faktor risiko. Infeksi jamur biasanya didahului oleh kolonisasi yang terjadi
akibat perubahan kondisi fisiologis karena faktor risiko. Kolonisasi menjadi penting karena proses tersebut merupakan proses awal yang mendahului
infeksi. Dalam satu studi ditemukan bahwa angka kejadian kolonisasi jamur
pada kulit, saluran pernafasan dan saluran gastrointestinal terjadi pada 10 bayi cukup bulan. Hal ini berbeda dengan BBLSR dimana angka kejadian
kolonisasi mencapai 26.7 - 62.5.
1,9
9
2.1.1. Etiologi
Kandidiasis disebabkan oleh anggota genus Candida yang meliputi 80 spesies berbeda. Candida albicans merupakan penyebab 80 - 90 infeksi
pada manusia. Candida memiliki tiga bentuk morfologi utama. Sel ragi blastospora
memiliki diameter 1.5 - 5 µm, tunas aseksual, dapat tumbuh pada permukaan tubuh dan cairan, mengawali lesi invasif dan dapat menyebabkan toksik atau
reaksi radang. Klamidospora berukuran lebih besar 7 - 17 µm dan jarang menimbulkan penyakit sistemik. Bentuk hifa pseudomiselia adalah fase
jaringan Candida, bukan kontaminasi dan merupakan filamen-filamen yang memanjang dari sel ragi. Candida tumbuh secara aerob pada media
laboratorium rutin dan membutuhkan waktu untuk inkubasi.
10
10
Candida dapat membentuk blastokonidia yang merupakan spora aseksual, namun juga
mampu membentuk hifa semu dan sejati. Semua elemen tersebut
Universitas Sumatera Utara
merupakan perangkat penting dalam patogenesis penyakit pada pejamu yang rentan.
Pada beberapa dekade terakhir angka kejadian infeksi jamur sistemik di UPI neonatus meningkat dengan penyebab utama adalah C. albicans dan
C. parapsilosis. Spesies Candida yang terdapat dalam darah neonatus yang terinfeksi di UPI neonatus adalah C. albicans, C. glabrata, C. tropicalis, C.
parapsilosis, C. guilliermondii, C. lusitaniae.
1
C. albicans yang dianggap paling patogen dan penyebab paling sering infeksi pada neonatus. Dalam survei
yang dilakukan oleh National Epidemiology of Mycoses Survey NEMIS pada tahun 1993 di tujuh Neonatal Intensif Care Unit NICU didapatkan penyebab
infeksi Candida adalah C. albicans sebanyak 48, C. glabrata 24, C. tropicalis 19, C. parapsilosis 7.
11
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di rumah sakit Ciptomangunkusuma Jakarta tahun 2001 dimana
penyebab infeksi Candida terbanyak adalah C. tropicalis sebanyak 48.5.
12
2.1.2. Patogenesis infeksi jamur
Infeksi jamur sistemik bisa didapat baik secara vertikal maupun secara horizontal. Pada neonatus infeksi jamur dapat terjadi melalui gabungan
antara infeksi nosokomial dan infeksi perinatal. Infeksi jamur sistemik dengan gejala yang lebih berat umumnya terjadi pada bayi-bayi prematur.
Bayi prematur dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah dan terpapar antibiotik spektrum luas sering terkena infeksi jamur. C. albicans
13
Universitas Sumatera Utara
mempunyai bentuk dimorfik yaitu memiliki bentuk ragi dan hifa, hal ini meningkatkan virulensi pada pasien yang immunocompromised. Hifa ini
menyebabkan kolonisasi dan infeksi. Spesies Candida yang tidak membentuk filamen seperti C. glabrata dapat mengkolonisasi dan menyebabkan penyakit
invasif pada BBLSR. Pada bayi prematur transmisi vertikal dan horizontal mengarah ke kolonisasi kulit, membran mukosa gastrointestinal dan saluran
nafas. Setelah paparan faktor pasien, kuman dan obat-obatan berperan dalam kolonisasi dan penyebaran infeksi.
9
Ketidakmampuan bayi baru lahir untuk melokalisasi, mengontrol, dan menghilangkan infeksi jamur berhubungan dengan gangguan mekanisme
pertahanan tubuh spesifik dan non spesifik. Penyebaran hematogen mengakibatkan vaskulitis dan nodulus pada banyak organ seperti paru-paru,
ginjal, saluran cerna, jantung dan selaput otak.
10
Universitas Sumatera Utara
Vertical Adherence factors of fungi
Horizontal
Maternal fungal colonizatrion Patient to patient
transmission Vaginal delivery
Contaminated infusates Health care worker
colonization Skin, Respiratory tract, Gastrointestinal tract, Central Vascular Catheters
Patient factors Organism factors
Medications
Immature immune defenses Virulence properties
Antibiotics Moist skin surface
No.of organisms 2 antibiotics
Skin or mucosal breakdown Multiple site colonization
Cephslosporin-3
rd
generation Fungal dermatitis
Adherence properties Carbapenem
Necrotizing enterocolitis H
2
Intestinal perforation Postnatal steroids
antagonists Abdominal Surgery
Hyperglycemia
Infusates
Invasive catheters, tubes
Parenteral Nutrition
Central vascular catheter Lipid emulsions
Endotracheal tube
Blood, Urine, Cerebrospinal fluid, Peritoneal fluid
Immature immune defenses Adherence properties
Persisten fungemia Tissue or valve injury
Delayed vascular catheter removal Co-infection
Delayed diagnosis Inadequate antifungal dosing
Endocarditis Liver abscess
Renal or bladder abscess Splenic abscess
Central nervous system Cutaneous abscess
Meningitis, Encephalitis,abscess Osteomyelitis
Endophthalmitis Septic arthritis
Gambar 2.1. Patogenesis kolonisasi dan infeksi jamur sistemik
9
TRANSMISSION
COLONIZATION
INFECTION
END-ORGAN DISSEMINATION
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Faktor Risiko