5. Parameter Motor Induksi Tiga Fasa 5. 2 Percobaan Beban Nol

t br 85 . 1 . . . . 1 2 R I W br δ θ = sekon 3.25 dimana: θ = Kenaikan Temperatur Yang diijinkan ºC W = Berat belitan stator per phasa kg δ = Panas spesifik dari belitan Watt.skg.m ºC R 1 I = Tahanan belitan stator per phasa Ohm br t = Arus pada saat block rotor br = Lamanya Waktu block rotor yang aman

III. 5. Parameter Motor Induksi Tiga Fasa

Parameter rangkaian ekivalen dapat dicari dengan melakukan pengukuran pada percobaan tahanan DC, percobaan beban nol, dan percobaan rotor tertahan block- rotor. Dengan penyelidikan pada setiap rangkaian ekivalen, percobaan beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan rotor s R 2 . Hal ini bisa terjadi pada keadaan normal jika slip dalam nilai yang minimum. Slip yang mendekati nol terjadi ketika tidak ada beban mekanis, dan mesin dikatakan dalam keadaan berbeban ringan. Pengukuran rotor tertahan dilakukan dengan menahan rotor tetap diam. Pada kondisi ini slip bernilai satu yang merupakan nilai slip tertinggi untuk kondisi motor, jadi nilai s R 2 bernilai minimum. Untuk menentukan bentuk rangkaian ekivalen, pola fluksi dianggap sinusoidal, demikian juga rugi-rugi yang diukur proporsional terhadap fluksi utama, dan kejenuhan diabaikan. Universitas Sumatera Utara

III. 5. 1 Percobaan DC

Untuk memperoleh harga 1 R dilakukan dengan pengukuran DC yaitu dengan menghubungkan sumber tegangan DC V DC pada dua terminal input dan arus DC- nya I DC diukur. Di sini tidak mengalir arus rotor karena tidak ada tegangan yang terinduksi.

1. Belitan Hubungan Wye Y

Gambar rangkaian ketika belitan motor induksi tiga phasa terhubung Y, dan diberi suplai DC, maka dapat dilihat pada Gambar 3.7 di bawah ini. Gambar 3. 7 Rangkaian Phasa Stator Saat Pengukuran DC Harga DC R dapat dihitung, untuk kumparan dengan hubungan Y, adalah sebagai berikut : DC DC DC 2 1 I V R = Ohm 3.26

2. Kumparan Hubungan Delta ∆

Gambar rangkaian ketika kumparan motor induksi tiga phasa terhubung delta dan diberi suplai DC, dapat dilihat pada Gambar 3.8. a b c R DC R DC R DC V DC + - I DC Universitas Sumatera Utara Diketahui bahwa tahanan pada kumparan pada masing – masing phasa adalah sama, maka DC C B A R R R R = = = . Gambar 3.8 dapat disederhanakan menjadi Gambar 3.9 berikut. Gambar 3.9. Rangkaian pengukuran tahanan DC dengan kumparan terhubung delta Δ yang disederhanakan Dimana P R = C B R R + Jadi A R = A DC I V Dimana P A P DC A R R R I I + × = DC A I I 3 2 = Maka: A R = DC DC I V 3 2 DC R = DC DC I V × 2 3 A R P R DC V DC I A I A R B R C R DC V DC I Gambar – 3.8 Rangkaian pengukuran tahanan DC dengan kumparan terhubung delta Universitas Sumatera Utara Untuk mendapatkan harga ac R , maka harga DC R ini dinaikkan dengan faktor pengali 1,1-1,5 untuk operasi arus bolak-balik, karena pada operasi arus bolak-balik resistansi konduktor meningkat karena distribusi arus yang tidak merata akibat efek kulit dan medan magnet yang melintasi alur. DC ac R k R 1 1 × = Ohm 3.27 Dimana = k faktor pengali, besarnya 1,1 – 1,5 Karena besar tahanan konduktor stator dipengaruhi oleh suhu, dan biasanya bila rugi-rugi motor ditentukan dengan pengukuran langsung pada motor, maka untuk mengetahui nilai tahanan yang paling mendekati, biasanya dilakukan dengan beberapa kali pengukuran dan mengambil besar rata-rata dari semua pengukuran yang dilakukan.

III. 5. 2 Percobaan Beban Nol

Motor induksi dalam keadaan beban nol dibuat dalam keadaan berputar tanpa memikul beban pada rating tegangan dan frekuensinya. Besar tegangan yang digunakan ke belitan stator perphasanya adalah 1 V tegangan nominal, arus masukan sebesar I dan dayanya P . Nilai ini semua didapat dengan melihat alat ukur pada saat percobaan beban nol. Dalam percobaan beban nol, kecepatan motor induksi mendekati kecepatan sinkronnya. Dimana besar s  0, sehingga s R 2  ~ sehingga besar impedansi total bernilai tak berhingga yang menyebabkan arus 2 I pada Gambar 3.9 bernilai nol Universitas Sumatera Utara sehingga rangkaian ekivalen motor induksi pada pengukuran beban nol ditunjukkan pada Gambar 3.10. Namun karena pada umumnya nilai kecepatan motor pada pengukuran ini r n yang diperoleh tidak sama dengan n s maka slip tidak sama dengan nol sehingga ada arus I 2 ’ 2 I yang sangat kecil mengalir pada rangkaian rotor, arus tidak diabaikan tetapi digunakan untuk menghitung rugi – rugi gesek + angin dan rugi – rugi inti pada percobaan beban nol. Pada pengukuran ini didapat data-data antara lain : arus input I 1 I = , tegangan input V 1 V = , daya input perphasa P r n dan kecepatan poros motor . Frekuensi yang digunakan untuk eksitasi adalah sama dengan frekuensi sumber f. Gambar – 3.10 Bentuk lain rangkaian ekivalen motor induksi dilihat dari sisi stator Gambar 3.11 Rangkaian Ekivalen pada Saat Beban Nol Z m V 1 I 1 = I f I m I c R c jX 1 R 1 X m s R 2 2 X I 1 V 1 R 1 X c R m X 2 R 2 X 1 1 2 − s R 1 E 1 I I c I m I 2 I Universitas Sumatera Utara Dengan tidak adanya beban mekanis yang terhubung ke rotor dan tegangan yang diberikan ke terminal adalah normal, dari Gambar 3.11 didapat besar sudut phasa antara arus antara I dan V adalah :     = − 1 I V P Cos θ 3.28 Dimana: = = nl P P daya saat beban nol perphasa 1 V V = = nl V = tegangan masukan saat percobaan beban nol nl I I I = = 1 = arus beban nol dengan P adalah daya input perphasa. Sehingga besar E 1 dapat dinyatakan dengan 1 1 1 jX R I V E o + − ∠ − ∠ = θ Volt 3.29 ro n adalah kecepatan rotor pada saat beban nol. Daya yang didissipasikan oleh R c dinyatakan dengan : 1 2 c R I P P − = Watt 3.30 1 R didapat pada saat percobaan dengan tegangan DC. Harga R c dapat ditentukan dengan 2 1 c P E R = Ohm 3.31 Universitas Sumatera Utara Dalam keadaan yang sebenarnya 1 R lebih kecil jika dibandingkan dengan m X dan juga c R jauh lebih besar dari m X , sehingga impedansi yang didapat dari percobaan beban nol dianggap 1 jX dan m jX yang diserikan. nl Z = 3 1 nl I V ≅ 1 m X X j + Ohm 3.32 Sehingga didapat 1 1 3 X I V X nl m − = ohm 3.33

III. 5. 3 Percobaan Rotor Tertahan