LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Suatu organisasi atau perusahaan didirikan oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Pada dasarnya tujuan tersebut adalah penciptaan kemakmuran bagi anggotanya. Menurut Murni dan Gantyowati 2006 pencapaian tujuan perusahaan bukanlah hal yang mudah dilakukan karena diperlukan suatu strategi untuk mencapainya. Berhasil atau tidaknya organisasi tersebut mencapai tujuan dapat dilihat dari kinerja organisasional secara keseluruhan. Kinerja organisasional sangatlah bergantung pada kinerja individu- individu di dalamnya. Seluruh pekerjaan dalam perusahaan itu, para karyawanlah yang menentukan keberhasilannya. Upaya untuk meningkatkan kinerja organisasional harus dimulai dari perbaikan kinerja karyawan. Salah satu cara untuk memperbaiki kinerja karyawan adalah dengan pemberian penghargaan atau dalam hal ini berupa kompensasi. Djarwanto dan Soemarjati 1997, dalam Murni dan Gantyowati 2006 menjelaskan bahwa terdapat kaitan yang erat antara penghargaan dan prestasi para karyawan. Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka Handoko, 2001:155. Karyawan memandang kompensasi sebagai ukuran nilai karya mereka. Bila karyawan memandang kompensasi mereka tidak memadai, prestasi, motivasi dan commit to user kepuasan kerja mereka bisa turun secara dramatis. Oleh karena itu, program kompensasi sangat penting untuk diperhatikan dengan sungguh-sungguh karena kompensasi dapat meningkatkan atau menurunkan kinerja, kepuasan kerja, maupun motivasi karyawan. Kompensasi diberikan perusahaan dalam rangka untuk mencapai keberhasilan strategi perusahaan. Tercapainya keberhasilan strategi perusahaan biasanya diukur dengan kinerja perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan tidak terlepas dari pencapaian kinerja karyawan perusahaan itu sendiri. Menurut Maryoto 2000:91 dalam Narmodo dan Wadji 2008, kinerja karyawan diartikan sebagai hasil kerja selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalkan standard, target atau sasaran, serta kriteria yang telah disepakati bersama. Pada organisasi atau instansi sektor publik, kompensasi diberikan untuk meningkatkan kinerja organisasional berupa pemberian pelayanan yang memadai bagi masyarakat luas. Kinerja dikatakan baik apabila instansi tersebut dapat memberikan pelayanan yang memuaskan. Sebaliknya, kinerja dikatakan buruk apabila instansi tersebut tidak mampu memberikan pelayanan yang memadai bagi masyarakat. Akhir-akhir ini kinerja instansi sektor publik menjadi sorotan terkait dengan kualitas pelayanan yang diberikan terutama sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintahan. Rakyat mulai mempertanyakan nilai yang mereka peroleh atas pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah. Anggaran pemerintah yang dikeluarkan untuk pembayaran commit to user kompensasi pegawai dianggap tidak sesuai dengan kinerja yang mereka hasilkan http:www.skripsi-tesis.com. Terkait hal tersebut, Keputusan Menteri Keuangan no.289KMK.012007 dan no.290KMK.012007 tentang pemberlakuan sistem remunerasi dalam lingkungan instansi Kementerian Keuangan menuai banyak kontroversi. Sistem remunerasi merupakan bentuk kompensasi yang diberikan pada pegawai yang bertujuan untuk menata kembali sistem penggajian yang dikaitkan dengan sistem penilaian kinerja. Pada kenyataannya, sistem ini belum terbukti meningkatkan kinerja instansi yang diberi remunerasi. Hal ini diperkuat dengan adanya kasus penggelapan pajak yang terjadi pada instansi Direktorat Jenderal Pajak yang semakin membuat masyarakat ragu terhadap efektivitas pemberian kompensasi dalam rangka peningkatan kinerja berupa pelayanan memadai bagi masyarakat luas http:www.detik.com. