Ketentuan Dasar Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2013

BAB IV IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI ROTTERDAM TENTANG PROSEDUR PERSETUJUAN ATAS DASAR INFORMASI AWAL UNTUK BAHAN KIMIA DAN PESTISIDA BERBAHAYA TERTENTU DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

A. Ketentuan Dasar Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2013

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28H mengamanatkan setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, Pemerintah mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan serta melindungi kesehatan manusia danatau lingkungan hidup dari ancaman kesehatan terutama dari dampak penggunaan bahan kimia.Untuk itu, penggunaan bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu harus diatur. 64 Perdagangan global dalam bidang industri bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu yang dikategorikan sebagai bahan berbahaya dan beracun, saat ini tumbuh pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan perindustrian dan pertanian. Perdagangan bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu tetap berjalan karena memberikan keuntungan dan masih diperlukan terutama oleh negara berkembang untuk digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong untuk kegiatan industri dan pertanian. Namun, Indonesia sebagai negara berkembang masih mempunyai kesulitan dalam rangka melakukan pengawasan serta untuk menetukan bahan 64 Penjelasan bagian Umum Pengesahan Rotterdam Convention on the prior informed consent procedure for Certain hazardous chemicals and pesticides in international trade konvensi Rotterdam tentang prosedur persetujuan atas dasar informasi awal untuk bahan Kimia dan pestisida berbahaya tertentu dalam perdagangan internasional Universitas Sumatera Utara kimia dan pestisida yang aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Untuk itu, dianggap perlu adanya suatu komitmen yang mengatur prosedur persetujuan atas dasar informasi awal dalam perdagangan bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu yang diwujudkan dalam Rotterdam for Certain Hazardous Chemicals dan Pesticides in International Trade Konvensi Rotterdam tentang Prosedur Persetujuan atas Dasar Informasi Awal untuk Bahan Kimia dan Pestisida Berbahaya Tertentu dalam Perdagangan Internasional yang selanjutnya disebut sebagai Konvensi Rotterdam. 65 Pemerintah Negara Indonesia, sebagaimana yang tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan sosial. Dalam rangka melaksanakan tujuan tersebut, Pemerintah Indonesia telah menandatangani Konvensi Rotterdam ini pada tanggal 11 September 1998 dan mengesahkannya menjadi undang-undang pada tanggal 8 Mei 2013. 66 Konvensi Rotterdam terdiri atas 30 pasal dan 5 lampiran. Materi pokok Konvensi Rotterdam mengatur antara lain: 67 65 Ibid. 66 Ibid . 67 www.menlh.go.idpenjelasan-pemerintah-atas-uu-tentang-pengesahan-protokol-nagoya- dan-konvensi-rotterdam, diakses tanggal 13 September 2012. Universitas Sumatera Utara 1. Konvensi ini berlaku untuk bahan kimia yang dilarang atau dibatasi dan formulasi pestisida yang berbahaya. 2. Penunjukan Otoritas Nasional yang mempunyai kewajiban untuk melaksanakan fungsi administratif secara perorangan 3. Kewajiban para pihak terkait ekspor dan impor bahan kimia yang tunduk pada prosedur pemberitahuan atas dasar informasi awal. 4. Notifikasi ekspor yang wajib diberikan oleh negara pengekspor kepada negara pengimpor 5. Informasi mengenai bahan kimia yang diekspor 6. Pertukaran informasi mengenai bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu 7. Bantuan teknis Dengan penandatanganan konvensi tersebut, maka memberikan landasan hukum yang kuat kepada Indonesia sebagai pengguna dan penghasil bahan kimia dan pestisida dalam melakukan pengawasan terhadap lalu lintas perdagangan internasional bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu serta meningkatkan kerja sama antarnegara dalam perdagangan internasional dengan memfasilitasi pertukaran dan penyediaan informasi bagi proses pengambilan keputusan ekspor dan impor bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu. Dan dengan penandatanganan konvensi ini juga bertujuan untuk meningkatkan upaya tanggung jawab bersama dan kerja sama para pihak dalam perdagangan internasional bahan kimia dan pestisida bebahaya tertentu untuk meningkatkan Universitas Sumatera Utara perlindungan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup serta menunjang penggunaannya yang berwawasan lingkungan. 68 Konvensi Rotterdam ini bertujuan untuk meningkatkan upaya tanggung jawab bersama dan kerja sama antarnegara dalam perdagangan internasional bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup serta meningkatkan penggunaan bahan kimia dan pestisida yang ramah lingkungan melai pertukaran informasi dan proses pengambilan keputusan ekspor dan impor. Adapun manfaat pengesahan Konvensi Rotterdam ini bagi Indonsia, antara lain: 69 1. Mendorong peran aktif Indonesia dalam pengambilan keputusan dengan negara pihak untuk menentukan bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu yang wajib mengikuti prosedur persetujuan atas dasar informasi awal. 2. Melindungi masyarakat Indonesia dari dampak negatif perdangangan internasional bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu melalui pengaturan prosedur persetujuan atas dasar informasi awal sehingga terhindar dari pemakaian yang berlebihan terhadap bahan kimia dan pestisida berbahaya tersebut yang dapat merugikan kesehatan, kecerdasan, dan kualitas masyarakat Indonesia. 68 Ibid 69 Penjelasan Undang-Undang No 10 Tahun 2013 tentang Pengesahan rotterdam convention on the prior informed consent procedure for Certain hazardous chemicals and pesticides in international trade konvensi Rotterdam tentang prosedur persetujuan atas dasar informasi awal untuk bahan Kimia dan pestisida berbahaya tertentu dalam perdagangan internasional. Universitas Sumatera Utara 3. Memperkuat regulasi dan kebijakan nasional terkait pengawasan dan prosedur pedangangan bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu. 4. Terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan terhadap kesehatan, keamanan, dan keselamatan lingkungan akibat penggunaan bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu yang dilarang dan dibatasi. 5. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kompetensi sumber daya manusia dalam melakukan pengawasan serta kemampuan untuk pengambilan keputusan impor dan ekspor bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu. 6. Memperoleh akses untuk melakukan pertukaran informasi secara mudah mengenai bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu yang dilarang dan yang dibatasai dari semua negara pihak. 7. Memperoleh peluang kerja sama dalam hal bantuan pendanaan dan alih teknologi untuk pengembangan infrastruktur dan kapasitas pelaksanaan konvensi. 8. Menggalang kerja sama internasional untuk mencegah dan mengawasi perdagangan ilegal bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu. 9. Mempertegas posisi Indonesia dalam dunia intenasional dalam pengelolaan bahan kimia beracun yang berwawasan lingkungan hidup.

B. Implementasi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2013 di Indonesia