perusahaan atau produktivitas masyarakat; 3. Penetapan tarif atau larangan non- tarif terhadap barang-barang impor yang akan, atau dapat digunakan, sebagai
produk ataupun produk akhir di dalam pasar barang dan jasa yang terkait dengan bidang yang dideregulasi tersebut; 4. Ketentuan atau aturan yang bersifat
mencukai atau larangan bagi ekspor-ekspor barang-barang tertentu yang diproduksi di dalam negeri; 5. Ketentuan baik yang tertulis maupun berupa
kiasan yang mempunyai dampak pada biaya produksi sehingga berakibat ekonomi biaya tinggi high cost economy, sehingga menurunkan daya beli masyarakat
pada umumnya dan biaya produksi pada umumnya.
160
B. Iklim Investasi dan Iklim Usaha Tidak Kondusif
Istilah “transaksi bisnis internasional” mencakup semua transaksi atau hubungan ekonomi di mana tidak semua pihak yang terlibat berasal dari suatu
Negara, dimana dapat digolongkan dalam tiga bagian : 1. Jual-beli barang lintas perbatasan; 2. Memberi lisensi produksi di luar negeri; 3. Penanaman modal
asing secara langsung.
161
Iklim usaha, iklim investasi, peluang, dan kesempatan berusaha, perlu mendapat perlindungan hukum. Dunia bisnis memerlukan kepastian hukum, agar
mampu melakukan transaksi-transaksi bisnis yang mengandung risiko berat, yang mengikat untuk jangka waktu tertentu. Untuk keperluan itu, dunia bisnis
memerlukan perangkat hukum berupa undang-undang beserta peraturan-peraturan
160
Amirizal, Hukum Bisnis: Deregulasi dan Joint Venture di Indonesia, Teori dan Praktik, Jakarta: Djambatan, 1996, hal. 48.
161
John W. Head, Pengantar Umum Hukum Ekonomi, Op. Cit., hal. 73.
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaannya dan petunjuk-petunjuk teknisnya, yang memberi rambu-rambu untuk menunjukkan boleh tidaknya suatu tindakan.
162
Suatu jual-beli barang melintasi perbatasan Negara melibatkan banya profil khusus ketika barang itu diperjual-belikan di dalam suatu Negara yaitu
jual-beli dalam negeri, tanpa melintasi perbatasan Negara, melibatkan dua bahasa-tidak saja hanya lisan tetapi juga bahasa bisnis”.
163
1. Istilah Dagang-FOB CIF
Selama beberapa abad sistem hukum nasional satu Negara sudah mengembangkan defenisi istilah-istilah dagang yang dipakai oleh
suatu Negara. Termasuk “Free on Board”, sering disebut singkatannya FOB dan CIF asalnya dimasukkan “cost-biaya,
Insurance-asuransi, dan freight-muatan. Tujuan dari istilah ini adalah untuk mengidentifikasikan tanpa harus menyebutkannya secara rinci
dalam kontrak jual-beli, yang mana diantara para pihak itu ada yang bertanggung jawab untuk pembayaran pengapalan barangnya, kapan
kepemilikan barang itu beralih dari penjual kepada pembeli, yang mana diantara para pihak yang bertanggung jawab atas pembelian
asuransi untuk meliput kemungkinan hilang atau kerusakan di saat dialihkan dari penjual kepada pembeli, dan sebaginya.
Untuk memeperoleh keseragaman dalam “bahasa bisnis”, maka diciptakan seperangkat istilah dagang multilateral yang terpisah. Pada
kenyataannya, beberapa upaya serupa sudah dilakukan selama abad
162
Amirizal, Hukum Bisnis: Deregulasi dan Joint Venture di Indonesia, Teori dan Praktik,Op. Cit., hal. 70-76.
163
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
ini. Perangkat istilah dagang yang dominan sekarang dipergunakan di banyak Negara adalah INCOTERMS yang disusun oleh Kamar
Dagang Internasional ICC-International Chamber of Commerce, versi INCOTERMS yang paling baru disahkan pada tahun 2000.
