Peran bank sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam pemberdayaan perekonomian nasabah

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S. E. Sy)

ABDUL ROZAK 1110046100100

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M /1435 H


(2)

(3)

(4)

(5)

program studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 M/1435 H.

Skripsi ini bertujuan untuk (1) menjelaskan bagaimana peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam meningkatkan perekonomian nasabah; (2) bagaimana pola pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL); (3) Bagaimana dampak kehadiran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) bagi masyarakat.

Pendekatan penelitian ini dengan pendekatan studi kasus, dengan metode analisis deskriptif. Jenis penelitian ini dengan penelitian kualitatif, yaitu dengan menjelaskan program pemberdayaan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) tidak terlalu signifikan dalam meningkatkan perekonomian nasabah. Pola pemberdayaan yang dilakukan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dengan melibatkan potensi masyarakat dalam mengelola sampah dan menjalankan program bank sampah. Selain memberikan dampak bagi ekonomi nasabah, adanya Bank Sampah ini meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan menciptakan lingkungan yang bersih.

Kata Kunci: Peran, Bank Sampah, Pemberdayaan. Pembimbing: Mohammad Bukhori Muslim, Lc, MA


(6)

telah memberikan nikmat yang banyak, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah, Muhammad SAW. Tak lupa kepada para keluarga yang suci dan sahabatnya yang terpilih.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akui masih banyak kekurangan. Namun demikian semoga penelitian ini dapat berguna bagi penulis sendiri khususnya, dan masyarakat luas pada umunya. Banyak pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan ini. Oleh karena itu, penulis ingin ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak tersebut, diantaranya adalah:

1. Bapak Dr. H. JM. Muslim, MA Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Ah. Azharuddin Lathif , M. Ag, M. H, Ketua Program Studi Muamalat

(Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Bapak Abdurrauf Lc, MA, selaku sekretaris prodi Muamalat (Ekonomi Islam).


(7)

4. Seluruh pihak pengelola Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) khususnya Bapak Baroon Noorwendo dan Ibu Sri Wulan Wibiyanti yang telah bersedia membantu penulis memperoleh data dan bersedia menjadi jadi narasumber.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. Semoga ilmu yang Bapak dan Ibu sampaikan bisa penulis amalkan, dan tentunya, semoga Bapak dan Ibu dosen mendapatkan pahala yang terus mengalir dari Allah SWT.

6. Seluruh pegawai perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan seluruh

pegawai perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Orang tua tercinta, Umi Juriah dan Abi Hambali yang telah mendidik dari

kecil dan berjuang demi anaknya, dan terima kasih atas segala doa yang tak pernah henti dipanjatkan. Semoga Allah SWT. memberikan segala keberkahan dan kebaikan kepada Umi dan Abi.

8. Kakak dan Adik tercinta, Ka Tati, Ka Imah, dan Mumtaz, yang telah

memberikan semangat dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dan juga kepada keponakan-keponakan yang selalu menjadi pengobat kejenuhan bagi penulis, Rizki, Nandya, Baim dan Zalfa.


(8)

Amoy, Risman, Rahman dll yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Keluarga Alumni Pon-Pes Daarul Rahman, khususnya Otel, Otak, Opong,

Obi, Dedi, Zaki, dll. Yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

12. Nur’aini Anwar, yang selalu setia menemani dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dan akhirnya hanya kepada Allah SWT. semua kembali. Semoga apa-apa yang telah mereka sumbangkan mendapat balasan yang berlipat-lipat dan menjadi tabungan kebaikan di akhirat kelak. Aamin.


(9)

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 6

C. Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Review Studi Terdahulu ... 8

G. Kerangka Teori dan Pemikiran ... 15

BAB II LANDASAN TEORI ... 18

A. Pengertian Peran... 18

B. Pengertian Bank Sampah ... 19

C. Undang-undang Mengenai Bank Sampah ... 20

D. Jenis-Jenis Sampah ... 22


(10)

2. Tujuan Pemberdayaan ... 29

3. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan ... 30

4. Proses Pemberdayaan Masyarakat ... 33

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Program Pemberdayaan ... 35

6. Indikator Pemberdayaan... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Pendekatan Penelitian ... 40

B. Jenis Penelitian ... 41

C. Sumber Data Penelitian ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 43

F. Subjek-Objek Penelitian... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ... 46

A. Gambaran Umum Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ... 46

1. Sejarah dan Profil Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) . 46 2. Visi dan Misi Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ... 48


(11)

Melalui Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ... 57

C. Pola Kerjasama Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dan masyarakat... 61

D. Dampak Sosial dan EkonomiAtasKehadiran Bank Sampah ... 67

1. Dampak Ekonomi Masyarakat ... 67

2. Dampak Sosial Bagi Masyarakat ... 69

BAB V KESIMPULAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut

jenis-jenisnya.1

Di seluruh kota besar di Indonesia, khususnya Kota Jakarta, sampah menjadi salah satu masalah utama. Misalnya saja pada tahun 1985, Jakarta menghasilkan sampah mencapai 18.500 m³/hari; dan pada tahun 2000, meningkat menjadi 25.700 m³/hari. Jika dihitung dalam setahun, maka volume sampah di Jakarta pada tahun 2000 mencapai 170 kali lebih besar dari Candi

Borobudur (Bapedalda, 2000)2. Sementara berdasarkan data dari Badan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta, tumpukan sampah di wilayah DKI Jakarta mencapai lebih dari 6.000 ton/hari dan sekitar 13 persen dari jumlah tersebut berupa sampah plastik.Dari seluruh sampah yang

1

Diakses pada 29 Maret 2014 pukul 12:34 WIB dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Sampah 2Anonymous, “Mengelola Sampah di Rumah”, Estate vol.2, no.23 (2006), h.2


(13)

ada, 57 persen ditemukan di pantai berupa sampah plastik. Sebanyak 46 ribu sampah plastik mengapung di setiap mil persegi samudera bahkan kedalaman plastik di Samudera Pasifik sudah mencapai 100 meter.3

Dengan begitu banyaknya sampah yang menumpuk, maka dampak yang ditumbulkan pada lingkungan adalah: Pertama, lingkungan

menjaditerlihat kotor, kumuh, dan jorok yang menjadi tempat berkembangnya orgasme pathogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti: sarang lalat, tikus, dan hewan liar lainnya. Dengan demikian, sampah berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit. Kedua, sampah yang membusuk akan

menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Air yang dikeluarkan (lindih) juga dapat menyebabkan pencemaran sumur, sungai maupun air tanah. Ketiga, sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat

menyumbat saluran drainase atau serapan air hujan sehingga dapat menimbulkan bahaya banjir. Keempat, pengumpulan sampah dalam jumlah

yang besar memerlukan tempat yang luas, tertutup, dan jauh dari pemukiman.4

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa persoalan sampah di kota Jakarta ini terjadi bukan hanya karena kurangnya perhatian pemerintah tetapi lebih dari itu adalah kesadaran masarakat itu sendiri dimana

3

Diakses pada 31 Maret 2014 pukul 09:50 WIB dari

http://www.antaranews.com/berita/417287/produksi-sampah-plastik-indonesia-54-juta-ton-per-tahun 4Anonymous, “mengelola sampah di rumah”, Estate vol.2, no.23 (2006), h.36.


(14)

dibutuhkan peran serta seluruh elemen dalam mengelola sampah sehingga terbentuk kota bersih yang berdampak baik bagi semua.5 Maka dari itu,

masalah sampah ini tentunya bukan menjadi tanggung jawab pemerintah kota

Jakarta saja, akan tetapi tanggung jawab seluruh masyarakat yang tinggal di kota Jakarta.

Pengelolaan sampah yang baik dan benar akan mewujudkan kota Jakarta yang bersih dan sehat. Bahkan, selain dapat membuat lingkungan yang bersih dan sehat, sampah yang dikelola dengan baik dan benar juga bisa menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat. Seperti sampah organik atau sampah yang bisa terurai dapat dijadikan sebagai pakan ternak, pupuk, kompos, biogas, dll. Dan adapun sampah anorganik atau sampah yang tidak bisa terurai seperti plastik, botol plastik, botol kaca,besi, kardus, kertas, kaleng, ember, tembaga,kuningan, alumunium, dan lain-lain itu bisa didaur ulang kembali. Selain bisa didaur ulang, sampah anorganik tersebut juga memiliki nilai jual, maka dari itu banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai pemulung atau pengepul sampah,

Permasalahan sampah telah menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berperan serta ambil bagian dalam pengelolaan sampah. Adalah bank

5

Bank Sampah Solusi Kebersihan Kota Besar, diakses melalui

http://ekonomi.kabo.biz/2012/07/bank-sampah-solusi-kebersihan-kota-besar.html pada tanggal 30 Maret 2014 pukul 08:34 WIB


(15)

sampah sebagai salah satu stimulan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan dan pendayagunaan sampah. Adanya bank sampah menambah kesadaran warga tentang pengelolaan sampah.