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk meneliti hubungan antara kompensasi dan kinerja. Yuniman et al 2002 melakukan penelitian mengenai pengaruh kompensasi terhadap prestasi kerja pada karyawan bagian produksi PT. Pancamas Elite Malang. Dari penelitian ini diketahui bahwa baik kompensasi finansial maupun kompensasi non finansial berpengaruh terhadap prestasi kerja. Indikator yang digunakan dalam menggambarkan kompensasi finansial yang menjadi bahan penelitian ini adalah gaji, bonus dan tunjangan yang diterima karyawan. Sedangkan untuk menggambarkan kompensasi non commit to user finansial digunakan indikator promosi bagi karyawan, tugas yang menarik, tantangan dalam pekerjaan, tanggung jawab dan lingkungan kerja. Dalam penelitian Siagian 2005, menyimpulkan bahwa kompensasi yang diberikan pada pegawai KPP Metro memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin besar kompensasi yang diterima, maka semakin tinggi pula kinerja pegawai. Penelitian yang dilakukan oleh Kato dan Long 2005 membahas tentang hubungan antara kompensasi yang diterima oleh CEO dengan kinerja perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan di Cina yang telah terdaftar di bursa efek antara tahun 1998-2002. Hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa kompensasi yang diterima oleh CEO berhubungan positif dan signifikan dengan kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Damayanthi dan Wahyuddin 2006, menyatakan bahwa variabel kompensasi, pendidikan dan senioritas berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa variabel kompensasi mempunyai pengaruh yang paling dominan dibanding variabel lainnya, disusul variabel pendidikan dan senioritas. Penelitian yang dilakukan Kwak dan Lee 2009 meneliti mengenai hubungan kompensasi pelengkap fringe benefits dan kinerja. Penelitian ini menemukan bahwa kompensasi pelengkap berpengaruh terhadap kinerja. Puspanegara 2009 melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi, kompensasi dan kemampuan terhadap kinerja commit to user pegawai negeri sipil di lingkungan Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Utara. Penelitian ini menyimpulkan bahwa motivasi dan kompensasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja, sedangkan untuk variabel kemampuan tidak berpengaruh terhadap kinerja. Salah satu variabel yang sering ditemukan berhubungan dengan kompensasi dan kinerja adalah motivasi kerja. Menurut Buhler 2004:191 dalam Narmodo dan Wadji 2008 motivasi kerja diartikan sebagai proses yang menentukan seberapa banyak usaha yang akan dicurahkan untuk melaksanakan pekerjaan. Motivasi yang rendah dapat membuat individu yang berkualitas tinggi mempunyai kinerja yang buruk dan sebaliknya, motivasi yang tinggi dapat membuat individu yang biasa-biasa saja mempunyai kinerja yang menakjubkan Buhler, 2004 dalam Narmodo dan Wadji, 2008. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi kerja bisa memperkuat atau memperlemah hubungan antara kompensasi dan kinerja. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan motivasi kerja sebagai variabel moderasi untuk mengetahui pengaruhnya apakah memperkuat atau memperlemah hubungan antara kompensasi dan kinerja. Penelitian terkait motivasi kerja sebagai variabel moderasi dalam hubungan antara kompensasi dan kinerja telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian tersebut antara lain adalah Gardner et al 2004, Ipkoni 2006, dan Shieh 2008. commit to user Penelitian yang dilakukan oleh Gardner et al 2004 bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat pembayaran terhadap kinerja karyawan yang dimoderasi oleh OBSE organizational based self esteem pada perusahaan konstruksi di Amerika. OBSE merefleksikan motivasi individu untuk menjadi penting dan berharga sebagai anggota organisasi. Sampel berjumlah 91 orang karyawan terdiri atas manajer, supervisor, tenaga professional, dan tenaga pembantu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pembayaran berpengaruh positif terhadap kinerja, dan OBSE organizational based self esteem terbukti memoderasi hubungan tersebut. Ipkoni 2006 meneliti tentang pengaruh kompensasi dan kondisi kerja terhadap kinerja karyawan dengan motivasi kerja sebagai variabel pemoderasi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa motivasi kerja memperkuat pengaruh kompensasi dan kondisi kerja terhadap kinerja karyawan. Penelitian Shieh 2008 dilakukan untuk menguji pengaruh desain kompensasi perusahaan dibagi menjadi 4 dimensi yakni tingkat kompensasi pasar, laba perusahaan, nilai karyawan, biaya hidup pada kinerja perusahaan yang bersangkutan dibagi menjadi 4 dimensi yakni kepemimpinan, budaya dan lingkungan organisasi, desain kerja, dan kebijakan manajemen SDM yang dimoderasi oleh motivasi mental. Sampel yang diteliti berjumlah 600 direktur, manajer, dan staf perusahaan Taiwan tahun 2008. