Pengawasan Kegiatan Perbankan Konvensional oleh Otoritas Jasa Keuangan

17. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku; dan 18. Melakukan kegiatan usaha bank berupa Penitipan dengan PengelolaanTrust.

B. Pengawasan Kegiatan Perbankan Konvensional oleh Otoritas Jasa Keuangan

Secara yuridis, OJK sebagai Lembaga Pengawas Jasa Keuangan lahir dari amanat Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia selanjutnya disebut UU BI, yang mengamanatkan bahwa wewenang pengawasan terhadap bank dari BI sebagai pengawas sektor perbankan dialihkan kepada lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang. 61 Disebutkan pula selain pengawasan terhadap sektor perbankan, lembaga pengawas ini akan pula mengawasi sektor jasa keuangan lainya seperti asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan, serta badan- badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. 62 Dengan demikian, pengawasan sektor jasa keuangan selain bank yang semula dilakukan antara lain oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Bapepam LK juga beralih kepada OJK. 61 Republik Indonesia, Bank Indonesia, Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 1999, Pasal 34. 62 Ibid, Penjelasan Pasal 34. Universitas Sumatera Utara Lembaga pengawasan jasa keuangan yang akan dibentuk melakukan pengawasan terhadap Bank dan perusahaan-perusahaan sektor jasa keuangan lainnya yang meliputi asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. 63 Lembaga ini bersifat independen dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada di luar pemerintah dan berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam melakukan tugasnya lembaga ini supervisory board melakukan koordinasi dan kerja sama dengan BI sebagai Bank Sentral yang akan diatur dalam undang-undang pembentukan lembaga pengawasan dimaksud. Lembaga pengawasan ini dapat mengeluarkan ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengawasan Bank yang berkoordinasi dengan BI dan meminta penjelasan dari BI mengenai keterangan dan data makro yang diperlukan. 64 Dalam Pasal 1 ayat 1 UU OJK disebutkan bahwa OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang OJK ini. Dari Pasal 1 ayat 1 tersebut diketahui bahwa OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen 63 Ibid, Penjelasan angka 6, Pasal 34 Ayat 1 64 Ibid. Universitas Sumatera Utara dan masyarakat, yang diwujudkan melalui adanya sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya, antara lain melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, danatau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan, termasuk kewenangan perizinan kepada Lembaga Jasa Keuangan. OJK berkoordinasi dengan BI dalam membuat peraturan pengawasan di bidang perbankan meliputi: kewajiban pemenuhan modal minimum bank, sistem informasi perbankan yang terpadu, kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta asing dan pinjaman komersial luar negeri, produk perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha bank lainnya dan penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically important bank serta data lain yang dikecualikan dari ketentuan kerahasiaan informasi. 65 Kemudian, disebutkan bahwa BI dapat melakukan pemeriksaan langsung terhadap bank dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis terlebih dahulu kepada OJK, tetapi dalam pemeriksaan tersebut BI tidak dapat memberikan penilaian terhadap tingkat kesehatan bank. 66 Laporan hasil pemeriksaan kemudian OJK menginformasikan kepada Lembaga Penjamin Simpanan LPS mengenai bank bermasalah yang 65 Republik Indonesia, OJK, Op. Cit, Pasal 39. 66 Ibid, Pasal 40. Universitas Sumatera Utara sedang dalam upaya penyehatan oleh OJK. Apabila bank tersebut mengalami kesulitan likuiditas dan atau kondisi kesehatannya semakin memburuk, OJK segera menginformasikan ke BI untuk melakukan langkah-langkah sesuai dengan kewenangan BI sebagai bank sentral. 