Deklarasi Rio Tahun 1992 Rio Declaration on Environtment and

terkait limbah Bahan Beracun dan Berbahaya yang akan dikirimkan baik jenis limbahnya, asalnya, pihak operatornya, tempat pembuangannya dan lain-lain. 21 Salah satu ketentuan dalam konvensi ini adalah bahwa, jumlah limbah Bahan Beracun dan Berbahaya harus dikurangi sampai sekecil mungkin sejak tahap dulu upstream dalam proses industry melalui pemakaian teknologi bersih clean technology. 22

B. Deklarasi Rio Tahun 1992 Rio Declaration on Environtment and

Development Pada tahun 1992 di Rio de Janeiro berlangsung konferensi PBB yang membahas lingkungan dan pembangunan yang berhasil menghasilkan Rio Declaration on Environment and Development atau Deklarasi Rio. 23 1. Pengawasan sistematis pada pola produksi, khususnya pada produksi komponen beracun seperti timbal dalam bensin atau limbah radioaktif Deklarasi Rio ini dikenal juga dengan KTT Bumi dimana ada 172 negara yang berpartisipasi dengan mengirimkan 108 kepala negara atau kepala pemerintahannya disertai pula dengan kehadirann 2.400 perwakilan dari organisasi non-pemerintah dan 17.000 orang lainnya pada kegiatan pararel organisasi non-pemerintah Forum Global yang memiliki status konsultatif. Berbagai isu yang dibahas dalam konferensi ini adalah: 21 Lihat Katharina Kummer 1992. “The International Regulation of Transboundary Traffic in Hazardous Wastes: the 1989 Basel Convention,” International and Comparative Law Quarterly, 41, Hlm. 547 22 B. Lalonde, “Reduction of Wates at Source”, Marine Policy Vol.14;3, hlm 224-225 23 Anindito, Danar, Tesis: Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Ekspor Impor Limbah B3 yang disepakati, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012. Hlm. 26. Universitas Sumatera Utara 2. Sumber-sumber energi alternatif yang menggantikan penggunaan bahan bakar fosil yang terkait dengan perubahan iklim global 3. Ketergantungan baru pada sistem transportasi publik untuk mengurangi emisi gas buang kendaraan, kemacetan di kota-kota dan masalah kesehatan yang disebabkan oleh polusi udara dan asap. 4. Kelangkaan air Konferensi Rio 1992 ini menghasilkan beberapa dokumen sebagai berikut: 24 1. Deklarasi Rio tentang Lingkungan dan Pembangunan 2. Agenda 21 3. Prinsip-prinsip Hutan Selain itu terdapat dua perjanjian yang diperkenalkan dan dibuka untuk ditandatangani oleh para negara peserta, yaitu: 1. Konvensi Keanekaragaman Hayati 2. Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim Adanya konferensi ini tidak terlepas dari adanya keinsyafan bahwa dalam jangka panjang pembangunan ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban untuk melindungi lingkungan demi tercapainnya pembangunan yang berkelanjutan. 24 id.m.wikipedia.orgwikiKTT_Bumi tanggal akses 24 Oktober 2013. Universitas Sumatera Utara Deklarasi yang dihasilkan ini sendiri bersifat sebagai giudelines yang memberikan panduan kepada para negara peserta untuk memenuhi prinsip prinsip yang dihasilkan oleh deklarasi Rio ini demi tercapainya tujuan meningkatkan kerjasama internasional dalam upaya menjaga kelangsungan lingkungan hidup global.Melalui deklarasi ini pula disepakati bahwa tiap individu berhak memiliki akses atas limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan aktivitas terkait yang berlangsung di komunitasnya serta memiliki peluang untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembuatan keputusan. 25 Kemudian prinsip berikutnya yang berkaitan dengan permasalahan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya adalah prinsip ke-15 yang juga menjadi landasan bagi salah satu prinsip yang selama ini dikenal luas dalam hukum lingkungan internasional, yakni prinsip pencegahan. Prinsip ke-15 memiliki ketentuan sebagai berikut: Prinsip ke-14 dari Deklarasi Rio mengharuskan negara-negara untuk mencegah atau menghalangi redaksi dan perpindahan dari substansi yang berbahaya seperti limbah Bahan Beracun dan Berbahaya ke negara lain. Prinsip ke-14 itu berbunyi: States should effectively co-operate to discourage or prevent the relocation and transfer to other States of any activities and substances that cause severe environmental degradation or are found to be harmful to human health. 25 Michael McCoy dan Patrick McCully, The Road From Rio : An NGO Action Guide to Environmental and Development, WISE : Amsterdam, 1993, Hlm. 21. Universitas Sumatera Utara In order to protect the environment, the precautionary approach shall be widely applied by states according to their capabilities. Where there are threats of serious or irreversible damage, lack of full scientific certainty shall not be used as a reason for postponing cost-effective measures toprevent environmental degradation. 26 Untuk merealisasikan Deklarasi Rio maka dibuatlah agenda bernama Agenda 21 yang mencerminkan consensus global dan komitmen politik pada taraf tertinggi dalam hal kerjasama lingkungan dan pembangunan.Agenda ini menitikberatkan pada peran pemerintah untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui kerjasama antar bangsa dan dengan lembaga-lembaga internasional, serta melibatkan partisipasi mesyarakat dan LSM seluas- luasnya. 27 Adapun beberapa kebijakan yang dirumuskan dalam Agenda 21 yang berkaitan dengan limbah berbahaya, antara lain: 28 1. Mengharuskan dan membantu kalangan industri melakukan inovasi dalam metode produksi yang lebih bersih dan teknologi pencegahan serta daur ulang. 2. Mendorong penghapusan secara bertahap proses-proses yang menghasilkan resiko tinggi karena adanya limbah-limbah yang berbahaya. 26 Ibid. Hlm. 26. 27 Michael Keating diterjemahkan Loeky S. Jasin Rahman, “ Bumi Lestari” dengan judul asli” Agenda for Change”’ KONPHALINDO: Jakarta, 1994, Hlm.1. 28 Anindito, Danar, Op. Cit. Hlm. 28. Universitas Sumatera Utara 3. Membebani para produsen dengan tanggungjawab untuk melakukan pembuangan limbah yang mereka hasilkan dengan cara yang ramah lingkungan 4. Membangun pusat-pusat penanganan limbah berbahaya di tingkat nasional ataupun regional. Kemudian untuk kalangan industri diwajibkan menangani, mendaur ulang, memakai ulang, dan membuang limbahnya di atau didekat tempatnya dihasilkan. 5. Pemberian bantuan teknis kepada negara-negara berkembang dalam upaya menangani limbah atau mempermudah negara-negara tersebut mengembalikan bahan radioaktif yang telah terpakai kepada pemasoknya. 6. Tidak mengekspor limbah berbahaya ke negara-negara yang melarang pemasukan limbah tersebut. 7. Menetapkan program menyangkut hak masyarakat untuk mengetahui peredaran bahan kimia berbahaya dengan menyediakan informasi tentang emisi zat beracun tahunan yang rutin maupun emisi yang tidak sengaja terjadi. 8. Memastikan bahwa pengelolaan bahan kimia beracun di satu negara tidak kurang ketatnya dengan di negara lain. 9. Mengupayakan penyimpanan, pengelolaan, transportasi dan pembuangan limbah berbahaya dengan aman. Universitas Sumatera Utara

C. Konvensi Rotterdam 1998 Rotterdam Convention on the Prior Informed