Bank sampah adalah Bank tempat menabung sampah dalam arti yang sebenarnya. Lebih jelas lagi, nasabah menabungkan sampah mereka di Bank tersebut. Pada Bank Sampah, masyarakat menabung dalam bentuk sampah yang sudah dikelompokkan sesuai jenisnya. Mereka juga mendapatkan sejenis buku tabungan. Pada buku tabungan mereka tertera nilai Rupiah dari sampah yang sudah mereka tabung dan memang bisa ditarik dalam bentuk Rupiah (uang). Bank Sampah bekerjasama dengan pengepul barang-barang plastik, kardus, dan lain-lain, untuk bisa me-rupiahkan tabungan sampah dari masyarakat. Juga dengan pengolah pupuk organik untuk meyalurkan sampah

organik yang ditabungkan.6

Bank Sampah memberikan insentif tersendiri bagi masyarakat. Salah satu Bank Sampah tersebut adalah Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini berada di Depok, tepatnya di Jl. Makam No. 96, Kampung Pitara Rt 01/13, Pancoran Mas, Kota Depok.

6Mohammad Kholid, “Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Pola Kerjasama Bank Sampah”, (Skripsi S1 Program Studi Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 2.


(16)

Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini sudah 3 tahun berdiri. Awal mula berdirinya Bank Sampah Pada awalnya, ini hanya sebuah gerakan dari Ibu-Ibu PKK untuk mengisi waktu luang yang banyak terbuang sia-sia tanpa ada arti bagi kehidupan sehari-hari mereka.

Di sekitar lingkungan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini, banyak ibu-ibu yang hanya menjadi Ibu Rumah Tangga yang tidak mempunyai penghasilan apa-apa, selain dari pemasukan yang diberikan oleh suami untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Dan dengan adanya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini, yang telah berdiri sejak 2011, Bank Sampah ini telah berhasil memberdayakan para nasabahnya, sehingga dapat menjadi tambahan penghasilan bagi para nasabahnya dan menambah wawasan bagi masyarakat tentang bagaimana mengelola sampah yang baik dan benar serta membuka lapangan kerja.

Berdasarkan realitas di atas, maka perlu kiranya penulis mengkaji lebih dalam tentang bagaimana perspektif ekonomi syariah melihat Bank Sampah, penelitian ini nantinya akan dituangkan dalam sebuah skripsi yang

berjudul: “PERAN BANK SAMPAH WARGA PEDULI LINGKUNGAN


(17)

B. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan penelitian ini terfokus dan tidak melebar, maka masalah pada penelitian in dibatasi sebagai berikut:

a. Produk yang ditawarkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan

(WPL), Depok kepada masyarakat.

b. Peningkatan ekonomi nasabah dibatasi pada peningkatan pendapatan

nasabah Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), Depok.

c. Data yang diteliti dibatasi pada data bulan Juni 2014-November 2014.

C. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian ilmiah. Berdasarkan masalah pokok penelitian tersebut, ada rumusan masalah yang ingin diteliti oleh penulis dalam bentuk berupa pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam

meningkatkan perekonomian nasabah?

2. Bagaimana pola pemberdayaanekonomi yang dilakukan oleh Bank

Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)?

3. Bagaimana dampak kehadiran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan


(18)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini disamping bertujuan untuk menyelesaikan studi di fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta guna mendapatkan gelar sarjana Ekonomi Syariah, penulis memiliki tujuan, yaitu :

1. Untuk mengetahui peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)

dalam meningkatkan perekonomian nasabah.

2. Untuk mengetahui pola pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Bank

Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL).

3. Untuk mengetahui dampak kehadiran Bank Warga Peduli Lingkungan

(WPL) bagi masyarakat dan lingkungan.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi akademik, pemerhati lingkungan, dan praktisi ekonomi diharapkan

penelitian ini dapat memberikan sebuah wawasan untuk pengembangan tentang potensi sampah yang memiliki nilai ekonomis dengan pengelolaan sampah melalui Bank Sampah.

2. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan menjadi gambaran tentang


(19)

meningkatkan perekonomian masyarakat, dan juga mendorong masyarakat untuk mempunyai pengelolaan sampah yang baik sehingga tercipta lingkungan yang kondusif.

3. Bagi Bank Sampah, penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi

Bank Sampah yang telah berjalan.

4. Bagi Pemerintah, penelitian ini dapat memberikan pilihan metode bagi

pengelolaan sampah sehingga dapat dijadikan masukan untuk solusi permasalahan sampah di Indonesia.

F. Review Studi Terdahulu

NO Nama penulis / judul skripsi, jurnal /

tahun

Substansi Perbedaan dengan

penulis

1. Faizah / “Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Mayarakat” (S2 Program PASCASARJANA Program Ilmu Lingkungan

- Tesis ini fokus

membahas mengenai pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat di Gondolayu Lor,

- Rencana penulis

adalah memaparkan tentang Peran Bank Sampah Waru Asri Dalam Meningkatkan Perekonomian


(20)

Universitas Diponegoro Semarang Tahun 2008 Kota Yogyakarta yang dilaksanakan dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) melalui proses pemilahan sampah. - Metodologi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang bermaksud mendeskripsikan fenomena yang terjadi berdasarkan hasil eksplorasi.

- Hasil dari

Nasabah.

- Metodologi yang

digunakan yaitu dengan

menggunakan metode penelitian

kualitatif yang

menjelaskan

tentang peran

bank sampah

waru asri dalam meningkatkan perekonomian nasabah.

- Penulis

merencanakan untuk melakukan penelitian ini di Tahun 2014.


(21)

penelitian ini menyebutkan bahwa sistem pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Yogyakarta yang dilaksanakan dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) mampu mereduksi volume sampah yang dibuang hingga 70%. Akan tetapi problematika utama dari penerapan model ini adalah pada soal

bagaimana


(22)

dari membuang sampah menjadi memanfaatkan sampah.

2. Siti Habibah/

“Pemberdayaan

Ekonomi Perempuan Melalui Wirausaha Daur Ulang Sampah Kering Di Kelurahan

Pasar Minggu”

Skripsi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta Tahun 2009

- skripsi ini

menjelaskan tentang dampak daur ulang sampah kering terhadap perekonomian masyarakat, khususnya

perempuan sebagai salah satu cara memberdayakan masyarakat. - Metodologi penelitian yang dipakai oleh penulis dalam

- Rencana penulis

adalah memaparkan tentang Peran Bank Sampah Waru Asri Dalam Meningkatkan Perekonomian Nasabah.

- Metodologi yang

digunakan yaitu dengan

menggunakan metode penelitian

kualitatif yang


(23)

penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu mengolah data yang diperoleh dari lapangan kemudian dianalisa sesuai dengan kategori data yang terkumpul.

- Hasil dari skripsi

ini memaparkan bahwa kegiatan daur ulang sampah kering mampu menciptakan sebuah lapangan kerja, yang tentunya akan membantu

tentang peran

bank sampah

waru asri dalam meningkatkan perekonomian nasabah.

- Penulis

merencanakan untuk melakukan penelitian ini di Tahun 2014.


(24)

meningkatkan perekonomian masyarakat juga.

3. Muhammad Kholid /

“Pemberdayaan

Ekonomi Umat Melalui Pola Kerjasama Bank Sampah pada Bank Sampah Karya Peduli

Cilincing” Skripsi

Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta Tahun 2012

- Skripsi ini

menjelaskan mengenai pola kerjasama Bank Sampah Karya Peduli yang bekerjasama dengan masyarakat dalam pendayagunaan sampah sehingga menjadi barang yang benilai ekonomis.

- Metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

- Rencana penulis

adalah memaparkan tentang Peran Bank Sampah Waru Asri Dalam Meningkatkan Perekonomian Nasabah.

- Metodologi yang

digunakan yaitu dengan

menggunakan metode penelitian

kualitatif yang

menjelaskan

tentang peran


(25)

deskriptif analisis, yaitu

menggambarkan permasalahan dengan didasari pada data-data yang ada lalu dianalisis lebih lanjut kemudian diambil suatu kesimpulan.

- Hasil dari skripsi

ini memaparkan bahwa Bank Sampah Karya Peduli telah memberdayakan ekonomi

masyarakat melalui sampah dan telah meningkatkan

waru asri dalam meningkatkan perekonomian nasabah.

- Penulis

merencanakan untuk melakukan penelitian ini di Tahun 2014.


(26)

pendaapatan nasabah walaupun masih sedikit.