67 Pasal 7 UU OJK berwenang dalam hal membuat pengaturan dan melakukan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi: manajemen risiko; tata kelola bank; prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; serta melakukan pemeriksaan bank. Ketentuan yang menentukan secara khusus tentang kewenangan OJK yang berkaitan dengan tugas pengaturan bank hanya terdapat dalam pasal 8 UU OJK melaksanakan tugas pengaturan. UU OJK memberikan kewenangan luas kepada OJK untuk membuat pengaturan dan pengawasan. Dalam rangka pengawasan bank, OJK hanya melakukan pengawasan microprudential sesuai tugas dan wewenang OJK. Selanjutnya pasal 9 UU OJK, menentukan bahwa OJK mempunyai wewenang: a. menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan; b. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif; c. melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, 67 Ibid, Pasal 41. Universitas Sumatera Utara danatau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; d. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan danatau pihak tertentu; e. melakukan penunjukan pengelola statuter; f. menetapkan penggunaan pengelola statuter; g. menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan h. memberikan danatau mencabut: a izin usaha; b izin orang perseorangan; c efektifnya pernyataan pendaftaran; d surat tanda terdaftar; e persetujuan melakukan kegiatan usaha; f pengesahan; g persetujuan atau penetapan pembubaran; dan h penetapan lain, Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya beralih dari BI ke OJK. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan, kesehatan, Universitas Sumatera Utara aspek kehati-hatian, dan pemeriksaan bank merupakan lingkup pengaturan dan pengawasan macroprudential merupakan tugas dan wewenang BI. Dalam rangka pengaturan dan pengawasan macroprudential, OJK berkoordinasi dengan BI untuk melakukan himbauan moral moral suasion kepada Perbankan. 68 Berdasarkan Pasal 40 UU OJK dijelaskan bahwa : 1. Dalam hal BI untuk melaksanakan fungsi, tugas dan wewenangnya memerlukan pemeriksaan khusus terhadap bank tertentu, BI dapat melakukan pemeriksaan langsung terhadap bank tersebut dengan menyampaikan pemberitahuan tertulis terlebih dahulu kepada OJK. 2. Dalam melakukan kegiatan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, BI tidak dapat memberikan penilaian terhadap tingkat kesehatan bank. Pada dasarnya wewenang pemeriksaan terhadap bank adalah wewenang OJK. Namun, dalam hal BI melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya membutuhkan informasi melalui kegiatan pemeriksaan bank, 3. BI dapat melakukan pemeriksaan secara langsung terhadap bank tertentu yang masuk systemically important bank dan atau bank lainnya sesuai dengan kewenangan BI di bidang macroprudential. Akibat hukum setelah dibentuknya Lembaga OJK mengakibatkan peranan BI dalam menjalankan tugasnya hanya sebatas fungsi independen sebagai Bank Sentral selaku otoritas moneter dan sistem pembayaran. BI tetap berwenang mengatur dan mengawasi seluruh aspek perbankan dalam rangka perumusan dan 68 Ibid, Pasal 40. Universitas Sumatera Utara pelaksanaan kebijakan moneter dan sistem pembayaran. 69 Dalam pelaksanaannya, BI melakukan kebijakan moneter melalui penetapan uang beredar atau suku bunga, dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. 70 Selain itu, BI juga menciptakan efisiensi sistem pembayaran, kesetaraan akses dan perlindungan konsumen. 71 OJK dan BI akan bekerjasama dalam pengawasan bank terkait penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically important bank, dibantu oleh Lembaga Penjamin Simpanan LPS. Kewenangan pengawasan sektor perbankan sebagai salah satu sektor bidang jasa keuangan secara otomatis beralih dari BI kepada OJK. Beberapa kewenangan pengawasan sektor perbankan yang semula berada di BI diatur dalam UU tentang BI dialihkan kepada OJK . Dalam Pasal 8 UU tentang BI ditentukan bahwa pengaturan dan pengawasan Bank merupakan salah satu tugas BI. Dalam rangka melaksanakan tugas ini, BI menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu bank, melaksanakan 69 Prof. Dr. Anwar Nasution, Stabilitas Sistem Keuangan: Urgensi, Impllkasi Hukum, dan Agenda Kedepan, Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII dengan tema Masalah-Masalah Sistem Keuangan dan Perbankan Indonesia, Badan Pembinaan Hukum Nasional - Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Rl, Denpasar, 2012. http:www.lfip.orgenglishpdfbali- seminar Masalah20sistem 20keuangan20dan20 perbankan20-20anwar 20nasution. pdf. diakses tanggal 9 Oktober 2016 pda pukul 15.00 WIB. 70 Bank Indonesia: Bank Sentral Republik Indonesia, Tujuan Kebijakan Moneter http:www.bi.go.idwebidMoneterTujuan+Kebijakan+Moneter, diakses tanggal 9 Oktober 2016 pada pukul 15.30. 