Perdagangan Internasional mengamanatkan agar diselesaikan melalui perundingan atau cara damai lain yang dipilih. Didalam penerapannya
Menteri Negara Lingkungan Hidup, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA menginstruksikan agar importir berkewajiban mere-ekspor ke negara asal
B. Saran
Setelah melihat berbagai kondisi yang ada, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Mengingat pentingnya perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan
hidup dari bahan kimia beracun dan berbahaya tertentu maka penting untuk meningkatkan upaya tanggung jawab bersama dan kerja sama Para Pihak
dalam perdagangan internasional yang berwawasan lingkungan hidup, dengan memfasilitasi pertukaran informasi tentang karakteristik bahan
kimia berbahaya tertentu, dengan menyediakan informasi bagi proses pengambilan keputusan nasional mengenai impor dan ekspor, dan
menyebarluaskan keputusan tersebut kepada Para Pihak. 2.
Mengingat bahwa perdagangan bahan beracun dan berbahaya semakin meningkat di berbagai negara maka sangat penting untuk mengetahui
sistem mekanisme untuk bahan kimia yang dilarang atau dibatasi dan sistem mekanisme formulasi pestisida sangat berbahaya agar tercipta
perdagangan internasional yang transparan. 3.
Mengingat bahwa telah disahkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2013 tentang Pengesahan Konvensi Rotterdam Tentang Prosedur
Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Untuk Bahan Kimia dan Pestisida
Universitas Sumatera Utara
Berbahaya Tertentu Dalam Perdagangan Internasional maka Pemerintah diharapkan dapat mengimplementasikan peraturan tersebut agar tidak
terjadi perdagangan Internasional yang ilegal yang dapat merugikan negara Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
BAB II INSTRUMEN HUKUM INTERNATIONAL YANG MENGATUR
TENTANG BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA
A. Konvensi Basel Tahun 1989 Basel Convention on the Control of
Transboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal
Konvensi Basel pertama kali diluncurkan pada tanggal 22 Maret 1989 dan mulai berlaku sejak 5 Mei 1992. Konvensi ini merupakan perangkat
peraturan internasional pertama yang mengatur permasalahan perpindahan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya lintas batas secara
komprehensif.
14
Untuk memenuhi tujuan diatas, maka tindakan-tindakan yang perlu dilakukan antara lain:
Tujuan utama dari konvensi ini diatur dalam pembukaannya yaitu melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dengan mengatur dan
mengontrol perpindahan lintas batas negara dari limbah bahan-Bahan Beracun dan Berbahaya sampai ke batas minimum. Hal ini tercantum dalam
pembukaan konvensi pada alinea ketiga yaitu: Mindful also that the most effective way of protecting human health
and the environment from the dangers posed by such wastes is the reduction of their generation to a minimum in terms of quantity and0or
hazard potential.
14
Anindito, Danar, Tesis: Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Ekspor Impor Limbah B3 yang disepakati, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012. Hlm. 29.
16
Universitas Sumatera Utara
1. Mengurangi limbah berbahaya dan meningkatkan metode
pembuangan sampah yang aman terhadap lingkungan. 2.
Pembatasan perpindahan limbah lintas batas dengan prinsip yang aman terhadap lingkungan.
3. Meregulasi suatu sistem dalam hal perpindahan limbah lintas batas.
15
Pada mulanya limbah Bahan Beracun dan Berbahaya B3 lebih dianggap sebagai masalah negara-negara maju, akan tetapi pada perkembangannya
kemudian, ketika limbah Bahan Beracun dan Berbahaya B3 menjadi salah satu objek atau komoditi yang dapat diperjualbelikan, banyak negara maju menjadikan
negara-negara berkembang yang miskin sebagai sasaran tempat pembuangan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya B3 baik secara sah dan tidak sah,
sehingga limbah Bahan Beracun dan Berbahaya B3 tidak lagi dianggap sebagai masalah nasional dan regional, tetapi menjadi masalah global.
16
Untuk mengantisipasi perkembangan limbah bahan beracun dan berbahaya, The United Nations Environment Programme UNEP memprakarsai
penyusunan konvensi global tentang pengendalian dan pengangkutan lintas batas dan pembuangan limbah bahan beracun dan berbahaya. Pada tanggal 22 Maret
1989, The Convention On The Control Of Transboundary Movements Of Hazardous Wates And Their Disposal juga disebut dengan The Basel Convention
ditandatangani oleh negara peserta konvensi itu.
17
15
Pendahuluan Konvensi Internasional Mengenai Limbah B3.
16
Mostafa K.Tolba, “The Global Agenda and the Hazardous Wastes Challenge” , Marine Policy Vol 14:3,1990, h.205;W.L.Long, 1990, “Economic Aspect of Transport and Disposal of
Hazardous Wastes”, Marine Policy Vol. 14:3, 1990, hlm 198.
