5. 3 Percobaan Rotor Tertahan PANAS DAN PARAMETER PADA MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR

Dalam keadaan yang sebenarnya 1 R lebih kecil jika dibandingkan dengan m X dan juga c R jauh lebih besar dari m X , sehingga impedansi yang didapat dari percobaan beban nol dianggap 1 jX dan m jX yang diserikan. nl Z = 3 1 nl I V ≅ 1 m X X j + Ohm 3.32 Sehingga didapat 1 1 3 X I V X nl m − = ohm 3.33

III. 5. 3 Percobaan Rotor Tertahan

Pada pengukuran ini rotor dipaksa tidak berputar r n = 0, sehingga s = 1 dan kumparan stator dihubungkan dengan tegangan seimbang. Karena slip s = 1, maka pada Gambar 3.2, harga 2 2 R s R = . Karena m c 2 2 jX R jX R + maka arus yang melewati m c jX R dapat diabaikan. Sehingga rangkaian ekivalen motor induksi dalam keadaan rotor tertahan atau hubung singkat seperti ditunjukkan pada Gambar 3.12 Gambar 3.12 Rangkaian Ekivalen Pada Saat Rotor Tertahan dengan mengabaikan Rc Xm Universitas Sumatera Utara Impedansi perphasa pada saat rotor tertahan BR Z dapat dirumuskan sebagai berikut: BR BR 2 1 2 1 BR jX R X X j R R Z + = + + + = Ohm 3.34 Pengukuran ini dilakukan pada arus mendekati arus rating motor. Data hasil pengukuran ini meliputi : arus input I 1 BR I = , tegangan input V 1 BR V = dan daya input perphasa BR P = P in 2 R . Karena adanya distribusi arus yang tidak merata pada batang rotor akibat efek kulit, harga menjadi tergantung frekuensi. Maka berdasarkan IEEE 112, pengukuran rotor tertahan dilakukan dengan menggunakan frekuensi maksimal BR f sebesar 25 dari frekuensi rated untuk mendapatkan harga 2 R yang sesuai dengan frekuensi rotor pada saat slip rating. Dari data-data tersebut, harga BR R dan BR X dapat dihitung : 2 1 BR BR I P R = Ohm . 3.35 2 1 R R R BR + = Ohm 3.36 BR BR BR I V Z = Ohm 3.37 2 BR 2 BR BR R Z X − = Ohm 3.38 Untuk menentukan harga X 1 dan X 2 digunakan metode empiris berdasarkan IEEE standar 112. hubungan X 1 dan X 2 terhadap Xbr dapat dilihat pada Tabel 3.3 Universitas Sumatera Utara Tabel 3. 3 Distribusi Empiris dari Xbr Disain Kelas Motor X 2 X 1 A 0,5 Xbr 0,5 Xbr B 0,4 Xbr 0,6 Xbr C 0,3 Xbr 0,7 Xbr D 0,5 Xbr 0,5 Xbr Rotor Belitan 0,5 Xbr 0,5 Xbr di sini besar X BR BR BR X f f X BR = harus disesuaikan dahulu dengan frekuensi rating f. Ohm 3.39 2 1 X X X BR − = Ohm 3.40 Universitas Sumatera Utara

BAB IV PERHITUNGAN PARAMETER DAN ANALISA LAMANYA WAKTU

BLOCK ROTOR YANG AMAN PADA MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR

IV. 1. Umum

Untuk mendapatkan parameter dari rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa, maka dapat dihitung dari data yang didapat dari percobaan tahanan DC, percobaan beban nol, dan rotor tertahan block rotor . Percobaan tahanan DC digunakan mengukur besarnya tahanan DC pada kumparan motor, pada percobaan rotor tertahan block rotor digunakan untuk mendapatkan nilai tahanan rotor R 2 ’, reaktansi stator X 1 dan rotor X 2 ’. Pada percobaan beban nol digunakan untuk mendapatkan nilai tahanan inti Rc dan reaktansi magnetic X m Untuk menganalisa lamanya waktu block rotor yang aman, digunakan melalui perhitungan. Lamanya waktu tersebut di tentukan berdasarkan arus yang mengalir pada stator pada saat terjadi block rotor dan kenaikan temperatur yang diijinkan. Arus hubung singkat diperoleh dengan perhitungan berdasarkan parameter motor yang diperoleh dengan percobaan dengan mengikutsertakan besarnya nilai Rc dan Xm. Sedangkan kenaikan tempertur pada belitan stator θ yang diijinkan ditentukan dengan cara pengurangan temperatur maksimal berdasarkan standar IEC 60034-18-1 dengan temperatur awal sesaat sebelum block rotor. Temperatur awal sesaat sebelum block rotor menggunakan dua acuan yaitu temperatur belitan sama . Universitas Sumatera Utara