G. Kerangka Teori dan Pemikiran

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan

uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.7

Sedangkan menurut undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat.8

Sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak digunakan lagi atau sesuatu yang sudah dianggap tidak berharga atau tidak

berguna lagi.9 Sedangkan pengertian sampah menurut World Health

Organization (WHO) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,

7Wikipedia, “Pengertian Bank”, artikel ini diakses pada 27 Mei 2014 pukul 10:42 WIB dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bank

8

Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 , artikel diakses pada 27 Mei 2014 pukul 11:01 WIB dari www.bi.go.id

9Belia dan Sukan, “Kamus Bahasa Melayu Nusantara”, (Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei Kementrian Budaya, 2003)


(27)

tidak disenangi atau sesuatu yang yang dibuang yang berasal dari kegiatan

manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.10

Bank Sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan samoah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat pengepul sampah. Bank sampah dikelola menggunakan sistem seperti perbankan. Penyetor adalah warga yang tinggal di sekitar lokasi bank sampah serta mendapat buku tabungan seperti

menabung di bank.11

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peran berarti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di

masyarakat.12 Sedangkan makna peran yang dijelaskan dalam status,

kedudukan, dan peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa

cara, yaitu pertama penjelasan histories. Menurut penjelasan histories, konsep

peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan dramaatauu teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno atau romawi.dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang atau dibawakanoleh seorang aktor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu.

10Budiman Chandra, “Pengantar Kesehatan Lingkungan”, (Jakarta: EGC, 2006), cet. ke-1, hal. 111.

11Wikipedia, “Bank Sampah”, artikel ini diakses pada 20 Mei 2014 pukul 11:55 dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bank_Sampah

12


(28)

Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu. Atau juga peran bisa diartikan sebagai serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan

harapan peran yang menerangkan apa yang individu –individu harus lakkukan

dala suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut. (Friedman,

M, 1998 : 286)13

Gambar 1.1Kerangka Pemikiran

13

Diakses pada 28 Mei 2014 pukul 05:33 WIB dari

http://www.sarjanaku.com/2013/01/pengertian-peran-definisi-menurut-para.html?m=1

Bank Sampah

Unit Usaha Bank Sampah

Mengurangi

Kerusakan

Lingkungan

Meningkatkan

Pendapatan Nasabah

Membuka Lapangan

Pekerjaan


(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Peran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di

masyarakat dan harus dilaksanakan.1 Adapun kata Peran atau role dalam

Kamus Oxford Dictionary diartikan “ActorÊs Part”, OneÊs Task or Function”

yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi.2

Menurut Sarlito Wirawan, bahwa harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada umunya tentang prilaku-prilaku yang pantas,

yang seyogyanya ditentukan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu.3

Sedangkan, konsep tentang Peran atau role menurut Komarudin (1994; 768)

dalam buku “Ensiklopedia Manajemen” mengungkapkan sebagai berikut:

a. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen.

b. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status.

c. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hal. 667

2

The New Oxford IllustratedDictionary, (Oxford University Press, 1982) h. 1466 3

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: Rajawali, 1984) cet. Ke-1, h.235


(30)

d. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang apa adanya.

e. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab-akibat.

Peran sangat menentukan kelompok sosial masyarakat, dalam artian diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan perannya, yaitu menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan dalam masyarakat (lingkungan). Jadi seseorang menduduki suatu

posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peran.4

B. Pengertian Bank Sampah

Secara istilah, Bank Sampah terdiri dari atas 2 (dua ) kata, yaitu Secara

istilah Bank Sampah terdiri atas 2 (dua) kata, yaitu kata Bank dan Sampah.

Kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu banque yang berarti tempat

penukaran uang.5

Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa

bank lainnya.6

4

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suaatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002) cet. ke-34, h. 243

5

Ismail, bank sampah seruni. 6Kasmir, “Dasar

-Dasar Perbankan”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012) cet. ke-10, h.


(31)

Kemudian menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.7

Sedangkan pengertian sampah adalah semua benda atau produk sisa dalam bentuk padat akibat aktivitas manusia yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya dan dibuang sebagai barang yang tidak

berguna.8 Sampah pengertian diatas adalah benda yang sudah tidak memiliki

manfaat apa pun bagi kehidupan manusia sehingga benda tersebut dibuang, dan keberadaan benda tersebut tidak bisa dihindari selama masih ada aktivitas manusia.

C. Undang-Undang Mengenai Bank Sampah

Pada tanggal 15 Oktober 2012, Pemerintah Republik Indonesia, mengundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yang juga merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang

7

ibid

8Siswanto Hadi, “Kamus Populer Kesehatan Lingkungan”, (Jakarta: EGC, 2003) cet. ke-1, h. 114


(32)

No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah sekaligus memperkuat

landasan hukum bagi penyelenggaraan pengelolaan sampah di Indonesia.9

Terdapat beberapa muatan pokok yang penting yang diamanatkan oleh peraturan pemerintah ini, yaitu:

1. Memberikan landasan yang lebih kuat bagi pemerintah daerah dalam

penyelenggaraan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan dari berbagai aspek antara lain legal formal, manajemen, teknis operasional, pembiayaan, kelembagaan, dan sumber daya manusia;

2. Memberikan kejelasan perihal pembagian tugas dan peran seluruh

parapihak terkait dalam pengelolaan sampah mulai dari

kementerian/lembaga di tingkat pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dunia usaha, pengelola kawasan sampai masyarakat;

3. Memberikan landasan operasional bagi implementasi 3R (reduce, reuse,

recycle) dalam pengelolaan sampah menggantikan paradigma lama kumpul-angkut-buang;

4. Memberikan landasan hukum yang kuat bagi pelibatan dunia usaha untuk

turut bertanggungjawab dalam pengelolaan sampah sesuai dengan perannya.

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, kebijakan pengelolaan sampah

9

Diakses pada 8 Maret 2014 jam 15.35 dari


(33)

dimulai. Kebijakan pengelolaan sampah yang selama lebih dari tiga dekade hanya bertumpu pada pendekatan kumpul-angkut-buang (end of pipe) dengan mengandalkan keberadaan TPA, diubah dengan pendekatan reduce at source dan resource recycle melalui penerapan 3R. Oleh karena itu seluruh lapisan masyarakat diharapkan mengubah pandangan dan memperlakukan sampah sebagai sumber daya alternatif yang sejauh mungkin dimanfaatkan kembali, baik secara langsung, proses daur ulang, maupun proses lainnya.

Lima tahap penanganan yaitu pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat secara bertahap dan terencana, serta didasarkan pada kebijakan dan strategi yang jelas.

D. Jenis-Jenis Sampah

Sampah padat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut:10

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya.

 Organik. Misal: sisa makanan, daun, sayur, dan buah.

 Anorganik. Misal: logam, pecah-belah, abu, dan lain-lain.

2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.

 Mudah terbakar. Misal: kertas plastic, daun kering, kayu.

10Chandra Budiman, “Pengantar Kesehatan Lingkungan”, (Jakarta: EGC, 2007) cet. Ke-1, h. 111-112


(34)

 Tidak mudah terbakar. Misal: kaleng, besi, gelas, dan lain-lain.

3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.

 Mudah membusuk. Misal: sisa makanan, potongan daging, dan

sebagainya.

 Sulit membusuk. Misal: plastik, karet, kaleng, dan sebagainya.

4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah

a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan seringkali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.

b. Rubbish, terbagi menjadi dua:

Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, Misal: kertas, kayu, karet, daun kering, dan sebagainya.

Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, misal:

kaca, kaleng, dan sebagainya.

c. Ashes, semua sisa pembakaran dari industri.

d. Sweet sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia.

e. Dead Animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya) yang mati akibat kecelakaan atau secara alami.


(35)

f. House hold refuse, atau sampah campuran (misal: garbage, ashes, rubbish) yang berasal dari perumahan.

g. Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.

h. Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung. Contruction waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung, seperti tanah, batu, dan kayu.

i. Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industry.

j. Santage solid, terdiri dari atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair.

k. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus

seperti kaleng dan zat radioaktif.

E. Metode Pengelolaan Sampah

Konsep pengelolaan sampah yang dilakukan di bank sampah adalah

penerapan dari konsep (zero waste). Yakni pendekatan serta penerapan system

teknologi pengolahan sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu dengan melakukan penanganan sampah dengan tujuan dapat mengurangi sampah sesedikit mungkin. Dan juga, konsep ini merupakan konsep pengelolaan sampah yang sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, yaitu pengelolaan sampah melalui


(36)

1. Pendekatan reduse, adalah pendekatan dengan cara meminimalisir penggunaan barang yang kita gunakan. Karena apabila penggunaan barang atau material terlalu berlebih, itu akan mengakibatakan sampah yang banyak juga hasil dari apa yang telah kita gunakan.

2. Pendekatan reuse, adalah pendekatan dengan cara sebisa mungkin untuk

memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali dan menghindari pemakaian barang sekali pakai untuk memperpanjang jangka waktu barang tersebut sebelum menjadi sampah.

3. Pendekatan recycle, adalah pendekatan dengan cara melakukan daur ulang

dari barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi. Dengan cara ini, barang yang sudah tidak terpakai bisa digunakan kembali menjadi barang lain.

Sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat (PSBM) dicirikan oleh adanya keterlibatan masyarakat penggunanya dalam kegiatan perencanaan dan pengoperasian sistem tersebut. Ada 8 prinsip pengelolaan sampah berbasis masyarakat menurut (Yuwono, 2008: 3) yaitu;

 Keterlibatan masyarakat

 Kejelasan batasan wilayah

 Strategi pengelolaan sampah yang terpadu

 Pemanfaatan sampah yang optimal

 Fasilitas persampahan yang memadai


(37)

 Optimasi pendanaan sendiri

 Pola kemitraan yang menguntungkan

F. Nilai Ekonomis Sampah

Perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah untuk

menghasilkan nilai tambah, merupakan salah satu bentuk kepedulian untuk mengurangi jumlah sampah, salah satunya adalah dengan pola daur ulang. Saat ini pengurangan sampah hanya dilakukan melalui kegiatan pemulungan sampah (oleh pemulung). Program daur ulang di Indonesia yang telah dilaksanakan sejak tahun 1986 baru dapat mencapai 1,8%.

Volume sampah di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2013, volume sampah mencapai 73 juta ton atau setara dengan 200.000 ton perhari. Di Jakarta, volume sampah pada kondisi normal mencapai 6.500 ton perhari, sedangkan selama banjir pada Januari 2014 naik lima kali atau sekitar 325.000 ton.

Berdasarkan data statistic persampahan domestic Indonesia, jenis sampah plastic menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14persen dari total produksi sampah. Semestara berdasarkan data dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta, tumpukan sampah di wilayah DKI Jakartasaja mencapai lebih dari 6.000 ton perhari dan sekitar 13 persen dari jumlah tersebut berupa sampah plastik.


(38)

Dari data di atas, kita bisa melihat bahwa sampah memiliki potensi nilai ekonomi yang sangat tinggi, baik bagi pemulung, pengumpul, dan pendaur ulang.

Di Jakarta Selatan saja, sampah yang dihasilkan setiap harinya sebanyak 3156,09 M³ (sampah organik) dan 2235,91 M³ (sampah anorganik). Ini mempunyai dampak yang sangat signifikan karena mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1.350 orang yang terdiri dari pemulung sebanyak 1056 dan pengumpul serta pekerja daur ulang sebanyak 294 orang dengan nilai

penjualan setiap bulan sebesar Rp. 6.870.063 /pengumpul.11 Dan pengolahan

sampah ini tidak hanya memberikan nilai ekonomi saja, tetapi juga membantu kebersihan lingkungan.

G. Pemberdayaan Ekonomi Umat

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Istilah pemberdayaan masyarat mengacu pada empowerment yang

berarti penguatan. Yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka. Maka pendekatan pemberdayaan masyarakat

11Istiqomah Kartini, Sri Rahayu, Wahyumi Ekawanti, “Analisis Nilai Ekonomi Sampah Pada Tempat Pngelolaan Sampah”, (Fak. Ekonomi, Univ. Budi Luhur Jakarta: 2011)


(39)

yang diharapkan adalah yang dapat memposisikan individu sebagai subjek

bukan sebagai sebagai objek.12

Menurut Suharto (2005) pemberdayaan menunjuk pada

kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi

kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),

dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, kebodohan dan kesakitan (b) menjangkau sumber-sumber

produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan

pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan

keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.13

Selanjutnya Kartasasmita dalam buku Isu-isu Tematik

Pembangunan Sosial yang ditulis Sulistiati (2004) mengatakan, bahwa

memberdayakan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan

masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendonamisasi potensi-potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain menjadikan masyarakat

12Setiana L., “

Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat”, dalam nurjanah, ed., Implikasi Filsafat Kontruktivisme Untuk Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press, 2007), cet. Ke-1, h.79

13Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005) h. 58.


(40)

mampu dan mandiri dengan menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat tetpi juga pranata-pranatanya, menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, ketebukaan, dan tanggung jawab adalah bagian pokok dari upaya

pemberdayaan.14

2. Tujuan Pemberdayaan

Tujuan pemberdayaan adalah membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan yang terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari

lingkungan.15

Dari pengertian tujuan pemberdayaan diatas bisa kita artikan bahwa pemberdayaan adalah sebuah usaha dan proses untuk membantu seseorang mandiri dalam mengambil keputusan-keputsan di tengah-tengah lingkungannya.

14Sulistiati, “Isu

-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi” (Jakarta: Balai

latihan dan pengembangan Sosial Depsos RI, 2004) h. 229

15Isbandi Rukminto Adi, “Pemberdayaan, Pengembangan, Masyarakat dan Intervensi Komunitas : Pengantar pada Pemikirian dan Pendekatan Praktis”, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003) h. 32.


(41)

3. Tahapan-tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Dalam pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi secara langsung maupun tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses tahapan, yakni:

a. Tahapan Persiapan

Tahapan ini meliputi penyiapan petugas (community

development),dimana tujuan ini adalah untuk menyamakan persepsi

antar anggota agen perubahan (agent of change) mengenai pendekatan

apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Sedangkan pada tahapan penyiapan lapangan, petugas melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran. Pada tahapan ini terjadi kontrak awal dengan kelompok sasaran.

b. Tahapan Assessment

Proses assessment yang dilakukan disini adalah

mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya manusia yang dimiliki klien. Dalam proses penilaian ini dapat pula digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman.

c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan.

Pada tahapan ini agem perubahan ( agent of change) secara

partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikit tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana mengatasinya.


(42)

d. Tahapan Pemformulasian Rencana Aksi

Pada tahapan ini agen membantu masing – masing kelompok

untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.

e. Tahapan Pelaksanaan (implementasi) Program

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahapan yang paling krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara warga.

f. Tahapan Evaluasi

Tahapan ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada pemgembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga.

g. Tahapan Terminasi

Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran.Terminasi dilakukan seringkali bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap mandiri, tetapi tidak juga terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya atau karena anggaran sudah


(43)

selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau

meneruskan.16

Sedangkan menurut Gunawan Sumadiningrat dalam buku Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (1997) menyatakan bahwa pemberdayaan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan proses. Proses memberdayakan seseorang atau masyarakat dapat dilakukan dengan tiga tahap:

a. Menciptakan susasana atau iklim yang memungkinkan potensi

seseorang atau massyarakat berkembang.

b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam

rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses

kepada berbagai peluang yang akan membuat diri makin

berdaya memanfaatkan peluang.

c. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Pemberdayaan

secara pasti dapat diwujudkan, tetapi perjalanan tersebut tidaklah berlaku bagi mereka yang lemah semangat. Dalamproses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah. Contohnya dengan memberikan semangat atau dorongan untuk berubah.

16Isbandi Rukminto Adi, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas: Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis”, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas UI , 2003) h. 251-258


(44)

Sebagai tambahan dalam proses pemberdayaan massyarakat, dapat dilakukan dengan metode-metode berikut ini:

a. Memberi pengetahuan (informasi) baru.

b. Mengadakan diskusi-diskusi dalam kelompok-kelompok kecil

mengenai pengetahuan atau masalah-masalah dengan kejadian-kejadian baru.

c. Mengadakan kegiatan-kegiatan dalam kelompok kecil.

d. Menciptakan wadah baru, misalnya koperasi, kredit union, organisasi

wanita, organisasi muda-mudi dengan menggunakan kelompok

kerja.17

4. Proses Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan sesuatu yang akan berkesinambungan dimana komunitas atau kelompok masih ingin melakukan perubahan serta perbaikan dan tidak hanya terpaku pada satu

program saja.18 Proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima tahap:

a. Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat memberdaya guna dan

tidak memberdayakan.

b. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan tidak

memberdayakan.

17Andi Beratha, “Pemberdayaan Masyarakat dan Upaya Pembebasan Kemiskinan”, (Yogyakarta: Philosopy Press, 1982), h. 57

18Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran Dalam Kesejahteraan Sosial”, (Jakarta: Penerbit Fakultas UI, 2002), seri II, h. 173


(45)

c. Mengidentifikasi masalah.

d. Mengidentifikasi basis daya yang bermakna.

e. Mengembangkan rencana – rencana aksi dan pengimplementasian.19

Namun dalam proses pemberdayaan bahwa peran serta masyarakat merupakan tahapan yang penting dalam peningkatan pembangunan. Mutu peran serta masyarakat dapat dibedakan dengan memahami motivasi mereka.

Dalam hal ini peran serta dibagai menjadi lima, yaitu:

a. Berperan serta karena mendapat perintah.

b. Berperan serta karena ingin mendapat imbalan.

c. Berperan serta secara sukarela, tanpa mengharapkan imbalan.

d. Berperan serta atas prakarsa atau inisiatif sendiri.

e. Berperan serta disertai dengan kreasi atau daya cipta.

Dari uraian diatas bahwa proses pemberdayaan yang terjadi pada masyarakat, terjadi secara simultan sehingga upaya yang dilakukan berkesinambungan untuk meningkatkan daya yang ada.

