanjakan DPJK, 2011.Rasio kemandirain keuangan daerah ini apabila hasil semakin tinggi maka akan semakin kecil angka ketergantungan daerah terhadap pihak lain pemerintah pusat khususnya dan berlaku sebaliknya. Rasio kemandirian dapat pula untuk menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Apabila semakin tingggi rasio kemandirian, maka semakin tinggi pula partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah sehingga akan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi. 2.1.3.4.Pola Hubungan Kemandirian Keuangan Daerah Menurut Paul Hersey dan Kenneth Blanchard dalam Halim 2001 :168 dikemukakan hubungan tentang pemerintahan pusat dengan daerah dalam melaksanakan kebijakan otonomi daerah, yang paling utama yaitu mengenai hubungan pelaksanaan undang- undang tentang perimbangan keuangan atara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yaitu : 1. Pola hubungan Instruktif, merupakan peranan pemerintah pusat lebih dominan daripada kemandirian pemerintah daerah daerah tidak mampu melaksanakan otonomi daerah secara finansial. Universitas Sumatera Utara 17 2. Pola hubungan konsultatif, merupakan campur tangan pemerintah pusat yang sudah mulai berkurang serta lebih banyak memberikan konsultasi, hal ini dikarenakan daerah dianggap sedikit lebih dapat untuk melaksanakan otonomi daerah. 3. Pola hubungan partisipatif, merupakan pola dimana peranan pemerintah pusat semakin berkurang mengingat tingkat kemandirian daerah otonom bersangkutan telah mendekati mampu dalam melaksanakan urusan otonomi. Peran pemberian konsultasi akan beralih ke peran partisipasi pemerintah pusat. 4. Pola hubungan delegatif, merupakan campur tangan pemerintah pusat yang sudah tidak ada lagi karena daerah telah mampu dan mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah. Pemerintah pusat akan selalu siap dengan keyakinan penuh mendelegasikan otonomi keuangan kepada pemerintah daerah.

2.1.3.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Keuangan Daerah

Menurut Mahali dalam Tangkilisan, 2007:82, dalam upaya untk kemandirian daerah, tampaknya PAD indikator kemandirian keuangan daerah masih belum dapat diandalkan sebagai sumber pembiayaan desentralisasi karena beberapa alasan, yaitu: Universitas Sumatera Utara 18 1. Relatif rendana basis pajakretribusi daerah, 2. Perannya tergolong kecil dalam total penerimaan daerah, 3. Kemampuan administrasi pemungutan didaerah yang masih rendah, 4. Kemampuan perencanaan dan pengawasan yang masih rendah. Tangkilisan 2007: 89-92 mengemukakan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian keuangan daerah, antara lain: 1. Potensi ekonomi daerah, indikator yang banyak digunakan sebagai tolak ukur potensi ekonomi daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto PDRB, 2. Kemampuan Dinas Pendapatan Daerah, artinya kemandirian euangan daerah dapat ditingkatkan secara terencana melalui kemampuan atau kinerja institusi atau lembaga yang inovotif dan pemanfaatan lembaga Dispenda untk meningkatkan penerimaan daerah. Merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Nogi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi kemandirian keuangan daerah adalah potensi daerah. Universitas Sumatera Utara 19