17
Lihat artikel 21 The Basel Convention on the Control of Tranboundary Movements Of Hazardous Wates And Their Disposal.
Universitas Sumatera Utara
Negara pihak diminta untuk mengambil langkah yang tepat untuk menjamin pengurangan generasi limbah berbahaya ke tingkat
minimum.Kewajiban ini, bagaimanapun, tidak mutlak, sosiologis, aspek teknologi dan aspek ekonomi dapat deperhitungkan Pasal 4, ayat 2 a. Negara pihak harus
bekerja sama dalam pengembangan dan pelaksanaan teknologi yang menghasilkan limbah secara rendah dengan tujuan untuk mengurangi sejauh
mungkin produksi limbah berbahaya Pasal 10, ayat 2 c. Setiap pihak harus menjamin ketersediaan fasilitas pembuangan yang terletak di dalamnya serta
ekspor limbah harus diminimalkan.
18
Pihak harus menyaratkan bahwa limbah berbahaya yang mengalami perpindahan lintas batas dikelola secara ramah lingkungan, dimanapun tempat
pembuangan mereka.Kewajiban untuk memastikan pengelolaan lingkungan limbah berbahaya dengan ramah lingkungan diutamakan untuk negara yang
menghasilkan, dan tidak dapat dialihkan ke negara impor atau transit. Negara penghasil tidak diizinkan mengekspor limbah berbahaya jika terdapat alasan
bahwa tidak ada jaminan akan terjadi pengelolaan limbah yang ramah lingkungan di Negara prospektif impor. Demikian juga, negara harus melarang impor limbah
berbahaya ke wilayahnya jika memiliki alasan bahwa mereka tidak akan mampu mengelola secara ramah lingkungan.
19
Hak kedaulatan setiap Negara untuk melarang impor limbah berbahaya baik hanya transit ataupun untuk pembuangan disebut secara tegas dalam
pembukuan.Setiap pihak yang melaksanakan hak ini harus memberitahukan pihak
18
Anindito Danar, Loc. Cit. Hlm. 29.
19
Ibid, Hlm. 30.
Universitas Sumatera Utara
lainnya, melalui Sekretariat Konvensi tentang keputusannya.Tidak ada negara pihak dapat mengizinkan limbah berbahaya untuk dikirim kepada pihak yang
telah melarang impor tersebut.Negara pihak juga harus melarang ekspor limbah berbahaya kepada sekelompok negara yang tergabung dalam perhimpunan
ekonomi danatau politik yang melarang impor limbah, serta perundang-undangan nasional yang melarang impor tersebut.
Pada pasal 4 ayat 5 dari konvensi menetapkan bahwa negara pihak tidak dapar mengizinkan ekspor limbah berbahaya ke suatu negara yang bukan pihak
untuk konvensi, atau impor limbah berbahaya dari negara non-pihak. Konsep larangan terbatas dimodifikasi oleh Pasal 11, dimana melalui perjanjian
multilateral, bilateral, atau regional menyetujui perpindahan lintas batas limbah berbahaya dengan negara pihak lainnya ataupun dengan negara non-pihak, dengan
jalan perjanjuian tersebut tidak menyimpang dari yang ditentukan konvensi Basel. Jika kondisi ini terpenuhi, ketentuan-ketentuan Konvensi Basel tidak
mempengaruhi perpindahan lintas batas yang dilakukan sesuai dengan instruksi dalam perjanjian tersebut.Sekretariat Konvensi Basel harus diberitahu mengenai
perjanjian yang dilaksanakan oleh negara-negara pihak tersebut.
20
Dalam proses perpindahan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya antar negara, berlaku prinsip Prior Informed Consent PIC. Prinsip PIC ini merupakan
prinsip yang mengharuskan tiap persetujuan atas perdagangan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya didasarkan atas segala keterangan yang telah diperoleh
sebelumnya. Jadi negara pihak harus mengetahui terlebih dahulu berbagai hal
20
Ibid. Hlm. 32.
Universitas Sumatera Utara
terkait limbah Bahan Beracun dan Berbahaya yang akan dikirimkan baik jenis limbahnya, asalnya, pihak operatornya, tempat pembuangannya dan lain-lain.
21
Salah satu ketentuan dalam konvensi ini adalah bahwa, jumlah limbah Bahan Beracun dan Berbahaya harus dikurangi sampai sekecil mungkin sejak tahap dulu
upstream dalam proses industry melalui pemakaian teknologi bersih clean technology.
22
B. Deklarasi Rio Tahun 1992 Rio Declaration on Environtment and