Istilah INCOTERMS yang paling luas dipergunaan adalah FOB dan CIF. Menurut FOB incoterms 2000, Penjual hanya bertanggung
jawab atas pengiriman barang sampai ke pelabuhan pengiriman dan dalam hal pengiriman melalui laut meletakkannya di atas kapal.
Pembeli bertanggung jawab untuk semua biaya dan resiko setelah titik tersebut. Menurut CIF Incoterms 2000, pembeli bertanggung jawab
atas pengiriman barang selama perjalanan hingga pelabuhan tujuan, dan atas pengasuransian barang selama pengapalan laut.
164
2. Pilihan hukum, Perselisihan Hukum, dan CISG
CISG United Nations Convention on Contracts for the International Sale of Goods mencerminkan pandangan dari banyak pakar
internasional dalam bidang hukum dagang dan mengambil dari pengalaman banyak system hukum yang berbeda. CISG ini
diberlakukan apabila para pihak dalam suatu kontrak jual-beli barang mempunyai domisili bisnis utama di dua Negara yang berbeda bila
kedua Negara itu sudah menerima dan mengakui CISG, terkecuali para pihak “memilih keluar” dari peraturan CISG dengan menyatakan
sistem hukum lain dalam ketentuan pilihan hukum yang jelas di dalam
164
Ibid., hal. 74-75.
Universitas Sumatera Utara
kontrak. Sejalan dengan semakin luasnya CISG terterima, maka semakin banyak pula kontrak jual-beli internasional sebagaimana
diatur dalam CISG. Dalam CISG mencakup pula peraturan rinci tentang perumusan
kontrak yaitu, peristiwa apa yang harus terjadi sebelum kontrak dianggap final, pengintrepretasian kontrak sebagaimana
melaksanakan kata-kata dalam kontrak bila kata-kata itu sendiri kabur atau tidak konsisten antara satu dengan yang lain, tanggung jawab
penjual yaitu untuk mengirimkan barang yang sesuai dalam waktu yang tepat dan pada waktu yang tepat, tanggung jawab pembeli disaat
menerima barang dan membayarnya, dan perbaikanjalan keluarganti rugi bagi salah satu pihak dalam hal terjadi ingkar kontrak oleh pihak
lainnya. 3.
Pilihan Forum dan Metode Penyelesaian Sengketa Klausul pilihan forum dan metode penyelesaian sengketa dalam
kontrak jual-beli internasional merupakan hal yang penting karena klausul kontrak menetapkan secara tertulis apa yang diinginkan para
pihak mengenai “forum” di mana setiap sengketa harus diajukan. Biasanya pengadilan akan menolak menerima gugatan yang kelak
diajukan oleh perusahaan tentang apakah komoditi perdagangan memenuhi spesifikasi yang diminta dalam kontrak.
165
165
Ibid. Hal. 78.
Universitas Sumatera Utara
Secara prosedur hal ini akan terjadi dalam salah satu dari dua cara. Pertama, para pihak mungkin sudah menetapkan dalam kontrak
mereka bahwa sengketa akan diselesaikan melalui arbitrase. Sebagai alternatifnya, para pihak mungkin balum melakukannya namun dapat
memutuskan, begitu sengketa tertentu timbul, akan menanda tangani perjanjian arbitrase terpisah yang mengarahkan sengketa ke pengadilan
arbitrase. Arbitrase dagang Internasional di dukung dengan dirumuskannya
beberapa perangkat peraturan dan beberapa lembaga yang pada kenyataannya melaksanakan arbitrase atau menyediakan para pakar
yang akan bertindak sebagai arbitrators. Satu perangkat peraturan tersebut adalah UNCITRAL, sebuah komisi yang diasosiasikan dengan
PBB dan bertanggung jawab mengembangkan hukum dagang internasional. Di samping itu, kamar dagang Internasional mempunyai
perangkat peraturan sendiri dan disediakan untuk memberikan jasa arbitrase kepada bisnis internasional.