71 Bank Indonesia, Bank Sentral Republik Indonesia, Sistem Pembayaran di Indonesia , http:www.bi.go.idwebidSistem+PembayaranSistem+Pembayaran+di+IndonesiaSekilas diakses tanggal 9 Oktober 2016 pada pukul 16.00 WIB. Universitas Sumatera Utara pengawasan bank, serta mengenakan sanksi terhadap bank. 72 Selain itu, BI berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian. 73 Terkait dengan perizinan, ditegaskan bahwa BI: 74 a. memberikan dan mencabut izin usaha bank; b. memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank; c. memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank; dan d. memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatankegiatan usaha tertentu. Pengawasan yang dilakukan oleh BI meliputi pengawasan langsung dan tidak langsung. 75 BI berwenang mewajibkan bank untuk menyampaikan laporan, keterangan, dan penjelasan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh BI, yang dalam hal ini dapat dilakukan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait dan pihak terafiliasi dari bank apabila diperlukan. 76 Pemeriksaan terhadap bank dilakukan baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan dan dapat dilakukan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait dan pihak terafiliasi dari bank apabila diperlukan. 77 BI dapat menugasi pihak lain untuk dan atas nama BI melaksanakan pemeriksaaan terhadap bank. 78 Selain itu, BI dapat memerintahkan bank untuk menghentikan sementara sebagian atau seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian BI transaksi tersebut diduga merupakan tindak pidana di bidang 72 Republik Indonesia, Bank Indonesia, Op. Cit, Pasal 24. 73 Ibid, Pasal 25. 74 Ibid, Pasal 26. 75 Ibid, Pasal 27. 76 Ibid, Pasal 28. 77 Ibid, Pasal 29. 78 Ibid, Pasal 30. Universitas Sumatera Utara perbankan. 79 Dalam hal keadaan suatu bank menurut penilaian BI membahayakan kelangsungan usaha bank yang bersangkutan danatau membahayakan sistem perbankan atau terjadi kesulitan perbankan yang membahayakan perekonomian nasional, BI dapat melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang Perbankan yang berlaku. 80 Pengalihan tugas pengawasan bank dari BI kepada OJK, dalam penjelasan Pasal 34 UU tentang BI Tahun 1999 tidak termasuk tugas pengaturan bank serta tugas yang berkaitan dengan perizinan. Namun demikian dalam penjelasan Pasal 34 pada UU No. 3 Tahun 2004 tentang BI, pengecualian pembatasan ini tidak diatur atau dinyatakan dalam pasal perubahannya, sehingga dalam UU tentang OJK, aspek pengaturan termasuk di dalamnya perizinan menjadi wewenang OJK. Jika dikaitkan dengan Undang-Undang tentang Perbankan, maka fungsi, tugas, dan wewenang BI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 16, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 22, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 31A, Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37, Pasal 37A, Pasal 38, Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 44, Pasal 52, dan Pasal 53 Undang-Undang ini, beralih menjadi fungsi, tugas, dan wewenang OJK sejak beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat 2 UU tentang OJK. Dari penjelasan diatas terlihat bahwa beberapa peran BI dalam hal pengaturan dan pengawasan perbankan dialihkan kepada OJK, khususnya untuk hal-hal yang bersifat microprudential, yaitu fokus pada pengawasan langsung 79 Ibid, Pasal 31. 80 Ibid, Pasal 33. Universitas Sumatera Utara kepada bank-bank secara individual dan menghindari masalah individual lembaga pebankan dalam rangka melindungi kepentingan deposan. 