BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1. Kebijakan yang tanggap terhadap perubahan makrostruktur sistem
internasional adalah kebijakan yang dapat mengharmonisasikan kepentingan-kepentingan internasional dengan kepentingan nasional, tanpa
menghilangkan kedaulatan ekonomi negara. Kebijakan tanggap terhadap kepentingan investor dan perkembangan pasar, akan tetapi tetap
memberikan fleksibilitas dan kedaulatan penuh bagi pemerintah untuk mengatur dan mengarahkan kepentingan internasional tersebut pada upaya
mewujudkan tujuan nasional. 2.
Kesiapan hukum Indonesia menghadapi China-AFTA Free Trade Agreement terlihat dengan adanya Undang-Undang Penanaman Modal
Nomor 25 Tahun 2007 yang mengarah pada adanya Corporate Governance sebagai suatu system dan struktur untuk mengelola bidang
usaha dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham shareholders serta mengakomodasikan berbagai pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan stakeholders seperti kreditor, supplier, asosiasi usaha, konsumen, pekerja, pemerintah dan masyarakat. Pemberlakuan prinsip
national treatment dan prinsip most favoured nations sebagai sarana
Universitas Sumatera Utara
regulasi maupun deregulasi di Indonesia yang setidaknya mampu mengurangi dan meniadakan distorsi pasar dan mengukur kinerja
berdasarkan pasar market based performance, kinerja berdasarkan profitabilitas profitability based performance, dan kinerja berdasarkan
produktivitas productivity based performance, sehingga terlihat hubungan antara sasaran pembangunan dan instrument kebijakan dalam
menciptakan stabillitas ekonomi suatu Negara. Adanya kebijjakan substitusi impor produk China, berdasarkan kinerja kesepakatan
kerjasama yang dilakukan, menjadi tantangan untuk mampu diimbangi dengan komoditi ekspor Indonesia dalam memasok produk ekspor ke
pasar global. 3.
Hambatan-hambatan yang dihadapi industri nasional yang dapat menurunkan daya saing dalam menghadapi liberalisasi perdagangan
berdasarakan China-AFTA Free Trade Agreement berkenaan dengan hambatan regulasi, Iklim investasi dan iklim usaha yang tidak kondusif,
maupun daya saing usaha yang rendah. Dalam hal hambatan regulasi, bahwa Pemerintah Indonesia telah melakukan sejumlah upaya reformasi
fiskal, liberalisasi perdagangan, reformasi sektor keuangan, perpajakan, ketenagakerjaan dan reformasi regulasi bisnis. Namun political will
Pemerintah dengan implementasi di lapangan, ternyata adanya gap antara peraturan dengan kenyataan penerapannya. Dalam hal iklim investasi;
berkenaan dengan jual-beli barang lintas perdagangan, pemberian lisensi produksi di luar negeri, dan penanraman modal asing secara langsung.
Universitas Sumatera Utara
Dan, dalam hal daya saing usaha; sektor industri terlebih dahulu harus memperhatikan aspek operasional dan teleologi sehingga bisa menghindari
titik error dengan ide yang terencana dengan baik, terdefenisikan, ke arah hasil yang jelas dalam persfektif pasar yang murni yang bisa menghindari
kesalahan itu baik itu teori ataupun lebih besar pada sistem pengendalian pemerintahan.
B. Saran 1.