Dari data di atas, kita bisa melihat bahwa sampah memiliki potensi nilai ekonomi yang sangat tinggi, baik bagi pemulung, pengumpul, dan
pendaur ulang. Di Jakarta Selatan saja, sampah yang dihasilkan setiap harinya
sebanyak 3156,09 M³ sampah organik dan 2235,91 M³ sampah anorganik. Ini mempunyai dampak yang sangat signifikan karena mampu menyerap
tenaga kerja sebanyak 1.350 orang yang terdiri dari pemulung sebanyak 1056 dan pengumpul serta pekerja daur ulang sebanyak 294 orang dengan nilai
penjualan setiap bulan sebesar Rp. 6.870.063 pengumpul.
11
Dan pengolahan sampah ini tidak hanya memberikan nilai ekonomi saja, tetapi juga membantu
kebersihan lingkungan.
G. Pemberdayaan Ekonomi Umat
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Istilah pemberdayaan masyarat mengacu pada empowerment yang berarti penguatan. Yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi
yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada
pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka. Maka pendekatan pemberdayaan masyarakat
11
Istiqomah Kartini, Sri Rahayu, Wahyumi Ekawanti, “Analisis Nilai Ekonomi Sampah Pada
Tempat Pngelolaan Sampah”, Fak. Ekonomi, Univ. Budi Luhur Jakarta: 2011
yang diharapkan adalah yang dapat memposisikan individu sebagai subjek bukan sebagai sebagai objek.
12
Menurut Suharto
2005 pemberdayaan
menunjuk pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam a memenuhi
kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan freedom, dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas
dari kelaparan, kebodohan dan kesakitan b menjangkau sumber-sumber produktif
yang memungkinkan
mereka dapat
meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka
perlukan c berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan- keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
13
Selanjutnya Kartasasmita
dalam buku
Isu-isu Tematik
Pembangunan Sosial yang ditulis Sulistiati 2004 mengatakan, bahwa memberdayakan
masyarakat berarti
meningkatkan kemampuan
masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendonamisasi potensi- potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat
seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain menjadikan masyarakat
12
Setiana L., “Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat”, dalam nurjanah, ed., Implikasi Filsafat Kontruktivisme Untuk Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga Press, 2007, cet. Ke-1, h.79
13
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, Bandung: PT. Refika
Aditama, 2005 h. 58.
mampu dan mandiri dengan menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Pemberdayaan bukan hanya meliputi
penguatan individu anggota masyarakat tetpi juga pranata-pranatanya, menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat,
ketebukaan, dan tanggung jawab adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan.
14
2. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan pemberdayaan adalah membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan
dilakukan yang terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan
melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari
lingkungan.
15
Dari pengertian tujuan pemberdayaan diatas bisa kita artikan bahwa pemberdayaan adalah sebuah usaha dan proses untuk membantu
seseorang mandiri dalam mengambil keputusan-keputsan di tengah-tengah lingkungannya.
14
Sulistiati, “Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi” Jakarta: Balai
latihan dan pengembangan Sosial Depsos RI, 2004 h. 229
15
Isbandi Rukminto Adi, “Pemberdayaan, Pengembangan, Masyarakat dan Intervensi
Komunitas : Pengantar pada Pemikirian dan Pendekatan Praktis”, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003 h. 32.