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan desain kompensasi perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dimoderasi oleh motivasi mental. Secara commit to user parsial, motivasi mental hanya bisa memoderasi hubungan tingkat kompensasi pasar, dan biaya hidup terhadap keempat dimensi kinerja perusahaan. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa variabel motivasi kerja adalah variabel moderasi dalam hubungan antara kompensasi dan kinerja. Gardner et al 2004 dan Ipkoni 2006 menemukan bahwa motivasi kerja berhasil menjadi pemoderasi. Berbeda dengan hal itu, Shieh 2008 menemukan bahwa tidak semua motivasi kerja bisa menjadi variabel moderasi dalam hubungan antara kompensasi dan kinerja. Berdasarkan atas hasil penelitian tersebut, maka penelitian mengenai pengaruh kompensasi terhadap kinerja dengan motivasi kerja sebagai variabel moderasi masih sangat relevan untuk diteliti. Penelitian ini merupakan pengembangan atas penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nirmala 2005 yang meneliti tentang pengaruh desain kompensasi-insentif terhadap kinerja karyawan dengan menggunakan variabel motivasi sebagai variabel intervening. Perbedaan dengan penelitian terdahulu terdapat pada variabel motivasi kerja. Nirmala 2005 menggunakan motivasi kerja sebagai variabel intervening. Penelitian ini menggunakan variabel motivasi kerja sebagai variabel moderasi. Perbedaan lain dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nirmala 2005 yaitu terletak pada sampel penelitian. Jika Nirmala 2005 mengambil sampel penelitian pada sektor swasta, maka pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel pada instansi pemerintah khususnya pada instansi pemerintah yang berada di lingkungan Kementerian Keuangan. commit to user Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai KPPBC menjadi sampel dalam penelitian ini karena KPPBC merupakan instansi di bawah Kementerian Keuangan yang telah menerima remunerasi tetapi kinerjanya kurang memuaskan. Hal ini dibuktikan dengan adanya penggeledahan mendadak yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi KPK terhadap Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai terkait dugaan adanya budaya koruptif di lembaga ini. Sebagaimana yang telah diberitakan, Departemen Keuangan yang membawahi Direktorat Bea dan Cukai telah menghabiskan anggaran Rp 4,3 triliun untuk program reformasi birokrasi. Anggaran reformasi birokrasi untuk Departemen Keuangan yang telah berjalan sejak September 2007 dilakukan untuk memperbaiki sistem kerja serta pemberian remunerasi tunjangan kerja pejabat dan pegawai http:www.legalitas.org. Kasus ini menandakan bahwa dengan dilaksanakan sistem remunerasi belum sepenuhnya efektif memotivasi pegawai untuk meningkatkan kinerja. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP KINERJA DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATING: Studi pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Se-Jawa Tengah dan Derah Istimewa Yogyakarta”. commit to user

B. PERUMUSAN MASALAH

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP KINERJA DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATING

1 82 101

PENGARUH KOMPENSASI DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI Pengaruh Kompensasi Dan Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating ( Studi Empiris pada DPPKAD Kabupat

0 2 16

ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL Analisis Pengaruh Pemberian Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening Pada Hotel Orange Solo Monginsidi.

0 2 15

ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL Analisis Pengaruh Pemberian Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening Pada Hotel Orange Solo Monginsidi.

0 2 15

Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating.

0 0 25

PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING.

8 16 39

PENGARUH MOTIVASI, KOMPENSASI, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 0 13

ANALISIS PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA KANTOR IMIGRASI PATI

0 0 12

PENGARUH MOTIVASI, KEMAMPUAN DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP KINERJA DENGAN KOMPENSASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Kasus Pada Usaha Fajar Collection)

0 0 15

PENGARUH KOMITMEN TERHADAP KINERJA AUDITOR; MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING

0 0 29