19Nanich Machendra dan Agus Ahmad Syafe’I, “Pengembangan Masyarakat Islam”, (Bandung: Rosdakarya, 2001), cet. Ke-1, h. 25


(46)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Program Pemberdayaan.

Keberhasilan suatu program tidak hanya ditentukan oleh kualitas program tetapi bagaiman program tersebut dapat direalisasikan. Kegagalan program dapat disebabkan karena tidak dilaksanakannya

program (non implementation) atau bisa juga disebabkan oleh pelaksanaan

yang tidak berhasil (unsuccessfull implementation).20

Kendala dalam menjalankan sebuah program pemberdayaan

ekonomidapat berasal dari dua arah, yaitu kendala dari dalam (intern)dan

kendala dari luar (ekstern). Kendala intern yang dimaksud adalah

berkaitan dengan faktor dari dalam para pelaksana program itu sendiri, terutama rendahnya kualitas SDM, karakter, kebudayaan, dan kebiasaan yang dimiliki. Kendala ini akhirnya akan menimbulkan berbagai kendala lain yang lebih spesifik, antara lain:

a. Lemahnya pelaksana program dalam meningkatkan akses pasar dan

pengembangan program.

b. Lemahnya struktur permodalan, serta terbatasnya akses terhadap

sumber-sumber permodalan.

c. Terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi.

d. Lemahnya organisasi dan manajemen.

20Rahma Nidi Burhan, “Grameen Bank Sebagai Upaya Penaggulangan Kemiskinan”, (Tesis Program Pasca Sarjana Managemen Pembangunan Sosial, Universitas Indonesia 2004), h. 53


(47)

e. Terbatasnya jaringan usaha dan kerjasama dengan pelaku ekonomi lainnya.

Sedangkan kendala ekstern berkaitan dengan faktor dari luar

masyarakat, yaitu:

a. Iklim usaha yang kurang kondusif yang menimbulkan masih adanya

persaingan yang kurang sehat.

b. Sarana dan prasarana yang kurang memadai.

c. Pembinaan yang masih kurang terpadu.21

Dari sekian banyak faktor yang ada, tentu tidak ada sebuah program yang dapat berjalan sempurna, akan tetapi tidak ada salahnya jika kita berusaha untuk mendekati

sebuah kesempurnaan tersebut dengan cara menggunakan SDM yang berkualitas dan berdedikasi tinggi agar program pemberdayaan yang kita lakukan berjalan dengan efektif.

6. Indikator Pemberdayaan

Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah proses seringkali diambil dari tujuan sebuah pemberdayaan yang menunjukkan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah

21Djabarudin Djohan, “Pokok

-pokok Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil (dalam Mencari Bentuk dan Metode Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil dan Sektor Informal), (Jakarta: Friedrich Institute, 1994) h. 6


(48)

perubahan sosial, yaitu: masyarakat miskin yang berdaya, memliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan da kemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, mauoun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Sedangkan indikator keberhasilan program yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan program-program dari sebuah pemberdayaan masyarakatadalah sebagai berikut:

a. Berkurangnya jumlah penduduk miskin,

b. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh

penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

c. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan

kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya,

d. Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan semakin

berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, semakin kuatnya permodalan kelompok, makin rapih sistem administrasi kelompok, serta semakin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat.

e. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang

ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.


(49)

Dari indikator di atas, yang disebut dengan masyarakat itu berdaya, jika masyarakat itu mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan

mampu mensejahterkan masyarakat sekitarnya.22

Dan salah satu aspek penting dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk pengentasan kemiskinan adalah melibatkan kerjasama dan pengelolaan yang baik, yang aplikatif dan tepat guna. Ciri-ciri program pemberdayaan yang bersifat baik adalah:

a. Transparan (transparent)

Artinya semua yang terlibat dalam proses tersebut dapat mengetahui perkembangan keuangan yang berjalan.

b. Bertanggungjawab (accountable)

Perguliran dana dikelola oleh orang-orang yang dapat dipercaya oleh masyarakat.

c. Menguntungkan (profitable)

Semua pihak yang terlibat dapat memperoleh manfaat khususnya keuntungan materi, baik diterima oleh pihak pelaku pemberdayaan dan juga sasaran pemberdayaannya.

d. Berlanjut (suistanable)

Proses dapat dilakukan secara terus menerus dalam jangka panjang.

22 Winda Pristian Irawan, “Pengaruh Program Pemberdayaan di Sektor Ekonomi Terhadap

Pengembangan Mustahik Oleh Rumah Zakat di Wilayah Bekasi”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan


(50)

e. Dapat Diperluas (replicable)

Program ini dapat diterapkan juga ke kelompok di wilayah

lainnya.23

23 Gunawan Sumadiningrat, “Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial”, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), cet. ke 1, hal. 23


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Surakhmad (1994:143), metode studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subjek yang diselidiki terdiri dari satu uni (atau satu kesatuan unit yang dipandang sebagai kasus. Karena sifat yang mendalam dan mendetail tersebut, studi kasus umumnya menghasilkan gambar yang longitudinal, yaitu hasil pengumpulan dan analisis

data kasus dalam satu jangka waktu.1

Sedangkan menurut Basuki (2006: 113) mengatakan bahwa studi kasus merupakan kajian mendalam tentang peristiwa, lingkungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami sesuatu

hal.2Maka pada penelitian ini studi kasus dilakukan pada Bank Sampha

Warga Peduli Lingkungan (WPL) Depok, untuk mengetahui peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam peningkatan perekonomian nasabah.

1Prastowo Andi, “Memahami Metode

-Metode Penelitian”, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011)

Cet. ke 1, h. 128 2


(52)

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantitatif lainnya. Dan didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang

diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistic, dan rumit.3

Serta penelitian ini dilakukan berdasarkan paradigm, strategi, dan implementasi model secara kualitatif. Sebab itu, tidak mengherankan jika

tidak terdapat anggapan bahwa “Qualitative research in many thing to many

people” (Denzin dan Lincoln, 1994: 4).4 C. Sumber Data Penelitian

Menurut Lofland (1984: 47), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain.5

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 2 macam, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil

pengisian kuesioner yang biasa dilakukan peneliti.6

3Lexy J. Moeloeng, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) h. 6

4 Basrowi & Suwandi, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008) h. 20

5Lexy J. Moeloeng, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004) h. 112


(53)

Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan pengurus Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dan beberapa nasabah Bank Sampah tersebut.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumentasi yang ada hubungannya dengan materi skripsi ini. dalam

penelitian ini penulis melakukan studi kepustakaan, literature, buletin,

majalah serta materi kuliahyang berkaitan dengan pembahasan ini. D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Untuk mengumpulkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu:

1. Teknik Observasi

Observasi adalah mengamati situasi yang ada, situasi yang terjadi secara spontan, tidak dibuat-buat, yang disebut juga dengan situasi yang sesuai dengan kehendak alam (alamiah). Dan hasil pengamatan dicatat dengan

teliti untuk diambil kesimpulan-kesimpulan umum dan khusus.7

6Husein Umar, “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) Cet. Ke-6, h. 42

7Neni Zikri Iska, “Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan”, (Jakarta: Kizi Brothers , 2006) h. 33


(54)

Dari pemahaman observasi atau pengamatan di atas, sesungguhnya yang dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan

dan pengindraan.8

2. Teknik Interview

Wawancara adalah merupakan salah satu cara pengumpulan data dengan jalan komunikasi (lisan) antara peneliti dan responden, yakni melalui kontak dan hubungan pribadi.

Komunikasi tersebut dilakukan denga cara face to face, artinya antara

peneliti dan responden berhadapan langsung, maupun dengan cara tidak langsung (via telpon) untuk menanyakan secara lisan hal-hal yang

diinginkan dan jawaban responden dicatat oleh si pewawancara.9

3. Teknik Dokumentasi

Teknik Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, lengger, agenda dan sebagainya.10

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Proses analisis bersifat induktif, yaitu menggunakan data sebagai

8Bungin Burhan, “Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Kencana, 2010) cet. ke 4. h. 115

9Afifi Fauzi Abbas, “Metodologi Penelitian”, (Ciputat: Adelina Bersaudara, 2010) h. 140-141 10Suharsini Arikuntu, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) h. 231


(55)

pijakan awal melakukan penelitian, bahkan dalam format induktif tidak tidak mengenal teorisasi sama sekali, artinya teori dan teorisasi bukan hal yang yang penting untuk dilakukan. Sebaliknya, data adalah segala-galanya untuk

memulai sebuah penelitian.11

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis seperti yang disarankan data.12

Maka dari itu, penulis akan melakukan klasifikasi data, yaitu usaha menggolongkan data berdasarkan kategori tertentu dari seluruh data yang penulis peroleh dari wawancara dan kepustakaan yang diseleksi dan disusun.

Setelah data-data yang ada diklasifikasikan lalu diadakan analisis data. Data-data yang terkumpul diperiksa kembali mengenai kelengkapan jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi yang biasa disebut editing.

