BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka penulis mengambil kesimpulan, sebagai berikut:
1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah
bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau
merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Mengingat masalah limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tidak saja berskala nasional tetapi juga internasional dan menyangkut berbagai aspek kehidupan
manusia seperti teknologi, perdagangan, kesehatan, kebijaksanaan pemerintah dan hukum, maka diperlukan kerjasama negara-negara dan peraturan
perundang-undangan untuk mengatasinya. Adapun berbagai instrumen yang mengatur Bahan Berbahaya dan Beracun meliputi: Konvensi Basel Tahun
1989, Deklarasi Rio Tahun 1992, Konvensi Stokholm 2001, Konvensi
Rotterdam 1998 yang disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2013 tentang Pengesahan Konvensi Rotterdam Tentang Prosedur Persetujuan
Atas Dasar Informasi Awal Untuk Bahan Kimia dan Pestisida Berbahaya
67
Universitas Sumatera Utara
Tertentu Dalam Perdagangan Internasional dan Peraturan lainnya yang berkaitan dengan Bahan Beracun dan Berbahaya.
2. Adapun mekanisme untuk bahan kimia yang dilarang atau dibatasi menjelaskan bahwa setiap pihak yang telah mengadopsi suatu ketetapan
peraturan final wajib memberitahukan Sekretaris secara tertulis dari tindakan tersebut. Sekretariat wajib, sesegera mungkin, dan dalam setiap waktu tidak
melewati enam bulan setelah menerima notifikasi berdasarkan ayat 1 dan 2, memeriksa apakah notifikasi memuat informasi yang diisyaratkan dalam
Lampiran I. Sekretariat wajib setiap enam bulan mengkomunikasikan kepada Para Pihak suatu ringkasan informasi yang diterima sesuai dengan ayat 1
dan 2, yang meliputi informasi mengenai notifikasi yang tidak memuat semua informasi yang disyaratkan dalam Lampiran I. selanjutnya Sekretariat
wajib meneruskannya pada Komisi Pengkaji Bahan Kimia. Selanjutnya mekanisme untuk formulasi pestisida sangat berbahaya menjelaskan bahwa
Pihak manapun yang merupakan negara berkembang atau negara dengan ekonomi transisi yang sedang mengalami masalah yang diakibatkan oleh
formulasi pestisida yang berbahaya dalam kondisi penggunaan di teritorialnya, dapat mengusulkan kepada Sekretariat daftar formulasi pestisida
yang berbahaya.Sekretariat wajib, sesegera mungkin, dan dalam setiap waktu tidak melewati enam bulan setelah penerimaan suatu usulan berdasarkan ayat
1, memeriksa apakah usulan memuat informasi yang disyaratkan dalam bagian 1 Lampiran IVSekretariat wajib mengumpulkan informasi tambahan
yang tercantum dalam bagian 2 Lampiran IV mengenai usulan yang
Universitas Sumatera Utara
diteruskan berdasarkan ayat 2.Sekretariat wajib meneruskan usulan dan informasi terkait kepada Komisi Pengkaji Pengkaji Bahan Kimia.
3. Penandatanganan konvensi Rotterdam memberikan landasan hukum yang kuat kepada Indonesia sebagai pengguna dan penghasil bahan kimia dan
pestisida dalam melakukan pengawasan terhadap lalu lintas perdagangan internasional bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu serta
meningkatkan kerja sama antarnegara dalam perdagangan internasional dengan memfasilitasi pertukaran dan penyediaan informasi bagi proses
pengambilan keputusan ekspor dan impor bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu. Terkait kasus penemuan kontainer impor besi tua yang
berasal dari Irlandia, Bahrain, Inggris, Afrika Selatan dan Perancis yang terjadi di Pelabuhan Belawan, Medan pada bulan Mei Tahun 2012 dimana,
berdasarkan hasil pemeriksaan secara visual didapati beberapa kontainer yang berisi limbah non-B3 dalam kondisi yang tidak bersih dan terdapat limbah
yang tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No, 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta ketentuan
atau persyaratan sehubungan dengan izin impor Bahan Berbahaya dan Beracun yang diatur dalam Konvensi Rotterdam 1998. Sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di NKRI, maka pihak importir dapat dikenakan sanksi pidana dan kewajiban mere-ekspor ke negara asal.Didalam penyelesaian
kasus ini, berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2013 tentang Pengesahan Konvensi Rotterdam Tentang Prosedur Persetujuan Atas Dasar
Informasi Awal Untuk Bahan Kimia dan Pestisida Berbahaya Tertentu Dalam
Universitas Sumatera Utara
Perdagangan Internasional mengamanatkan agar diselesaikan melalui perundingan atau cara damai lain yang dipilih. Didalam penerapannya
Menteri Negara Lingkungan Hidup, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA menginstruksikan agar importir berkewajiban mere-ekspor ke negara asal
B. Saran