4. Ketentuan Pembayaran
Penjual dan pembeli dalam transaksi dagang internasional dapat memperkecil resiko yang biasanya menghadapi resiko keuangan
dengan merumuskan apa yang disebut “transaksi jual-beli internasional berdokumen,” memakai bill of lading yang dapat diperjual-belikan,
dengan pembayaran berdasar surat kredit yang dikonfirmasikan. Dalam transaksi demikian, bank bertindak sebagai perantara di antara
Universitas Sumatera Utara
kedua pihak, memberi fasilitas pembayaran harga beli. Salah satu dari dokumen ini, surat muatan kapal mewakili hak atas barang. Ketika
seorang penjual mengapalkan barang, penjual menerima dari perusahaan pengapalan sebuah surat muatan kapal, penjual
menyerahkannya dengan beberapa dokumen lain yang dibutuhkan kepada sebuah bank di Negara asal penjual. Berdasar perjanjian yang
dibuat oleh bank itu, bank yang mengkonfirmasi itu segera membayar kepada penjual jumlah harga beli barang itu. Dokumen dan
pembayaran dialirkan dari bank yang menerbitkan kepada pembeli, yang kemudian menyerahkannya surat muatan kapal kepada
perusahaan pengapalan sebagai ganti menerima barang tersebut di pelabuhan tujuan.
166
5. GATT dan WTO
Mengutip paragraf berikut: In brief the function of this institutions of private law is to render
effective the individual’s preference in certain areas. It is therefore clear why in this sphere the law threats the mental factors of, say,
mistake, ignorance of the nature of transaction, undue influence, or inanity as inval, dating such civil transaction entered into under such
conditions will not represent a real choice; the individual, might have chosen one course of events and by the transaction procured another
cases of misteke, ignorance, etc, or he might have chosen to enter the transaction without coolly and calmly thinking out what he want, or he
might have been subjected to the threats of another who had imposed his choice.
Pendek kata, institusi dari hukum perdata berfungsi membuat efektif pilihan individu dalam bidang tertentu. Hal ini menjadi jelas mengapa
166
Ibid., hal. 81.
Universitas Sumatera Utara
dalam bagian ini hukum membicarakan tentang faktor mental sampai, ucapan, kesalahan, kealfaan menjadi suatu yang alami. Tidak
semestinya mempengaruhi memasuki kondisi menunjukkan sebuah pilihan yang sebenarnya; individu akan memilih dan mendapatkan
berhentinya kekeliruan dan kealfaan. Dalam ketentuan umum, diatur prinsip-prinsip GATT, antara lain:
167
1. Most favoured nations treatment non-discrimination
2. Protection through specific commitment termasuk market acces,
national treatment dan additional commitment; 3.
Transparansi; 4.
Peningkatan partisipasi Negara berkembang; 5.
Integrasi ekonomi; 6.
Liberalisasi bertahap; dan 7.
Keadaan darurat. Persetujuan multilateral yang dihasilkan putaran Uruguay terdiri dari
multilateral trade agreement dan plurilateral trade agreements. Selanjutnya adalah hasil pertemuan tingkat menteri tentang pengesahan hasil-hasil
perundingan perdagangan multilateral putaran Uruguay yang merupakan paket peraturanhukum, yaitu “The Results of The Uruguay Round of Multilateral Trade
Negotiations Legal Tests” sebagai berikut:
168
a. Marrakesh Declaration
Merupakan pernyataan dari 124 negara yang hadir dalam pertemuan tingkat menteri di Marrakesh, Maroko pada tanggal 12-15 April 1994, di
mana antara lain menetapkan “to bulid upon the success of the Uruguay Round through the participation of their economics in the world trading
167
Syahmin AK, Hukum Dagang Internasional, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006, hal. 184.
168
Ibid., hal. 237.
Universitas Sumatera Utara
system, based upon market oriented policies and the commitments set in the Uruguay Round Agreements and decisions”.
b. Final Act Embodying the Results of the Uruguay Round of Multilateral
Trade negotiations. Dalam “final act” disebutkan persetujuan pembentukan World Trade
Organization WTO Agreement. Keputusan dan deklarasi para Menteri Ministerial Declaration and Decisions, dan pengertian mengenai
komitmen dalam Jasa Keuangan Understanding on Commitments in Financial Services yang dilampirkan dalam final act merupakan hasil
perundingan dan menjadikannya bagian integral dari final act. Dengan menanda tangani final act, peserta perundingan sepakat menyampaikan
WTO Agreement kepada pihak yang berwenang di Negara masing-masing guna memperoleh persetujuan dan menyetujui semua keputusan dan
deklarasi para menteri. Disebutkan pula bahwa saat berlakunya persetujuan pembentukan World Trade Organization adalah pada 1
januari 1995. c.
