3. Memperkuat regulasi dan kebijakan nasional terkait pengawasan dan
prosedur pedangangan bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu. 4.
Terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan terhadap kesehatan, keamanan, dan keselamatan lingkungan akibat penggunaan bahan kimia dan
pestisida berbahaya tertentu yang dilarang dan dibatasi. 5.
Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kompetensi sumber daya manusia dalam melakukan pengawasan serta kemampuan untuk pengambilan
keputusan impor dan ekspor bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu. 6.
Memperoleh akses untuk melakukan pertukaran informasi secara mudah mengenai bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu yang dilarang dan
yang dibatasai dari semua negara pihak. 7.
Memperoleh peluang kerja sama dalam hal bantuan pendanaan dan alih teknologi untuk pengembangan infrastruktur dan kapasitas pelaksanaan
konvensi. 8.
Menggalang kerja sama internasional untuk mencegah dan mengawasi perdagangan ilegal bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu.
9. Mempertegas posisi Indonesia dalam dunia intenasional dalam pengelolaan
bahan kimia beracun yang berwawasan lingkungan hidup.
B. Implementasi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2013 di Indonesia
Pada bulan Mei 2012, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA, melakukan kunjungan ke lapangan terkait kasus
penemuan kontainer impor besi tua yang berasal dari Irlandia, Bahrain, Inggris,
Universitas Sumatera Utara
Afrika Selatan dan Perancis diduga terkontaminasi sampah, limbah dan B3 di Pelabuhan Belawan, Medan. Peninjauan ini merupakan tindak lanjut penanganan
kejadian berdasarkan Laporan Kejadian LK dari Kantor Pelayanan Utama KPU Tipe Madya Bea dan Cukai Pelabuhan Belawan, Medan pada tanggal 11
April 2012, dimana terdapat Importir Produsen IP limbah non-B3 yang mengimpor limbah non-B3 yang diduga mengandung bahan berbahaya dan
beracun.
70
Pihak Bea dan Cukai Pelabuhan Belawan, Medan selanjutnya menyurati Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang ditujukan kepada Deputi Bidang
Pengelolaan B3 dan Sampah yang intinya meminta bantuan pemeriksaan terhadap kontainer-kontainer tersebut. Berdasarkan hasil pemeriksaan secara visual
didapati beberapa kontainer yang berisi limbah non-B3 dalam kondisi yang tidak bersih dan terdapat limbah yang tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
No, 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta ketentuan atau persyaratan sehubungan dengan izin impor bahan berbahaya
dan beracun yang diatur dalam Konvensi Rotterdam 1998.
71
Deputi Bidang Pengelolaan B3 dan Sampah melalui Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS Kementerian Lingkungan Hidup bersama-sama dengan
PPNS Bea dan Cukai selanjutnya menindaklanjuti hasil pemeriksaan terhadap kontainer-kontainer tersebut dengan melakukan pengumpulan bahan dan
keterangan PULBAKET dan pengambilan sampel limbah yang mengandung B3.
70
www.menlh.go.idperkembangan-penanganan-kasus-impor-limbah-b3-terkontaminasi- limbah-b3, 12 Mei 2012.
71
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan PULBAKET ini melibatkan importir produsen perusahaan sebagai saksi.Bila hasil analisa laboratorium menyatakan bahwa yang didalam kontainer-
kontainer tersebut merupakan limbah B3, maka pihak importir produsen perusahaan dapat dugaan melakukan tindakan memasukkan limbah B3 yang
dilarang oleh Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
72
Disisi lain berdasarkan Undang-Undang No 10 Tahun 2013 Tentang Pengesahan Konvensi Rotterdam Tentang Prosedur Persetujuan Atas Dasar
Informasi Awal Untuk Bahan Kimia dan Pestisida Berbahaya Tertentu Dalam Perdagangan Internasional, bila negara tujuan menolak limbah yang masuk
kenegaranya, maka focal point Deputi IV Kementerian Lingkungan Hidup memberitahukan kepada negara asal limbah yang intinya akan mengirim kembali
limbah tersebut kenegara asal karena sebelumnya tidak ada kesepakatan mengenai ekspor impor antara Indonesia dengan negara-negara tersebut.
Nantinya pihak focalfoint negara asal limbah memerintahkan pihak mengirim limbah untuk menarik kembali limbah yang dikirim ke negara tujuan
Indonesia.
73
Dengan masuknya kontainer-kontainer yang mengandung B3 tersebut maka telah terjadi pelanggaran terhadap ketentuan pelarangan masuknya limbah
B3 ke NKRI berdasarkan Undang-undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang-Undang No 10
72
Ibid .
73
Ibid .
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2013 Tentang Pengesahan Konvensi Rotterdam Tentang Prosedur Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Untuk Bahan Kimia dan Pestisida
Berbahaya Tertentu Dalam Perdagangan Internasional. Di tingkat internasional, maka terjadinya impor ilegal ini akan diinformasikan oleh Bea Cukai Indonesia
kepada Bea Cukai di negara asal. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di NKRI, maka pihak importir dapat dikenakan sanksi pidana dan kewajiban mere-ekspor
ke negara asal.
74
C. Analisis Terhadap Implementasi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2013 di Indonesia