dagingnya,minyaknya saja udah bisa menjadi masalah sehingga penjualan makanan yang diperkirakan hanya mengandung minyak atau lemak babi.
20
Secara hukum sudah tentu jual beli atau transaksi yang demikian adalah sah, namun agar tidak rancu, dalam hubungan ini penulis menyarankan
untuk mempergunakan istilah legal sebagai kebalikan atau lawan dari kata “ilegal” yang artinya tidak legal atau tidak sah menurut hukum. Lagi pula
kata –kata tersebut sudah menjadi kata baku bahasa Indonesia serta dimuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.Dengan sendirinya perjanjian yang
demikian mejadi tidak legal atau ilegal, dan tidak mempunyai akibat hukum artinya perjanjian itu tidak dapat dilaksanakan karena tidak
dilindungi oleh hukum. Karea tidak dilindungi, perjanjian tidak mempunyai kekuatan hukum sehingga tidak dapat dipaksakan
pelaksanaanya dan akibatnya. Pihak yang tidak dapat mematuhi perjanjian atau yang melakukan wanprestasi, tidak dapat dikenakan sanksi hukum.
21
1. Perjanjian mengikat para pihak. Siapa yang dimaksud dengan para pihak itu?
D. Konsekuensi Perjanjian
Akibat dari suatu perjanjian menurut pasal 1338 KUPerdata, yaitu :
a. Para pihak yamg membuatnya para 1340 KUHPerdata.
20
Ibid ; hlm 52
21
I.G. Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak Contract Drafting Jakarta: Kesaint Blanc, 2003, hlm 45
Universitas Sumatera Utara
b. Ahli waris berdasarkan atas hak umum karena mereka itu memperoleh segala hak dari seseorang secara tidak terperinci
c. Pihak ketiga yang diuntungkan dari perjanjian yang dibuat berdasarkan alas hak khusus karena mereka itu memperoleh segala hak dari seseorang
secara terperincikhusus 2.
Perjanjian tidak dapat ditarik kembali secara pihak karena pasal 1338 ayat 2 KUHPerdata merupakan kesepakatan diantara kedua belah
pihak dan alasan yang oleh undang-undang dinyatakan untuk itu. 3.
Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata. Melaksanakan apa yang menjadi hak disatu pihak dan
kewajiban dipihak yang lain dari yang membuat perjanjian. Hakim berkuasa menyimpangi isi perjanjian bila bertentangan dengan rasa
keadilan.sehingga agar suasana perjanjian dapat dilaksanakan harus dilandasi dengan prinsip iktikad baik, prinsip kepatutan, kebiasaan, dan
sesuai undang-undang. Dimasukkannya iktikad baik dalam pelaksanaan perjanjian berarti kita harus menafsirkan perjanjian itu berdasarkan
keadilan dan kepatutan.
22
Hal kejujuran dan kepatuhan dalam pelaksanaan, persetujuan berhubungan erat dengan soal penafsiran dari suatu persetujuan, maka dari itu apa yang akan
saya singgung dalam bagian ini, mengenai sekaligus afdeling III, yang mengatur hal akibat persetujuan, dan afdeling IV dari titel 2 buku III BW, yang mengatur
22
Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia Yogyakarta: Yustisia, 2009, hlm 58-59
Universitas Sumatera Utara
hal penafsiran persetujuan. Kejujuran dan kepatuhan adalah dua hal yang amat penting dalam soal pelaksanaan persetujuan.
Suatu persetujuan tertentu berupa rangkaian kata-kata sebagai gambaran dari suatu perhubungan antara kedua belah pihak. Seperti halnya dengan semua
buah perbuatan seorang manusia, maka gambaran ini tidak ada sempurna. Kalau orang mulai melaksanakan persetujuan terbentuk, sama sekali tidak atau hanya
sedikit nampak pada alam pikiran dan alam perasaan kedua belah pihak. Kejujuran dalam pelaksanaan persetujuan harus diperbedakan dari pada
kejujuran pada waktu mulai berlakunya perhubungan hukum, seperti hal hal kejujuran pada waktu mulai berlakunya perhubungan hukum, seperti hal kejujuran
memang barang benda sebagai salah suatu syarat guna memperoleh milik barang yang dipegang itu, secara lampau waktu bezit tegoeder trouw dalam pasal 1963
sebagai syarat memperoleh milik barang secara ‘’verjaring”.
23
23
Wirjono Prodjodikoro, Op.cit., hlm 102-104
E. Wanprestasi dalam suatu Perjanjian