82
pengerjaan yang tertunda karena keadaan kahar tersebut.Apabila permohonan tersebut tidak diajukan oleh pihak pemborong maka pihak pemborong tidak dapat
mempergunakan alasan kahar dan kepada pihak pemborong diwajibkan menyelesaikannya pekerjaannya dalam batas waktu yang telah ditentukan.
60
Dalam Melaksanakan perjanjian pemborongan pembagunan 1 satu buah pabrik kelapa sawit di Aceh apabila timbul suatu sengketa dimana salah satu
pihak tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang tercantum dalam perjanjian pemborongan sehingga pihak lain merasa dirugikan, maka kedua belah
Melihat pada masalah yang terjadi pada kontrak kerja PT. Bima Dwi Nusantara Pertiwi kendala penulis menemukan bahwa keterlambatan proses
pembayaran dari pihak owner yang menyebabkan tertundanya proses penyelesaian bangunan sesuai dengan jangka waktu yang sudah ditetapkan pada
surat perjanjian yang berlaku. Pihak owner mengalami kekurangan dana sehingga membuat proses pembayaran jadi terhambat, menjawab hal tersebut maka para
pihak melakukan musyawarah dan kesepakatan untuk melanjutkan proses penyelesaian bangunan pabrik dengan menerbitkan Addendum nomor:
00025MSL2015 sebagai lanjutan dari penyelesaian pekerjaan.Addendum berisi persetujuan untuk melanjutkan kembali pembangunan pabrik yang tertunda
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku yang sudah disepakati.
C. Upaya Hukum yang dipergunakan dalam perjanjian pemborongan oleh para pihak yang mengikat diri.
60
Wawancara dengan H. Sutarno Rusman selaku Direktur Utama tanggal 10 September 2015.
Universitas Sumatera Utara
83
pihak yaitu PT. Bima Dwi Nusantara Pertiwi dengan PT. Mutiara Sawit Lestari sebagai pihak pemberi pekerjaan owner dan pihak pemborong akan berusaha
untuk menyelesaikan secara musyawarah. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah pasal 94 ayat 1 dan
2 bahwa dalam hal terjadi perselisihan antara para pihak dalam penyediaan BarangJasa Pemerintah, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan
tersebut melalui musyawarah untuk mufakat.
61
- keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan terjadinya
keadaankahar tidak dapat dikenakan sanksi; Berdasarkan penelitian diatas para pihak yang berkaitan melaksanakan
penyelesaian pemborongan mengalami penundaan pekerjaan yang disebabkan keadaan memaksa force majeure disebabkan kurangnya dana pihak pemberi
kontrak owner untuk pembayaran proses penyelesaian bangunan, untuk itu upaya musyawarah dan mufakat dilakukan mencari solusi dari keadaan yang
terjadi. Pengaturan akibat terjadinya force majeure dalam peraturan perundang- undangandan kontrak ditinjau dari dua segi utama, yaitu terhadap perjanjian itu
sendiri: apakah dihentikan, dihentikan sementara, atau tetap dilanjutkan, dan terhadap pihak mana yang akan menanggung risiko.
Akibat terjadinya force majeure yang diatur dalam peraturan perundang- undangan ketentuan Pengadaan Barang dan Jasa terjadinya force majeure
mengakibatkan:
61
Peraturan Presiden Nomor: 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa, pasal 94 ayat 1
Universitas Sumatera Utara
84
- pihak yang menanggung kerugian akibat terjadinya keadaan kahardiserahkan
pada kesepakatan para pihak. Terkait dengan keberlanjutan kontrak sehubungan dengan force majeure,
pengaturannya pun tidak sama pada setiap perjanjian, pada kasus ini kesepakatan para pihak, artinya tidak disebutkan secarategas dalam kontrak apakah dihentikan,
dihentikan sementara ditunda, atau dilanjutkan, hal yang terdapat dalam Kontrak Pemborongan Pembangunan 1 satu buah pabrik kelapa sawit oleh PT. Bima Dwi
Nusantara Pertiwi kontrak tetap dilanjutkan setelah peristiwa force majeure dengan penambahan masa berlaku kontrak selama waktu kontrak berhenti yang
disebabkan oleh force majeure tersebut dengan menerbitkan Addendum.
Universitas Sumatera Utara
85
BAB V Kesimpulandan Saran