Marrakesh Agreement Establishing the World Trade Organization Persetujuan ini mencakup Multilateral Trade Agreement yang terdiri dari
annex satu, dua, dan tiga serta Plurilateral Trade Agreement, yaitu annex empat, dengan rincian sebagai berikut.
169
1. Annex 1A: Multilateral Trade in Goods
169
Ibid., hal. 238.
Universitas Sumatera Utara
a. General Agreements on Tarriff and Trade 1994 yang terdiri dari beberapa “understanding” dari beberapa artikel GATT 1994 yaitu
interpretasi dari Artikel II, 16, artikel XVIII, dan Marrakesh Protocol to the GATT 1994.
b. Agreement on Agriculture c. Agreement on the Application of Sanitary and Phytoosanitary
Measures d. Agreements on Textiles and Clothing
e. Agreement on Technical Barriers to Trade f. Agreement on Trade Related Investment measuresTRIMs
g. Agreement on implementation of Article VI of the GATT 1994 mengenai anti dumping
h. Agreement on implementation of Article VII of the GATT 1994 mengenai customs valuation atau penilaian pabean
i. agreement on Pre-shipment Inspection mengenai pemeriksaan sebelum pengapalan
j. Agreement of Rules of Origin mengenai disiplin dalam tata niaga impor
k. Agreement on import licensing procedures mengenai disiplin tata niaga impor
l. Agreement on subsidies and countervailing Measures mengenai subsidi dan langkah-langkah mengatasinya
m. Agreement on safeguards mengenai tindakan pengamanan
Universitas Sumatera Utara
2. Annex 1B : Agreement on trade and services GATS 3. Annex 1C : Agreement on Trade Related Intellectual Property
RightsTRIPs 4 Annex 2 : Understanding on Rules and Procedures overning the
Settlement of Disputes 5. Annex 3 : Trade Policy Review Mechanism TRIM
6. Annex 4 : Plurilateral Trade Agreements. Agreement on Trade in Civil aircraft; Agreement on Government Procurement;
International dairy Agreements; International Bovine Meat Agreement.
d. Ministerial Decisions and Declarations Adopted by the Trade Negotiation Committee on 15 December 1993.
a. Decision on Measures in Favour of Least Developed Countries. b. Declaration on the Contribution of The World Trade Organization to
Achieving Greater Coherence in Global Economic Policy Making. c. Decision on Notification Procedures;
Declaration on the Contribution of The World Trade Organization to Achieving Greater Coherence in Global Economic Policy Making.
d. Declaration on the Relationship of The World Trade Organization with the International monetery Fund.
e. Decision on Measures Concerning the Possible Negative Effects of the Reform Programe on Least Developed and Net Food Importing
Developing Countries.
Universitas Sumatera Utara
f. Decision Relating to the First Integration Under Article 2.6 of The Agreement on Textiles and Clothing.
g. Decision Relating to the Agreement on Technical Barriers to Trade: Decision on Proposed Understanding on WTO-ISO Standard Information
System. Decision on Review of The ISOIEC Information Centre Publication.
h.Decision and Declaration Relating to the Agreement on Implementation of Article VI of the GATT. Declaration on Dispute Settlemet Pursuant to
the Agreement on Implementation of ArticleVI of the GATT 1994 of Part V of the Agreement on Subsidies on Countervailing Measures.
i. Decision of Relating to the Agreement on Implementation of Article VII of the GATT 1994; Decision regarding cases where customs
Administration have Reasons to Doubt the Truth of Accuracy of The Declared Value. Decision of the Tezst Relating to Minimum Values and
Imports by Soke Agents, Sale Distributors and Sales Concessions Aires. j. Decision Relating to the General Agreement on Trade in Services;
Decision on Institutional Arrangement for the GATS, Decision on Certain Dispute Settlement Procedures for the GATS. Decision on Trade in
Services and the Environment. Decision on Negotiation on Movement on Natural Persons. Decision on Financial Services. Decision on Negotiation
on Maritime Transport Sevices. Decision on Negotiation on Basic, Telecommunications. Decisions on Professional Services.