F. Subjek-Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah narasumber yang diberikan kewenangan untuk menjawab pertaanyaan yang diajukan oleh pewawancara (penulis).

11Bungin Burhan, “Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Kencana, 2010) cet. ke 4. h. 27

12Basrowi & Suwandi, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h. 91


(56)

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), yang beralamat di di Jl. Makam No. 96, Kampung Pitara Rt 01/13, Pancoran Mas, Kota Depok, 16436. Dan difokuskan pada peran Bank Sampah dalam peningkatan perekonomian nasabah.


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Gambaran Umum Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) 1. Sejarah dan Profil Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)

Bank SampahWarga Peduli Lingkungan(WPL) beralamat di Jl. Makam No. 96, Kampung Pitara Rt 01/13, Pancoran Mas, Kota Depok. Dan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan(WPL) ini telah beraktivitas secara mandiri pada tahun 2009.

Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan(WPL) ini salah satu bukti dari kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Diprakarsai oleh seorang warga yang merupakan anggota PKK, yaitu Sri Wulan bersama suaminya, Baron Noorwendo, yang merupakan salah satu tokoh masyarakat PancoranMas Depok.

Pada awalnya, ini hanya sebuah gerakan dari Ibu-Ibu PKK untuk mengisi waktu luang yang banyak terbuang sia-sia tanpa ada arti bagi kehidupan sehari-hari mereka. Maka di tahun 2009, diadakan sebuah kegiatan untuk memperkenalkan lubang resapan biopori, yaitu sebuah metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Setelah memperkenalkan lubang resapan biopori kepada masyarakat, selanjutnya masyarakat diajak kepada sebuah gerakan memilah sampah organik, yaitu memilah sampah


(58)

organik dan anorganik rumah tangga yang dianggap sebagian masyarakat sudah tidak berguna lagi untuk didaur ulang, yang kemudian sampah organic tersebut dijadikan pupuk kompos dan adapun sampah anorganik dijadikan sebuah kerajinan tangan dan mempunyai nilai ekonomis.

Dan pada akhirnya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini diresmikan pada tanggal 18 Juni 2011.

Setelah Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), maka disusunlah pengurus yang bertanggung jawab terhadap jalannya program Bank Sampah Peduli Lingkungan (WPL) ini, yang terdiri dari:

Tabel 4.1

Susunan Pengurus Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)

KOMISARIS Baroon Noorwendo

Bendahara Rosidah

Direktur Sri Wulan Wibiyanti

Sekretaris Dede Ayanih

Koordinator Industri Kreatif

Koordinator Pelatihan Susinarsih


(59)

2. Visi dan Misi Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)

- Visi

Menjadi Bank Sampah yang melibatkan potensi masyarakat dan berkontribusi nyata dalam mengurangi sampah secara praktis, murah, kreatif dan produktif.

- Misi

1. Melakukan edukasi pemilahan sampah secara continue

2. Menerapkan reuse dan recycle dengan cara menggunakan sampah

sebagai bahan baku industry kreatif.

3. Melibatkan potensi masyarakat dalam mengelola dan

melaksanakan program Bank Sampah.

4. Membangun jaringan sinergis dengan semua lembaga dan institusi

yang memiliki kesamaan visi.

5. Menjadi rujukan bagi masyarakat yang ingin menangani sampah

secara terpadu.

- Tujuan

Tujuan dari berdirinya bank sampah adalah untuk membangun pola pikir dan prilaku masyarakat dalam mengelola sampah dalam kerangka program lingkungan dan juga bertujuan untuk menjadi pusat industri kreatif.


(60)

- Manfaat

a. Membuat lingkungan menjadi bersih, sehat dan asri

b. Menjadikan sampah yang sudah tidak berguna lagi menjadi barang yang

bernilai ekonomis

c. Membuka peluang bagi masyarakat untuk menghasilkan karya dengan

kreatif, produktif dan kreatif. 3. Program dan Layanan

Setelah diresmikan pada tahun 2011, Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) terus melakukan inovasi dalam membuat program dan layanan bagi nasabahnya. Dan sampai tahun 2014 ini, tercatat sudah ada 8 program yang ditawarkan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) bagi para nasabahnya, yaitu;

a. Tabungan

Seperti Bank Sampah pada umunya, Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) juga menawarkan sebuah layanan tabungan bagi para nasabahnya. Cara menabungnya pun sama seperti Bank Sampah lainnya, yaitu dengan cara menyetorkan sampah yang telah dipilah, kemudian sampah tersebut dihargai sesuai dengan daftar harga yang ada, lalu nilai rupiah tersebut dicatat oleh petugas di buku tabungan nasabah dan dibuku besar milik Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL).


(61)

Akan tetapi, tabungan ini tidak bisa diambil oleh nasabah apabila nasabah tersebut belum memenuhi syarat minimum untuk mengambil tabungan, yaitu 5 kali menabung.

b. Training Center

Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) menawarkan sebuah layanan program bagi nasabah yang ingin menambah ilmu pegetahuannya di bidang lingkungan. Para nasabah bisa mengikuti training center yang diisi oleh orang-orang yang berpengalaman di bidang tersebut.

Program ini telah berjalan dari awal diresmikannya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), sehingga para nasabah yang

telah mengikuti training center sudah bisa mewakili Bank Sampah

Warga Peduli Lingkungan (WPL) untuk mengenalkan kepada masyarakat luas tentang apa itu Bank Sampah.

Dan dari mengisi acara-acara training center tersebut, nasabah

bisa menambah pundi-pundi rupiah di tabungannya.

c. Pusat Kerajinan Kreatif

Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) bukan hanya sekedar lapak yang mengumpulkan sampah lalu dijual ke pengepul, tetapi juga sebagai pusat kerajinan kreatif, karena awalnya WPL bukan


(62)

kemasan-kemasan yang dibentuk menjadi barang-barang yang bermanfaat. Contohnya adalah tas bermacam-macam model, dompet, taplak meja, mainan anak, dll.

Dengan adanya program kerajinan kreatif ini, nasabah bisa menyalurkan kreativitas dari barang-barang bekas untuk dijadikan sebuah hasil karya kerajinan tangan kreatif, yang kemudian 70% hasil dari penjualan barang tersebut bisa menambah pemasukan bagi nasabah. Berikut jenis kerajinan dan nilainya:

Tabel 4.2

Daftar Produk Kerajinan Tangan Bank Sampah Wrga Peduli Lingkungan (WPL)

1 Dompet XL Rp.

25,000

2 Dompet L Rp.

20,000

3 Dompet S Rp.

15,000

4 Tempat Pensil XL Rp.

25,000

5 Tempat Pensil L Rp.

10,000

6 Tempat Pensil Rawis Rp.

20,000

7 Bando Rp.

3,000

8 Bingkai Kecil Rp.

3,000

9 Bingkai Sedang Rp.

5,000


(63)

11 Tas L Rp.

125,000

12 Tas 35" dengan lapisan Rp.

35,000

13 Tas 35" tanpa lapisan Rp.

25,000

14 Tas 25" Rp.

25,000

15 Tas Kecap Rp.

40,000

16 Tas Tangan Rp.

40,000

17 Tas Tangan Panjang Rp.

45,000

18 Tas Tangan Kayu L Rp.

80,000

19 Tas Tangan Rantai Rp.

50,000

20 Tas Bolong M Rp.

100,000

21 Tas Bolong L Rp.

115,000

22 Tas Rawis Rp.

75,000

23 Tas Rawis Softcase Rp.

75,000

24 Tas Rawis Selempang Rp.

80,000

25 Tas Anggur Rp.

10,000

26 Tas Belanja dengan Lapisan Rp.

40,000

27 Tas Belanja tanpa Lapisan Rp.

25,000

28 Tas Belanja XL Rp.

30,000

29 Tas Belanja Lipat 4 Rp. 25,000

30 Tas Bekal Rp.

15,000

31 Tas Selempang Rp.

50,000


(64)

33 Tas GoodDay dengan lapisan Rp.

25,000

34 Tas GoodDay tanpa lapisan Rp.

20,000

35 Tas Downy Rp.

55,000

36 Tas COC Rp.

25,000

37 Celemek Rp.

25,000

38 Tempat Tisu Rp.

25,000

39 Taplak Meja Jumbo Rp.

300,000

40 Taplak Meja Besar Rp.

125,000

41 Taplak Meja Kecil Rp.

75,000

42 Taplak Kecil Rp.

10,000

43 Sajadah Rp.

100,000

44 Tatakan Rp.

40,000

45 Softcase Laptop Rp.

50,000

46 Agenda Kecil Rp.

25,000

47 Agenda Besar Rp.

30,000

48 Bros Rp.

2,500

d. Hibah Sampah dan Barang Bekas

Program ini lebih dikhususkan bagi mereka yang memiliki ekonomi menengah ke atas. Yaitu pihak Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) menerima hibah dari orang yang benar-benar tidak


(65)

membutuhkan barang bekasnya lagi, seperti barang elektronik, furniture, dan kendaraan. Lalu, barang bekas tersebut diuangkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). Yang kemudian uang tersebut akan diputarkan sebagai pinjaman kepada Ibu-Ibu pedagang dan pengusaha kecil tanpa bunga dan tanpa bagi hasil.

e. Mikro Kredit dari Sampah (ROKETS)

Program ini dikhususkan bagi nasabah yang ingin menjalankan roda bisnisnya, baik bagi mereka yang baru ingin menjalankan bisnis, atau pun bagi mereka yang sudah menjalankan bisnisnya tetapi masih mendapat kendala di pendanaan.

