cita-cita bangsa yang tercantum di dalam pembukaan UUD, yang memprioritaskan kemajuan kesejahteraan umum, pencerdasan kehidupan bangsa,
dan partisipasi aktif dalam menciptakan perdamaian dunia. Dan meskipun beliau kukuh menyatakan perlu adanya redefenisi yang jauh lebih mendalam tentang
politik luar negeri Indonesia sehingga lebih akurat dan tajam. Prof. Dr. M. Solly Lubis, SH.,
47
di dalam diktat Politik Hukum menyatakan bahwa konsep dasar manajemen kehidupan bangsa merupakan
interaksi dari potensi nasional bangsa yang berupa sumber daya alamnya, sumber daya manusianya, dan science dan tekhnologinya dengan lingkungan suatu
negara-bangsa, baik dalam lingkungan nasional, regional, bahkan ke lingkungan global. Interaksi ini menghasilkan kebijakan luar negeri yang diimplementasikan
dalam PROPENAS, dan dimonitoring serta dievaluasi sehingga menjadi umpan balik dan masukan yang menentukan sejauh mana wawasan nasional dan Haluan
NKRI berubah.
4. Prioritas Dalam Hubungan Luar Negeri RI
Menurut Ali Alatas,
48
bahwa departemen Luar Negeri menetapkan Kebijakan Politik dan Hubungan Luar Negeri yang disebut Euchemical
Diplomacy yaitu merangkul semua warganegara untuk memperluas persahabatan dan kerjasama yang saling menguntungkan dan memprioritaskan:
1. Pemulihan citra Indonesia di mata masyarakat Internasional
2. Pemulihan ekonomi nasional dan kesejahteraan umum
3. Pemeliharaan keutuhan wilayah nasional, persatuan bangsa serta
stabilitas nasional, serta mencegah terjadinya disitegrasi bangsa
47
M. Solly Lubis, Diktat Politik Hukum, PPS Ilmu Hukum USU 2008, hal. 65.
48
Ali Alatas, Garis Besar Kebijakan Luar Negeri dan Diplomasi RI Memasuki Abad 21,www.google.com.diakses pada 12 September 2008.
Universitas Sumatera Utara
4. Peningkatan hubungan bilateral dengan prioritas negara-negara yang
dapat membantu percepatan pemulihan ekonomi, perdagangan, investasi dan pariwisata
5. Memajukan kerjasama internasional dalam rangka perdamaian dunia
Kekhawatiran Ari Margiono bahwa NKRI yang menjadi inward looking
agaknya bisa diperbaiki dengan adanya A New Global Social Contract antara negara majuberkembang. Diantaranya adalah dengan membuat;
1. Sebuah komitmen dari negara-negara maju untuk menciptakan rezim
perdagangan yang lebih fair. 2.
Sebuah pendekatan baru untuk hak atas kekayaan intelektual dan promosi riset.
3. Sebuah persetujuan dari negara-negara berkembang atas their
environmental services. 4.
Sebuah komitmen dari negara-negara maju untuk membayar negara- negara berkembang atas sumber daya mereka yang dieksploitasi
negara-negara maju.
5. Mereformasi arsitektur keuangan global yang akan mengurangi
ketidakstabilan, dan lain sebagainya. Akan tetapi Arip Musthopa
49
berpendapat bahwa ada yang tidak dapat dihindari, namun ada yang tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang given, seperti
ekonomi dan politik. Untuk itu Indonesia harus berupaya meningkatkan peranannya dalam pengambilan keputusan di lembaga internasional.
5. Kondisi Makrostruktur Sistem Internasional Terhadap Negara