Percobaan Rumah Kaca METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

53

3.7.1 Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah: 1 Mengkaji pengaruh pemberian pupuk cair berbahan dasar lindi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman; 2 Mengkaji kadar logam berat Pb, Cd dan Cr yang terdapat dalam buah dari tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi.

3.7.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah pupuk cair berbahan dasar lindi yang berasal dari endapan lindi hasil proses aerasi pada laju aerasi 70 litermenit dengan atau tanpa penambahan 1000 ppm CaO atau 0,01 KMnO 4 , 4 macam pupuk cair komersial sebagai pembanding Lauxin  , Alami  , Kontanik  dan Petrovita  , pupuk makro urea, TSP dan KCl untuk memperkaya pupuk cair berbahan dasar lindi, bibit cabai merah, tanah ultisol dan Dithane M45. Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari polibag, media pertanaman, alat semprot, penggaris dan alat untuk penyiraman.

3.7.3 Rancangan Percobaan

Upaya untuk membandingkan pengaruh antar pupuk cair yang digunakan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, maka rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah RAL 1 faktor dengan 2 ulangan. Secara rinci, perlakuan yang diujicobakan dalam percobaan rumah kaca disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Perlakuan percobaan rumah kaca No. Perlakuan No. 1. Kontrol 12. Lindi + 0,01 KMnO 4 dikocok 2. + NPK 13. Lindi + 0,01 KMnO 4 disentrifugasi + NPK 3. Lindi disentrifugasi 14. Lindi + 0,01 KMnO 4 dikocok + NPK 4. Lindi dikocok 15. Lindi + 1000 ppm CaO + 0,01 KMnO 4 disentrifugasi 5. Lindi disentrifugasi + NPK 16. Lindi + 1000 ppm CaO + 0,01 KMnO 4 dikocok 6. Lindi dikocok + NPK 17. Lindi + 1000 ppm CaO + 0,01 KMnO 4 disentrifugasi + NPK 7. Lindi + 1000 ppm CaO disentrifugasi 18. Lindi + 1000 ppm CaO + 0,01 KMnO 4 dikocok + NPK 8. Lindi + 1000 ppm CaO dikocok 19. Alami  9. Lindi + 1000 ppm CaO disentrifugasi + NPK 20. Lauxin  10. Lindi + 1000 ppm CaO dikocok + NPK 21. Kontanik  11. Lindi + 0,01 KMnO 4 disentrifugasi 22. Petrovita  Catatan : + NPK artinya pada pupuk cair berbahan dasar lindi diperkaya dengan 10 N, 10 P dan 10 K yang berasal dari urea, TSP dan KCl. 54

3.7.4 Pelaksanaan

Bibit cabai merah disemaikan pada media persemaian. Setelah bibit tersebut berumur 1 bulan, bibit dipindahkan ke dalam polibag yang berisi 5 kg tanah. Pemberian pupuk daun diberikan seminggu setelah bibit dipindahkan ke polibag. Dosis pupuk cair yang diberikan adalah 4 ml endapan lindi atau 4 ml dari pupuk cair komersial dijadikan 1 liter. Selanjutnya pupuk diberikan dengan cara disemprotkan ke daun 20 semprottanaman. Pemupukan dilakukan setiap minggu. Pemeliharaan tanaman dilakukan apabila diperlukan dengan menggunakan obat pembasmi hama dan penyakit Dithane M45. Pada saat tanaman berumur 18 minggu setelah tanam dilakukan pengamatan terhadap tinggi tanaman, bobot brangkasan, jumlah dan bobot buah serta kadar logam berat pada buah. Gambar 12. Bibit cabai sesaat sebelum dipindahkan ke polibag

3.7.5 Analisis Data

Beberapa parameter yang diamati pada tanaman terdiri dari : pertumbuhan tanaman tinggi tanaman dan bobot biomassa di atas tanah dan produksi jumlah buah dan bobot buah. Setelah selesai pertanaman diukur kadar Pb, Cd dan Cr pada buah. Data yang diperoleh dari percobaan ini dianalisis dengan anova sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. 55