Mereka bisa menikmati pelayanan kredit mikro yang ditawarkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dengan mudah, yaitu mereka bisa mengembalikan dana yang dipinjam dengan cara diangsur dalam beberapa bulan tanpa adanya bunga. Bahkan kredit mikro ini tidak menggunakan sistem bagi hasil. Jadi program kredit mikro ini sangat membantu bagi nasabah ekonomi menengah ke bawah.

f. Sekolahku Hijau

Program ini membuka kesempatan bagi sekolah mana pun yang ingin menambah ilmu tentang program lingkungan. Karena Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) melihat bahwa banyaknya minat dari sekolah-sekolah yang ingin mendalami ilmu tentang kepedulian terhadap lingkungan sekarang-sekarang ini.


(66)

g. Asuransi Jiwa

Nasabah bisa mengikuti program asuransi jiwa yang ditawarkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), dengan cara membuat suatu kelompok yang beranggotakan 25 orang. Dari setiap anggota kelompok ini dikenakan biaya Rp. 25.000/tahun untuk membayar premi asuransi.

h. Kampung Wisata

Program ini masih dalam tahap penyempurnaan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). Yaitu ingin menjadikan kampung dimana Bank Sampah ini berdiri untuk menjadi kampung wisata dan edukasi. Jadi masyarakat bisa datang berwisata sambil belajar mengenai lingkungan secara langsung.

4. Nasabah

Pada saat ini Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) telah memiliki nasabah sebanyak 115 nasabah.

5. Membentuk Sistem Pengolahan Sampah

Karena sistem pengolahan sampah adalah kegiatan utama yang ada di Bank Sampah, maka membentuk sistem ini merupakan sebuah hal terpenting bagi bagi Bank Sampah. Pertama, nasabah harus memilah sampah yang akan disetorkan ke Bank Sampah di rumah masing-masing. Kedua, setelah nasabah tersebut sudah mendapatkan sampah pilahan, maka sampah itu disetorkan atau dikumpulkan ke Bank Sampah Warga


(67)

Peduli Lingkungan (WPL). Dalam hal ini, ada dua (dua) cara untuk mengumpulkan atau menyetorkan sampah pilahan, yaitu:

a. Nasabah sendiri yang langsung menyetorkan sampah ke Bank Sampah

Warga Peduli Lingkungan (WPL).

b. Petugas Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) mendatangi

rumah nasabah untuk mengambil sampah.

Gambar 4.3

Sistem Pengolahan Sampah Sampah Pilahan di Tiap Rumah Penyetoran Sampah oleh Nasabah Pengambilan Sampah oleh Petugas Dikumpulkan di Bank Sampah Sampah dipilah sesuai jenisnya Sampah dijadikan pupuk kompos Sampah dijual ke pengepul Sampah dijadikan kerajinan tangan


(68)

B. Peran Bank Sampah Dalam Meningkatkan Perekonomian Nasabah Melalui Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Tujuan awal dari didirikannya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) adalah ingin menciptakan kegiatan positif yang bermanfaat dan dapat memberdayakan masyarakat sekitar. Dengan berjalannya waktu, kegiatan yang diadakan oleh kelompok ini (sebelum dinamakan Bank Sampah) tidak hanya menghasilkan sebuah kegiatan positif, akan tetapi menghasilkan sebuah kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis di dalamnya, yaitu Bank Sampah. Para nasabah/ masyarakat bisa menabungkan sampah-sampah olahan rumah tangga yang telah dipilah terlebih dahulu untuk disetorkan ke Bank Sampah yang kemudian sampah tersebut ditukar dengan sejumlah uang rupiah sesuai dengan nilai sampah tersebut.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendominasi potensi-potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain menjadikan masyarakat mampu dan mandiri dengan menciptakan iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat berkembang.1 Dan Bank Sampah Warga

Peduli Lingkungan (WPL) telah menciptakan iklim untuk mengembangkan

1Sulistiati, “Isu

-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi” (Jakarta: Balai


(69)

potensi masyarakat dengan membangun pola pikir dan prilaku masyarakat dalam mengelola sampah dan manjadikan sampah sebagai barang yang mempunyai nilai ekonomis. Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) juga mengembangkan potensi ekonomis sampah ini melalui pusat industri kreatif yang berkontribusi nyata dalam mengurangi sampah secara praktis, murah, kreatif dan produktif.

Dan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) telah memberdayakan nasabahnya melalui program-program yang diadakan. Semua program tersebut membuat sebuah pola pemikiran di dalam diri masyarakat bahwa sampah dapat bernilai uang bagi mereka dengan memanfaatkan potensi yang ada di sampah tersebut.

Dan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) juga membantu masyarakat dalam mengembangkan potensi diri para nasabahnya untuk berkarya secara praktis, murah, dan kreatif. Ini terbukti dengan banyaknya hasil kerajinan tangan yang telah dihasilkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) untuk dijual dan hasilnya dapat dirasakan oleh nasabah tersebut.

Dengan adanya Bank Sampah, masyarakat menjadi sadar bahwa sampah yang selama ini disepelekan keberadaannya, sebenarnya dapat membawa sebuah kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat. Nilai rupiah yang


(70)

didapat dari sampah tersebut disimpan atau ditabung oleh nasabah t, dan biasanya hasil tabungan sampah tersebut akan diambil oleh nasabahnya pada

waktu-waktu tertentu, seperti Hari Raya atau Tahun Pelajaran Baru.2

Bagi nasabah yang ingin meningkatkan perekonomiannya dengan cara berniaga dan belum mempunyai modal atau kekurangan modal, nasabah dapat melakukan pinjaman kepada Bank Sampah. Dan cara pengembalian pinjaman tersebut, Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) tidak mengharuskan nasabah mengembalikan pinjaman dengan uang, tetapi boleh juga dalam bentuk sampah yang bernilai ekonomis.

Dengan demikian, atas dasar indikator-indikator keberhasilan program pemberdayaan ekonomi masyarakat maka bahwasannya program-program yang dijalankan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dapat dikatakan berhasil dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Indikator keberhasilan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dapat dilihat dari:

a. Transparan (Transparent)

Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) melibatkan seluruh nasabah dalam pelaporan keuangan yang sedang berjalan. Masyarakat diajak terlibat dalam pengumpulan sampah dan hasil dari sampah tersebut

2

Hasil wawancara pribadi dengan Direktur Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), Ibu Sri Wulan Wibiyanti, Tanggal 3 November 2014.


(71)

dicatat di buku tabungan milik nasabah dan juga di buku besar milik Bank Sampah. Bank Sampah mendapatkan penghasilan dari selisih penjualan karya kerajinan tangan dari sampah dan juga dari selisih penjualan sampah ke pengepul atau pun pabrik-pabrik plastic.

b. Bertanggungjawab (accountable)

Dalam pengelolaan Bank Sampah, baik dalam pengelolaan keuangan atau pun yang lainnya, dilakukan oleh orang-orang yang dapat dipercaya dan bertanggungjawab, yaitu oleh Tokoh Mayarakat dan Ibu-Ibu PKK.

c. Menguntungkan (profitable)

Semua pihak yang terlibat dalam Bank Sampah ini mendapatkan keuntungan, baik secara materi atau pun imateri. Masyarakat mendapatkan nilai rupiah dari sampah yang dipilah. Kemudian Bank Sampah mendapatkan keuntungan dari hasil pengolahan sampah yang dijual.

Selain keuntungan materi, tentunya lingkungan masyarakat pun menjadi lebih bersih dan asri dengan adanya Bank Sampah ini.

d. Keberlanjutan (suistanable)

Apabila pengelola Bank Sampah mampu meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan mampu melakukan inovasi-inovasi terbaru,


(72)

maka peluang bagi bank sampah untuk terus berkelanjutan akan tetap ada dan akan terus terbuka, mengingat sangat besarnya nilai-nilai yang ada di dalamnya.

e. Dapat Diperluas (replicable)

Karena pola bank sampah ini sangat menarik, yaitu bisa membantu perekonomian masyarakat sekaligus bisa mengurangi volume sampah yang ada. Beberapa pemda telah mencontoh pola bank sampah ini untuk diterapkan di wilayahnya masing-masing, walaupun tidak semua program yang ada di Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dicontoh di wilayah mereka, tetapi program inti dari pola bank sampah tetap mereka terapkan demi mencapai tujuan inti dari bank sampah tersebut.