Universitas Sumatera Utara
k. Decision on Accession to the Agreement on Government Procurement. l. Decision on The Application under view of the Undrestanding on Rules
and Procedures Governing the Settlement of Disputes. 2. Ministerial Decision Adopted by Ministers at the Meeting of Trade
Negotiation Committee in Marrakesh on 14 April 1994:
170
a. Decision on Acceptance of and Accession to the Agreement Establishing The World Trade Organization.
b. Decision on Trader and Environment. c. Decision on Organizational and Financial Consequencies Flowing
From Implementation of the Agreement Establishing the WTO. d. Decision on the Establishing of the Preparatory Committee for the
World Trade Organization. e. Understanding on Commitments in Financial Services yang
diberlakukan bagi peserta perundingan Putaran Paraguay yang menyampaikan komitmen untuk jasa keuangan berdasarkan pendekatan
alternatif sebagaimana terdapat dalam ketentuan pada Part III HATS, yaitu market acces, national treatment, dan additional commitment, selain teks
peraturan tersebut sebelumnya, terdapat hasil perundingan akses pasar market acces barang di mana setiap Negara menyampaikan komitmen
yang mengikat binding commitment untuk mengurangi atau menghapuskan hambatan tariff dan non-tarif untuk perdagangan barang.
Komitmen dimaksud merupakan lampiran dari Marrakesh Protocol to the
170
Ibid., hal. 241.
Universitas Sumatera Utara
GATT 1994. Dalam perdagangan jasa terdapat suatu komitmen awal initial commitment dalam liberalisasi perdagangan jasa services.
Komitmen-komitmen tersebut diacatat dalam “national scheadules” setiap Negara yang nerupakan bagian integral dari final act.
Pada Article XXIV diatur mengenai Territorial Application Frontier Traffic Customs Unions and Free Trade Areas.
171
1. The Provisisions of The Agreement Shall Apply to the Metropolitan Customs Territories of The Contracting parties and to any other customs territories in
the Contracting respect of which this Agreement has been accepted under Article XXVI or being is applied under Article XXXIV or pursuant to the
Protocol of Provisional Application. Ketentuan Perjanjian ini pada wilayah kepabean metropolitan dipergunakan sesuai dengan Article XXVI dan Article
XXXIII atau mengikuti ketetapan Protokol yaitu berdasarkan hukum kontrak yang berlaku.
2. For the purpose of this Agreement a Customs Territory shall be Understood to mean any territory with respect to which separate tariffs or other regulations
of Commercee are maintained for a substantial part of the Trade of such Territory with other territories. Wilayah kepabeanan ini memudahkan dalam
hal tarif ataupun regulasi perdagangan internasional sebagaimana tersebut dalam perjanjian satu wilayah kepabeanan dengan wilayah kepabeanan
lainnya.
171
Sudargo Gautama, Segi-segi Hukum Perdagangan Internasional GATT dan GSP, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994, hal. 65.
Universitas Sumatera Utara
3. a. mempergunakan perjanjian ini berdasarkan kontrak dengan Negara yang berbatasan dalam hal fasilitas lalu lintas sektoral.
b. mempergunakan perjanjian ini berdasarkan perdagangan dengan wilayah bebas dari perjanjian oleh Negara yang berdampingan berdasarkan
wilayah tidak dalam keadaan konflik. 4. Kontrak mengcounter keinginan dari perdagangan bebas melalui perjanjian
integrasi ekonomi, yang memfasilitasi perdagangan antara wilayah anggota dan tidak meningkatkan rintangan pada perdagangan ataupun kontrak yang
dibuat. 5. a. Pada wilayah Customs Union diarahkan pada tanggung jawab dan regulasi
perdagangan lainnya dalam hal pengadaan institusi perdagangan. b. Customs Union dan Free Trade Area merupakan rencana kerja dan
penentuan jadwal berdasarkan jangka waktu yang beralasan.
172
C. Daya Saing Rendah