2.1.4. Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Arsyad 2005 : 7 “Pertumbuhan Ekonomi adalah kenaikan PDBPNB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak yang dinyatakan dalam persen ”. Sirojuzilam dan Mahalli 2010 mengartikan pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi.Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang.Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Produk Domestik Bruto merupakan indikator makro ekonomi yang pada umumnya digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi di suatu Negara, untuk tingkat wilayah, provinsi maupun KabupatenKota, digunakan Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Secara teori dapat dijelaskan bahwa PDRB merupakan bagian dari PDB, sehingga dengan demikian perubahan yang terjadi di tingkat regional akan bepengaruh terhadap PDB atau sebaliknya. Penyajian angka - angka dalam PDRB dibedakan menjadi dua, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan.PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah dari barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku Universitas Sumatera Utara 20 pada tahun berjalan setiap tahun. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan memamakai harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar.PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun saat ini yang digunakan adalah harga konstan 2000.PDRB menurut harga konstan banyak digunakan untuk menganalisis suatu perkembangan, karena data ini memberikan informasi yang lebih rill setelah dikoreksi atas pengaruh inflasi. Untuk menghitung PDRB yang ditimbulkan dari satu daerah, Badan Pusat Statistik menyebutkan tiga pendekatan approach yang digunakan yaitu: a. Pendekatan produksi production approach, yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai tambahdi suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto barang dan jasayang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian selama satu tahun, b. Pendekatan pendapatan income approach, adalah pendekatan yang dilakukan denganmenjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi, Universitas Sumatera Utara 21 c. Pendekatan pengeluaran expenditure approach, adalah model pendekatan dengan caramenjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa. Menurut Manurung dan Rahardja 2004 yang dimaksud dengan PDRB adalah “nilai barang dan jasa akhir, yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode kurun waktu dengan menggunakan factor-faktor produksi yang berada berlokasi dalam perekonomian tersebut ”. Tingkat PDRB belum menjamin peningkatan kesejahteraan bagi setiap individu dalam masyarakat.Bahkan mungkin sekali yang meningkat pendapatannya justru pada sekelompok orang tertentu saja sedangkan yang lainnya relatif tetap atau menurun. PDRB merupakan total nilai tambah kotor bruto yang dihitung dari jumlah gajiupah, keuntungan-keuntungan perusahaan, sewa lahan, bunga, penyusutan dan pajak-pajak tidak langsung neto, dengan demikian tingginya PDRB suatu daerah belum menjamin tingginya pendapatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat suatu daerah Rustiadi, 2009. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan formula berikut: Universitas Sumatera Utara 22 Laju Pertumbuhan Ekonomi = Keterangan : PDRB = Produk Domestik Regional Bruto N = Tahun ke-n Penelitian ini data pertumbuhan bersumber kepada data yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara BPS. 2.1.5. Pendapatan Asli Daerah 2.1.5.1.Pengertian Pendapatan Asli Daerah Menurut Undang - Undang No. 33 Tahun 2004 pasal 1, “Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber - sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku”. Halim 2008:96 mengemukankan bahwa, “ pendapatan asli daerah merupakan semua pnerimaaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. Mardiasmo 2002:125 mengemukakan bahwa, “ pendapatan asli daerah adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain- lain pendapatan asli daerah yang sah”. Universitas Sumatera Utara 23 Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan daerah yang diperoleh dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaa daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang dikelola oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan asli daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah, oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD, semakin besar kontribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan Pemerintah pusat. Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pemerintahan daerah Pemda diharapkan memiliki kemandirain yang lebih besar.Menurut Mardiasmo 2007 sampai saat ini masih banyak masalah yang dihadapi pemerintah daerah terkait dengan upaya meningkatkan penerimaan daerah, antara lain : Pertama, tingginya tingkat kebutuhan daerah fiscal need yang tidak seimbang dengan kapasitas fiskal fiscal capacity yang memiliki daerah sehingga menimbulkan fiscal gap; kedua, kualitas layanan publik yang masih memprihatinkan menyebabkan Universitas Sumatera Utara 24 produk layanan publik yang sebenarnya dapat dijual kemasyarakat direspon secara negatif. Keadaan tersebut juga menyebabkan keengganan masyarakat untuk taat membayar pajak dan retribusi daerah; ketiga, lemahnya infrastruktur prasarana dan saran umum; keempat, berkurangnnya dana bantuan dari pusat DAU dari pusat yang tidak mencukupi. Pemda diharapkan dapat menigkatkan PAD untuk mengurangi ketergantungan terhadap pembiayaan dari pusat, sehingga meningkatkan otonomi dan keluasaan terhadap pembiayaan dari pusat, sehingga meningkatkan otonomi dan keluasaan daerah local discretion.Langkah penting yang harus dilakukan Pemda untuk meningkatkan penerimaan daerah adalah menghitung potensi PAD yang rill dimiliki daerah.Untuk itu diperlukan metode perhitungan potensi PAD yang sistematis dan rasional. 2.1.5.2.Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah Klasifikasi pendapatan daerah berdasarkan Permendagri 71 Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut: Universitas Sumatera Utara 25 Tabel 2.3. Klasifikasi Pendapatan Daerah Keterangan Klasifikasi a. Pendapatan Asli Daerah PAD Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolahan Kekayaan Daerah Dipisahkan Lain - lain PAD yang sah b. Pendapatan Dana Perimbangandan Transfer Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil Pendapatan Transfer Pemerintah Lainnya Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Bantuan Keuangan c. Lain - lain Pendapatan Daerah yang Sah Pendapatan Hibah Dana Darurat Pendapatan Lainnya Sumber : Permendagri No. 71 Tahun 2010 Undang - Undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak dan bukan pajak, pendapatan asli daerah terdiri dari: 1 Pajak Daerah, 2 Retribusi Daerah, 3 Hasil pengelolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan 4 Lain - lain PAD yang sah, meliputi: 1.hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak terpisah; 2.hasil jasa giro; Universitas Sumatera Utara 26 3. pendapatan bunga; 4.keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; 5.komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang danatau jasa oleh daerah.