3.7.6 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan untuk mengukur parameter yang diteliti pada tahap percobaan ini disajikan pada Tabel 25. Tabel 25. Metode analisis yang digunakan pada percobaan rumah kaca No. Parameter yang diukur Metode Analisis 1. Tinggi Tanaman cm - 2. Bobot Brangkasan gr - 3. Jumlah buah - 4. Bobot buah gr - 5. Pb ppm Pengabuan keringSNI 06-6989-8-2004 6. Cd ppm Pengabuan keringSNI 06-6989-16-2004 7. Cr ppm Pengabuan keringSNI 06-6989-17-2004 56

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Aerasi untuk Menurunkan Polutan Lindi

Pengolahan lindi menjadi efluen yang aman untuk dibuang ke lingkungan dilakukan melalui proses aerasi dengan memberikan empat laju alir udara yang berbeda 0 litermenit, 10 litermenit, 30 litermenit dan 70 litermenit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efluen hasil olahan aerasi yang berasal dari kran atas menunjukkan kualitas lebih baik dibanding sebelumnya. Efektivitas tertinggi dalam menurunkan polutan dari lindi terjadi pada perlakuan pemberian udara pada laju aerasi 70 litermenit. Secara rinci, hasil analisis uji keragaman uji F terhadap parameter yang diukur saat percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 2 - Tabel Lampiran 4.

4.1.1 Pengaruh Laju Aerasi terhadap Efektivitas Penurunan BOD

5 , COD, E. coli, NH 3 dan Sulfida Pengolahan aerasi merupakan cara tradisional dalam pengolahan lindi. Cara ini efektif dalam menghilangkan pencemar organik terlarut yang terdapat dalam lindi Abbas et al., 2009. Sejalan dengan hal tersebut, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa selama proses aerasi berlangsung, nilai BOD 5 yang ada dalam lindi mengalami penurunan. Besar penurunan tiap jam dari masing-masing laju aerasi sebagaimana disajikan pada Gambar 13 dengan efektivitas dalam menurunkan nilai BOD 5 dari keempat laju aerasi disajikan pada Gambar 14. Gambar 13. Fluktuasi nilai BOD 5 pada 4 taraf laju aerasi 57 Gambar 13 memperlihatkan bahwa perlakuan dengan laju aerasi tertinggi 70 litermenit menyebabkan BOD 5 mengalami penurunan yang drastis dan mencapai nilai terendah 73,12 ppm dalam waktu yang paling singkat yakni pada jam ke 2. Pada laju aerasi 30 litermenit, BOD 5 minimum 81,36 ppm dicapai pada jam ke 5, sedangkan pada perlakuan dengan laju aerasi 10 litermenit dan 0 litermenit, nilai- nilai BOD 5 pada jam ke 2 dan jam ke 5 masih jauh lebih tinggi dibanding nilai BOD 5 pada laju aerasi 70 litermenit dan 30 litermenit. Efektivitas tertinggi dalam menurunkan nilai BOD 5 terdapat pada perlakuan pemberian udara dengan laju aerasi 70 litermenit Gambar 14. Fenomena tersebut di atas menunjukkan bahwa laju aerasi berpengaruh terhadap laju penurunan nilai BOD 5 . Metcalf dan Eddy 2003 mengemukakan bahwa penghilangan BOD5 terjadi sebagai akibat degradasi bahan organik oleh mikroorganisme menjadi zat- zat lain yang lebih sederhana. Disamping itu, menurut Park et al. 2004, penurunan BOD 5 juga dapat disebabkan bahan organik terlarut dapat teroksidasi langsung akibat keberadaan oksigen. Gambar 14. Efektivitas penurunan BOD 5 dari masing-masing laju aerasi