81 Sedangkan BI hanya terfokus kepada ruang lingkup macroprudential, yaitu fokus pada sistem perbankan yang digunakan secara komprehensif. Namun, dalam pelaksanaanya ternyata antara kedua bentuk kebijakan dari dua lembaga yang berbeda ini memiliki arah sasaran kebijakan yang sama sehingga batasan pelaksanaanya menjadi tidak terlihat jelas. Dampaknya industri perbankan cenderung “bingung” dalam menerapkan kedua jenis kebijakan itu. Di sisi lain ternyata kebijakan ini khusunya kebijakan mikroprudential yang dibuat oleh OJK juga berdampak terhadap kinerja Lembaga Keuangan Bukan Bank LKBB. 82 Keputusan bersama BI dan OJK guna mewujudkan sistem keuangan yang stabil dan berkesinambungan tertuang dalam Keputusan Bersama dalam tanggal 18 Oktober 2013 dengan prinsip dasar bersifat kolaboratif, meningkatkan efisiensi dan efektivitas, menghindari duplikasi, melengkapi pengaturan sektor keuangan, dan memastikan kelancaran pelaksanaan tugas BI dan OJK. 83 Berkoordinasi dengan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia, tim transisi tersebut bertugas membantu kelancaran pelaksaan tugas Dewan Komisioner dengan wewenang untuk mengidentifikasi dan memverifikasi kekayaan, infrastruktur, informasi, dokumen dan hal lain yang terkait dengan 81 Abdul Rasyid, “Tugas dan Wewenang Antara Bank Indonesia dengan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Sektor Keuangan Bagian 2 dari 2 Tulisan ” http:business- law.binus.ac.id20160730tugas-dan-wewenang-antara-bank-indonesia-dengan -otoritas-jasa- keuangan-terhadap-sektor-keuangan-bagian-2-dari-2-tulisan diakses tanggal 16 Oktober 2016 82 http:masterlee-iwansuparliblogspotcom.blogspot.co.id201409desentralisasi- wewenang-pengawasan.html?view=mosaic diakses tanggal 1 Juli 2016 83 Ibid. Universitas Sumatera Utara pengaturan dan pengawasan Lembaga Jasa Keuangan dan mengalihkan penggunaannya ke OJK. 84 Pengaturan dan pengawasan bank diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai : 85 a. Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana. b. Mendorong terwujudnya sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu pertumbuhan perekonomian nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut pendekatan yang dilakukan dengan menerapkan : 86 a. Kebijakan memberikan keleluasaan berusaha deregulasi ; b. Kebijakan prinsip kehati-hatian bank prudential banking ; dan c. Pengawasan bank yang mendorong bank untuk melaksanakan secara konsisten ketentuan intern yang dibuat sendiri self regulatory banking dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan tetap mengacu kepada prinsip kehati-hatian. Pengaturan dan pengawasan bank oleh OJK meliputi wewenang sebagai berikut : 87 84 Ibid. 85 Bank Indonesia, “Ikhtisiar Perbankan” http:www.bi.go.ididperbankanikhtisarpengaturantujuan-dan- kewenanganContentsDefault.aspx diakses tanggal 16 Oktober 2016 86 Ibid. 87 OJK, “Pengaturan dan Pengawasan Perbankan”, http:www.ojk.go.ididkanalperbankanikhtisar-perbankanPagesPeraturan-dan-Pengawasan- Perbankan.aspx diakses tanggal 27 Mei 2016 Universitas Sumatera Utara a. Kewenangan memberikan izin right to license, yaitu kewenangan untuk menetapkan tata cara perizinan dan pendirian suatu bank. Cakupan pemberian izin oleh OJK meliputi pemberian izin dan pencabutan izin usaha bank, pemberian izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank, pemberian persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, pemberian izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu. b. Kewenangan yang mengatur right to regulate, yaitu kewenangan untuk menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan dalam rangka menciptakan perbankan sehat yang mampu memenuhi jasa perbankan yang diinginkan masyarakat. c. Kewenangan untuk mengawasi right to control, yaitu kewenangan melakukan pengawasan langsung on-site supervision dan pengawasan tidak langsung off-site supervision. Pengawasan langsung dapat berupa pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan keuangan bank dan untuk memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku serta untuk mengetahui apakah terdapat praktik-praktik yang tidak sehat yang membahayakan kelangsungan usaha bank. Pengawasan tidak langsung yaitu pengawasan melalui alat pemantauan seperti laporan berskala yang disampaikan bank, laporan hasil pemeriksaan dan informasi lainnya. Dalam pelaksanaannya, apabila diperlukan OJK dapat melakukan pemeriksaan terhadap bank termasuk pihak lain yang meliputi perusahaan Universitas Sumatera Utara induk, perusahaan anak, pihak terkait, pihak terafiliasi, dan debitur bank. OJK dapat menugasi pihak lain untuk dan atas nama OJK melaksanakan tugas pemeriksaan. d. Kewenangan untuk mengenakan sanksi right to impose sanction, yaitu kewenangan untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan terhadap bank apabila suatu bank kurang atau tidak memenuhi ketentuan. Tindakan ini