C. Pola Kerjasama Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dan masyarakat

Hadirnya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) merupakan salah satu bukti akan kepedulian masyarakat akan lingkungannya. Berawal dari inisiatif sepasang suami dan istri, Baron Noorwendo dan Sri Wulan Wibiyanti, yang mempunyai niat tulus untuk memberdayakan masyarakat yang berada di sekitarnya.

Bank sampah adalah tempat menabung sampah. Maksudnya adalah tempat menabung bagi para nasabahnya dengan cara menyetorkan sampah di bank tersebut. Tentunya hanya sampah yang sudah dipilah yang boleh ditabung di bank sampah ini. Setelah nasabah menyetorkan sampah


(1)

untuk pembuatan kerajinan ini. Akan tetapi bahan baku yang susah didapat menjadi alasan kelompok usaha ini tidak bisa memenuhi permintaan pasar. Dari sinilah akhirnya dibuat Bank Sampah, dengan tujuan memanfaatkan sampah dari masyarakat yang kemudian dijadikan kerajinan tangan berbahan baku sampah.

3. Tujuan utama dari Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) adalah ingin memberdayakan masyarakat melalui pemanfaatan sampah yang baik dan benar sehingga sampah yang awalnya hanya bisa menjadi dibuang kini bisa menghasilkan rupiah bagi masyarakat. Karena melihat kenyataan di sekitar, banyak masyarakat khususnya ibu-ibu yang tidak mempunyai kegiatan berarti. Dari pada waktu terbuang sia-sia, lebih baik digunakan untuk kegiatan yang dapat memberikan dampak positif bagi mereka.

4. Sistem kerja yang ada di Bank Sampah ini sama seperti di Bank Sampah pada umumnya. Yaitu masyarakat memilah sampah rumah tangga yang ada sebelum disetorkan ke Bank Sampah. Setelah disetorkan ke Bank Sampah, sampah tersebut akan ditimbang, yang kemudian dari sampah tersebut nasabah akan mendapatkan rupiah. Setelah semua sampah telah terkumpul di bank sampah, sampah ini kemudian dipilah lagi oleh pengelola bank sampah. Sampah organic akan dijadikan sebagai pupuk. Kemudian sampah anorganik akan dijadikan sebuah kerajinan tangan. Dan sisanya akan dijual ke pengepul. 5. Sampah organic akan dijadikan pupuk organic yang berguna bagi tanaman.

Kemudian sampah-sampah plastic atau sampah anorganik akan dikumpulkan dan dijadikan bahan baku produk kerajinan kreatif. Dan sampah-sampah sisa dari pengelompokkan sampah ini akan dijual kepada pengepul yang memang sudah bekerjasama dengan bank sampah ini.

6. Jumlah nasabah yang tercatat sekitar 115 nasabah.

7. Produk yang dihasilkan dari sampah ini cukup banyak, dari mulai dompet, tas, taplak meja, dll.


(2)

8. Untuk saat ini belum ada cara khusus untuk memasarkan produk kerajinan ini. Tapi biasanya akan dipasarkan ketika ada pameran-pameran di sebuah kegiatan saja. Selain itu, orang-orang yang sudah mengetahui produk kerajinan ini biasanya langsung datang kemari untuk membeli.

9. Menurut saya, asset berharga yang dimiliki oleh bank sampah ini adalah SDMnya yang sangat kompeten. SDM inilah yang berjasa membuat bank sampah ini untuk terus berjalan. Tapi kalau asset dalam bentuk barang, bank sampah ini hanya cuma memiliki gerobak motor dan timbangan digital untuk mengangkut dan menimbang sampah dari masyarakat.

10.Program yang ada di bank sampah ini ada 8, yaitu: a. Tabungan sampah

Masyarakat bisa menabung sampah yang sudah dipilah di bank sampah. Kemudian rupiah yang didapatkan dari sampah tersebut bisa ditabung. b. Pusat Pelatihan

Bagi masyarakat yang ingin belajar tentang pemanfaatan sampah dengan baik dan benar serta ingin belajar cara membuat kerajinan sampah bisa ikut program pusat pelatihan yang diadakan bank sampah ini.

c. Pusat Kerajinan Daur Ulang

Bagi nasabah yang sudah membuat kerajinan tangan, bisa disetorkan kepada bank sampah untuk kemudian dipasarkan. Hasil penjualan tersebut akan dibagikan kepada perajinan sebesar 70% dari hasil penjualan. 30% sisa dari penjualan tersebut akan masuk ke bank sampah sebagai ganti dari bahan baku yang telah dipakai oleh perajin.

d. Hibah Sampah

Untuk masyarakat menegah ke atas yang memiliki barang bekas layak yang tak terpakai bisa dihibahkan kepada bank sampah. Barang tersebut akan diuangkan oleh pihek pengelola bank sampah yang kemudian uang tersebut akan diputarkan untuk keperluan program bank sampah.


(3)

Bagi Ibu-Ibu yang ingin berdagang, bisa melakukan pinjaman kepada bank sampah sebagai modal untuk berdagangnya. Pinjaman yang diberikan ini tanpa bunga dan tanpa bagi hasil.

f. Sekolahku Hijau

Bagi sekolah-sekolah yang ingin memberikan pembelajaran bagi siswanya, bisa bekerja sama dengan bank sampah disini. Para siswa akan diajarkaan bagaimana mengelola sampah yang baik dan benar serta menghasilkan sebuah produk yang berguna dari sampah.

g. Asuransi Jiwa

Nasabah bisa mengikuti program asuransi jiwa yang ditawarkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), dengan cara membuat suatu kelompok yang beranggotakan 25 orang. Dari setiap anggota kelompok ini dikenakan biaya Rp. 25.000/tahun untuk membayar premi asuransi. Dan asuransi jiwa ini hanya bisa diambil apabila anggotanya meninggal dunia.

h. Kampung Wisata

Program ini masih dalam tahap penyempurnaan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). Yaitu ingin menjadikan kampung dimana Bank Sampah ini berdiri untuk menjadi kampung wisata dan edukasi. Jadi masyarakat bisa datang berwisata sambil belajar mengenai lingkungan secara langsung.

11.Potensinya ekonomi yang dihasilkan cukup membantu ibu-ibu khususnya dalam menigkatkan ekonominya. Sebagai contoh, bisa membantu ibu-ibu dalam memenuhi kebutuhan anak sekolah.


(4)

12.Dampaknya adalah timbulnya siklus manfaat. Yaitu, para nasabahnya bisa saling membantu apabila salah seorang ada yang mendapatkan kesulitan. Selain itu juga berdampak bagi lingkungan. Lingkungan menjadi bersih dan mengurangi berkembangnya nyamuk demam berdarah.

13.Selama ini, bank sampah berjalan di atas kemampuannya sendiri. Ada atau pun tidaknya bantuan pemerintah, Alhamdulillah bank sampah ini tetap bisa berjalan.

Pemerintah kurang memperhatikan kepada bank sampah ini. Dari awal berdirinya bank sampah ini, hanya sekali diberikan bantuan, yaitu satu gerobak motor. Setelah itu, tidak ada lagi bantuan ataupun perhatian yang dilakukan pemerintah.

14.Kendala yang sangat dirasakan adalah masih banyaknya warga yang tidak mau ikut dengan kegiatan ini. Padahal sudah sering kali diajak untuk ikut, tetapi masih tidak mau ikut dengan alasan berbeda-beda.

15.Solusinya yang bisa dilakukan hanya terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tanpa bosan. Dengan harapan, masyarakat bisa berpartisipasi dalam setiap kegiatan ini.


(5)

Pertanyaan bagi informan:

1. Apa pekerjaan ibu sehari-hari?

2. Apa penghasilan itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan ibu dan keluarga?

3. Sejak kapan jadi nasabah bank sampah disini?

4. Apa yang membuat ibu tertarik untuk menjadi nasabah bank sampah? 5. Apa peran bank sampah terhadap pemenuhan kebutuhan ibu sehari-hari?

Informan I: Ibu Halimah

1. Pekerjaan sehari-hari saya hanya menjadi Ibu Rumah Tangga

2. Yaa sebenernya sih tidak cukup, tapi yaa dicukp-cukupkan saja. Alhamdulillah masih ada pemasukan walaupun sedikit.

3. Jadi nasabah dari awal berdirinya bank sampah.

4. Yang membuat saya tertarik adalah program tabungan sampahnya.

5. Alhamdulillah dengan adanya bank sampah ini tidak perlu susah mencari lagi, sudah ada tabungan dan program lain yang bisa membantu.


(6)

Informan II: Ibu Hikmawati

1. Pekerjaan sehari-hari saya hanya menjadi Ibu Rumah Tangga 2. Alhamdulillah sudah mencukupi.

3. Saya bergabung baru dari awal tahun 2014.

4. Saya ingin mencari kesibukan yang menghasilkan, jadi tertarik untuk bergabung.

5. Alhamdulillah dengan adanya bank sampah ini jadi ada tambahan buat jajan anak sekolah.