2.1.6. Dana Alokasi Umum DAU

Berdasarkan Pasal 1 poin 21 Undang - undang nomor 33 tahun 2004, DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendalami kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Kata “umum” dalam DAU mengandung pengertian DAU merupakan block grant artinya kewenangan pengaturan penggunaanya deserahkan sepenuhnya kepada daerah sesuai tujuan pemberian otonomi daerah.DAU diberikan kepada seluruh daerah otonom di Indonesia. DAU merupakan block grant yang diberikan kepada semua kabupaten dan kota untuk tujuan mengisi kesenjangan antara kapasitas dan kebutuhan fiskalnya, dan didistribusikan dengan formula berdasarkan perinsip tertentu yang secara umum mengindikasikan bahwa daerah miskin dan terbelakang harus menerima lebih banyak daripada daerah yang kaya.Dengan kata lain, tujuan penting dana alokasi umum DAU Universitas Sumatera Utara 27 adalah dalam kerangka pemerataan kemampuan penyediaan pelayanan publik antar pemerintah daerah di Indonesia.” Kuncoro, 2004 Menurut Kuncoro 2004 : 30 dana alokasi umum DAU dapat diartikan sebagai berikut: a. komponen dari dana perimbangan pada APBN, yang pengalokasiannya didasarkan atas konsep kesenjangan fiskal atau celah fiskal Fiscal Gap, yaitu selesih antara kebutuhan fiskal dengan kapasitas fiskal, b. instrumen untuk mengatasi horizontal inbalances, yang dialokasikan dengan tujuan pemeretaan kemampuan keuangan antar daerah dimana penggunaannya ditetapkan sepenuhnya oleh daerah. c. equalization grant, yaitu berfungsi untuk menetralisasi ketimpangan kemampuan keuangan dengan adanya pendapatan asli daerah PAD dan dana bagi hasil DBH sumber daya alam yang diperoleh daerah. Mardiasmo, 2007 : 157 menyatakan bahwa tujuan dana alokasi umum DAU terutama adalah untuk horizontal equity dan sufficiency. Tujuan Horizontal equitymerupakan kepentingan pemerintah pusat dalam rangka melakukan distribusi pendapatan secara adil dan merata agar tidak terjadi kesenjangan antar daerah.Sementara itu, yang menjadi kepentingan daerah adalah kecukupan sufficiency, terutama untuk menutup fiscal gap. Menurut Halim 2004 : 160, dana alokasi umum adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan daerah Universitas Sumatera Utara 28 untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum mempunyai bagian-bagian. Bagian-bagian tersebut akan dijelaskan pada bagian berikut. 1. Dana Alokasi Umum untuk Daerah Provinsi. 2. Dana Alokasi Umum untuk daerah KabupatenKota. DAU ditetapkan minimal 26 dari Pendapatan Dalam Negeri PDN Netto yang ditetapkan dalam APBN.10 untuk DAU daerah provinsi, 90 untuk DAU daerah kabupatenkota. DAU Provinsi = �lh��� � ℎ � �X DAU Kabkota = �lh��� � ℎ . atau X

2.2. ReviewPenelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

7 86 98

Pengaruh Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Riau

12 97 86

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 38 82

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah pada Pemda di Provinsi Sumatera Utara

1 43 73

Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Tingkat Kemandirian Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara

4 37 108

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 35 106

Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

4 59 87

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

1 40 75

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintahan KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

0 0 24