mengandung unsur pembinaan agar bank beroperasi sesuai dengan asas perbankan yang sehat. Perkembangan sektor keuangan yang terintegrasi menuntut OJK untuk melakukan pengawasan secara terintegrasi dengan tujuan meningkatkan efektivitas pengawasan atas lembaga jasa keuangan secara terintegrasi antar sub sektor keuangan. Pelaksanaan pengawasan terintegrasi diharapkan dapat menurunkan potensi resiko sistemik kelompok jasa keuangan, mengurangi potensi moral hazard, mengoptimalkan perlindungan konsumen jasa keuangan dan mewujudkan stabilitas sistem keuangan. Pengembangan sistem pengawasan terintegrasi mencakup hal-hal sebagai berikut : 88 a. Menyusun metodologi pengawasan konglomerasi yang mencakup siklus pengawasan, metodologi perhitungan permodalan, dan metode rating terhadap konglomerasi. b. Menyusun peraturan internal OJK untuk mendukung implementasi pengawasan terintegrasi. Ketentuan tersebut terdiri dari ketentuan mengenai sistem pengawasan terintegrasi, forum komunikasi dan 88 Nurita Kumala Sari, “Bank Indonesia vs Otoritas Jasa keuangan”, http:nurii- thaa.blogspot.co.id201501bank-indonesia-vs-otoritas-jasa-keuangan.html diakses tanggal 30 Mei 2016 pukul 13.00 WIB. Universitas Sumatera Utara koordinasi pengawasan terintegrasi, dan mekanisme koordinasi pengawasan terintegrasi. c. Menyiapkan organisasi dan SDM. d. Menyiapkan sistem informasi dan pelaporan. OJK selaku otoritas pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan berupaya agar pelaksanaan tugas dan fungsinya dapat membawa sektor jasa keuangan berjalan teratur, kredibel dan berjalan tumbuh berkelanjutan. C. Tanggung Jawab Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Pengawas Dalam Hal Terjadi Pelanggaran Yang Dilakukan Oleh Bank Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan disebutkan bahwa OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang OJK ini. Dari Pasal 1 ayat 1 tersebut diketahui bahwa OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, yang diwujudkan melalui adanya sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. 89 OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan 89 Rudy Hendra Pakpahan, “Akibat Hukum Terbentuknya Lembaga OJK Terhadap Lembaga Pengawasan perbankan di Indonesia”, Jurnal Legislasi Indonesia, Volume 9 No. 3, Oktober 2012, Hlm. 419. Universitas Sumatera Utara di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya antara lain melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, danatau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan, termasuk kewenangan perizinan kepada Lembaga Jasa Keuangan. Lahirnya UU OJK yang berlaku tanggal 22 November 2011, pengawasan jasa keuangan di Indonesia berubah yang pada awalnya dilakukan oleh beberapa lembaga menjadi pengawasan yang dilakukan oleh satu lembaga, yaitu OJK. Pasal 5 UU OJK menyatakan, bahwa OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. 90 Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, OJK mempunyai wewenang yang diatur dalam Pasal 7 : 1. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi: a. Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan 90 Bismar Nasution, “Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan : Kajian Terhadap Independensi dan Pengintegrasian Pengawasan Lembaga Keuangan”, Medan : disampaikan pada Sosialisasi Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Era Baru Pengawasan Sektor Jasa Keuangan yang Terintegrasi, 8 juni 2012, hlm 3. Universitas Sumatera Utara b. kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa. 2. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: a. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum,batasmaksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank; b. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; c. sistem informasi debitur; d. sistem informasi debitur; e. pengujian kredit credit testing; dan f. standar akuntansi bank. 3. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi: a. manajemen risiko; b. tata kelola bank; c. prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; d. pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; e. pemeriksaan bank. Pelaksanaan tugas pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,OJK mempunyai wewenang yang diatur dalam Pasal 8 UU OJK: 1. menetapkan peraturan pelaksanaan UU OJK; 2. menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; 3. menetapkan peraturan dan keputusan OJK; 4. menetapkan peraturanmengenai pengawasan di sektor jasa keuangan; Universitas Sumatera Utara 5. menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK; 6. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap lembaga jasa keuangan dan pihak tertentu; 7. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada lembaga jasa keuangan; 8. menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara,dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan 9. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. Pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang yang diatur dalam Pasal 9 UU OJK : 1. menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan; 2. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif; 3. melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, danatau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan; 4. memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan danatau pihak tertentu; 5. melakukan penunjukan pengelola statuter; 6. menetapkan penggunaan pengelola statuter; Universitas Sumatera Utara 7. menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan 8. memberikan danatau mencabut: a. izin usaha; b. izin orang perseorangan; c. efektifnya pernyataan pendaftaran; d. surat tanda terdaftar; e. persetujuan melakukan kegiatan usaha; f. pengesahan; g. persetujuan atau penetapan pembubaran; dan h. penetapan lain,sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. Dalam pelaksanaan kegiatan perbankan dimungkinkan terjadi suatu pelanggaran yang bisa dilakukan oleh pihak bank, baik itu pelanggaran administrative atau pun bahkan pelanggaran yang berupa tindak pidana perbankan. Terkait dengan hal ini OJK tentu mempunyai tanggung jawab atas terjadinya pelanggaran yang merupakan ranah atau bagian dari pengawasan OJK. 91 Sesuai pasal 6 huruf A UU OJK mengatakan bahwa OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan. Ketika terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh pihak bank maka hal ini tentu berhubungan langsung dengan aspek kehati-hatian bank, OJK mempunyai kewenangan dalam hal pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian 91 Republik Indonesia, OJK, Op. Cit, Pasal 6. Universitas Sumatera Utara bank yang meliputi: manajemen resiko, tata kelola bank, prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang serta terakhir pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan. 92 Pelanggaran yang dilakukan oleh bank dan masuk di dalam kewenangan OJK tersebut tentu saja OJK mempunyai tanggung jawab akan hal tersebut. Terkait dengan tugas OJK sebagai lembaga pengawas di sektor perbankan maka tanggung jawab yang dapat dilakukan oleh OJK dapat dilihat di Pasal 9 huruf C yaitu “melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, danatau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan”. Pasal ini lebih mengarah untuk memberikan perlindungan konsumen nasabah ketika terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh bank. OJK berwenang melakukan Penyidikan Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan yang dilakukan oleh Penyidik OJK. 93 Penyidik OJK terdiri atas: 94 a. Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dipekerjakan di OJK; danatau b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan di OJK dan diberi wewenang khusus sebagai Penyidik. Penyidik OJK, sesuai kewenangannya, menyampaikan hasil Penyidikan kepada Jaksa untuk dilakukan penuntutan. 95 Jaksa menindaklanjuti dan memutuskan 92 Republik Indonesia, OJK, Op. Cit, Pasal 7 huruf C. 93 Republik Indonesia, Penyidikan Tindak Pidana Di Sektor Jasa Keuangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 22 Pojk.012015 , Pasal 2. 94 Ibid, Pasal 3. Universitas Sumatera Utara tindak lanjut hasil Penyidikan sesuai kewenangannya paling lama 90 sembilan puluh hari sejak diterimanya hasil Penyidikan dari Penyidik OJK. 96 Untuk kepentingan Penyidikan, Penyidik OJK dapat meminta keterangan dari bank tentang keadaan keuangan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. 97 95 Ibid, Pasal 6 ayat 1. 96 Ibid, Pasal 6 ayat 2. 97 Ibid, Pasal 7 ayat 1. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang