Penggunaan Zeolit untuk Menurunkan Polutan yang Masih Tersisa

75 Hasil penelitian menunjukkan bahwa efluen hasil olahan aerasi 70 litermenit yang dilewatkan melalui zeolit memperlihatkan kualitas yang lebih baik dibanding sebelumnya. Hal ini terlihat dari nilai TDS, NH 3 , sulfida dan kadar logam terlarut Cu, Zn, Mn, Fe, Pb, Cd dan Cr serta bahan organik BOD dan COD pada efluen yang telah melewati zeolit mengalami penurunan. Secara rinci, hasil percobaan ini akan diuraikan di bawah ini.

4.2.1 Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit terhadap Nilai TDS

Nilai TDS pada efluen yang dilewatkan melalui zeolit lebih rendah dibanding nilai TDS pada efluen hasil olahan aerasi pada laju 70 litermenit. Hal ini ditunjukan oleh penurunan nilai TDS setelah efluen hasil aerasi 70 litermenit dilewatkan melalui zeolit Gambar 36. Penurunan nilai TDS ini terjadi karena sejumlah bahan terlarut mampu ditahan oleh zeolit. Penurunan nilai TDS pada ketiga efluen menunjukkan bahwa pada awal penuangan nilai TDS akan mengalami penurunan hingga pada volume tertentu untuk kemudian nilai TDS akan meningkat kembali sebagai akibat kompleks jerapan maupun ruang pori zeolit mulai dijenuhi oleh polutan. Nilai TDS dari penuangan ke 1 hingga ke 40 pada efluen dari zeolit berukuran 20 – 30 mesh menunjukkan nilai terendah. Hal ini menunjukkan bahwa zeolit ukuran 20 – 30 mesh paling efektif dalam menurunkan polutan lindi. Efektivitas tertinggi dalam menurunkan nilai TDS dari zeolit berukuran 20 – 30 mesh terdapat pada penuangan ke 20, yakni sebesar 30,70 Gambar 37. Gambar 36. Nilai TDS pada efluen dari ketiga ukuran partikel zeolit 76 Gambar 37. Efektivitas penurunan nilai TDS dari ketiga ukuran partikel zeolit Zeolit ukuran kasar 5 – 10 mesh atau 10 – 20 mesh secara fisik kurang efektif dalam penyaringan karena ada bahan yang tidak mengalami penyaringan dibandingkan zeolit yang lebih halus 20 – 30 mesh sehingga menyebabkan kemampuan menurunkan polutan dari zeolit berukuran lebih kasar 5 – 10 mesh atau 10 – 20 mesh menjadi lebih rendah. Hal ini ditunjukkan oleh nilai TDS pada efluen yang telah melewati zeolit yang lebih kasar lebih tinggi dibanding nilai TDS pada efluen yang telah melewati zeolit yang berukuran lebih halus. Kemampuan yang lebih tinggi dari zeolit berukuran partikel 20 – 30 mesh dalam menurunkan nilai TDS dibanding zeolit berukuran 5 – 10 mesh atau 10 – 20 mesh juga berkaitan dengan kapasitas tukar kation KTK dari zeolit berukuran 20 – 30 mesh yang lebih tinggi dibanding zeolit berukuran 5 – 10 mesh atau 10 – 20 mesh Tabel 28. Menurut Tan 1993, KTK berkaitan dengan kemampuan dalam menukar ion. Tabel 28. KTK dari zeolit yang digunakan dalam penelitian Ukuran Partikel Zeolit KTK me100 g 5 – 10 mesh 66,65a 10 – 20 mesh 100,15a 20 – 30 mesh 157,92b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata pada taraf 1. 77 Selain berkaitan dengan kemampuan zeolit dalam menjerap polutan terlarut, KTK juga berkaitan dengan kemampuan dalam menjerap air. Semakin tinggi KTK, semakin tinggi pula kemampuan zeolit dalam menjerap molekul air. Hal ini pula yang menyebabkan jumlah efluen yang mampu melewati zeolit berukuran partikel lebih halus 20 – 30 mesh pada saat-saat awal penuangan lebih rendah dibanding jumlah efluen yang berhasil melewati zeolit berukuran partikel lebih kasar 5 – 10 mesh atau 10 – 20 mesh Gambar 38. Gambar 38. Jumlah efluen ml yang dapat melewati zeolit volume bahan yang dialirkan 150 ml Gambar 38 memperlihatkan bahwa setiap kali penuangan penuangan pertama hingga penuangan keenam, jumlah efluen yang berhasil melewati zeolit berukuran 20 – 30 mesh lebih rendah dibanding jumlah efluen yang berhasil melewati zeolit berukuran partikel 5 – 10 mesh atau 10 – 20 mesh. Pada zeolit berukuran partikel 5 – 10 mesh, jumlah lindi yang dituangkan ke zeolit 150 ml baru akan sama dengan jumlah efluen yang keluar melalui zeolit tersebut pada penuangan keempat. Pada zeolit berukuran partikel 10 – 20 mesh, jumlah efluen baru akan sama dengan jumlah lindi yang masuk ke media filter tersebut pada penuangan keenam, sedangkan pada zeolit berukuran partikel 20 – 30 mesh, jumlah lindi yang masuk ke zeolit dan keluar sebagai efluen baru akan sama pada penuangan ketujuh. 78 Fenomena tersebut menunjukkan bahwa zeolit berukuran partikel lebih halus 20 – 30 mesh nyata memiliki kemampuan menjerap air lebih tinggi dibanding zeolit berukuran partikel lebih kasar 5 – 10 mesh atau 10 – 20 mesh. Air dapat dijerap oleh zeolit dikarenakan zeolit memiliki kapasitas tukar kation KTK yang tinggi.

4.2.2 Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit terhadap Kadar NH

3 , Sulfida, BOD 5 dan COD Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengolahan aerasi pada laju 70 litermenit ternyata masih menyisakan NH 3 sebesar 2,33 ppm dan sulfida 1,17 ppm pada efluennya. Namun setelah efluen tersebut dilewatkan melalui zeolit pada tiga ukuran partikel yang berbeda, ketiga efluennya menunjukkan kadar NH 3 dan sulfida lebih rendah dibanding sebelum dilewatkan melalui zeolit tanpa zeolit Gambar 39. Hal ini menunjukkan bahwa zeolit mampu menurunkan NH 3 dan sulfida yang masih tersisa yang terdapat pada efluen hasil olahan aerasi pada laju 70 litermenit. Adapun efektivitas penurunan NH 3 dan sulfida dari masing-masing ukuran partikel zeolit disajikan pada Gambar 40. Gambar 39. Kadar NH 3 dan sulfida pada efluen setelah melewati zeolit Gambar 39 memperlihatkan bahwa kadar NH 3 dan sulfida terendah terdapat pada efluen yang telah melewati zeolit berukuran partikel 20 – 30 mesh, yakni 1,07 ppm dan 0,82 ppm; sedangkan Gambar 40 menunjukkan bahwa efektivitas tertinggi dalam menurunkan NH 3 dan sulfida yang tersisa, juga terdapat pada zeolit berukuran partikel 20 – 30 mesh, yakni sebesar 53,73 dan 30,02. 79 Gambar 40. Efektivitas penurunan NH 3 dan sulfida pada masing-masing ukuran partikel zeolit Zeolit dengan ukuran partikel lebih halus 20 mesh – 30 mesh lebih mampu dan memiliki efektivitas tertinggi dalam menurunkan NH 3 . Kemampuan ini juga berkaitan erat dengan kapasitas tukar kation KTK zeolit pada ukuran 20 – 30 mesh lebih tinggi dan nyata berbeda dibanding zeolit yang berukuran lebih kasar 10 – 20 mesh atau 5 – 10 mesh. Penjerapan NH 3 oleh zeolit terjadi melalui proses pertukaran dengan ion yang dijerap sebelumnya. Di lain pihak, pada zeolit berukuran 20 – 30 mesh, karena ukuran partikel pada zeolit tersebut lebih kecil dibanding zeolit berukuran partikel 5 – 10 mesh atau 10 – 20 mesh menyebabkan jumlah senyawa sulfida yang terperangkap dalam pori- pori zeolit tersebut menjadi lebih banyak. Hal ini ditunjukkan oleh kadar sulfida dalam efluen setelah melewati zeolit berukuran 20 – 30 mesh lebih rendah dibanding kadar sulfida yang terdapat pada efluen yang melewati zeolit berukuran partikel 5 – 10 mesh atau 10 – 20 mesh. Terkait dengan kemampuan zeolit dalam menurunkan NH 3 , Suyartono dan Husaini 1991 mendapatkan dari hasil penelitiannya, limbah cair yang mengandung NH 3 sebesar 0,3 ppm setelah direndam pada zeolit selama 5 hari, kadar NH 3 berkurang menjadi 0,02 ppm. Disamping mempunyai kemampuan menurunkan NH 3 dan sulfida yang masih tersisa yang terdapat pada efluen hasil olahan aerasi pada laju 70 litermenit, zeolit ternyata juga mampu menurunkan BOD 5 dan COD yang masih tersisa. Hal ini ditunjukan oleh nilai BOD 5 dan COD pada efluen setelah dilewatkan pada zeolit dari ketiga ukuran 80 partikel lebih rendah dibanding sebelumnya tanpa zeolit Gambar 41. Zeolit dengan ukuran partikel lebih halus 20 – 30 mesh lebih mampu menurunkan nilai BOD 5 dan COD yang masih tersisa dibanding zeolit yang berukuran lebih kasar 5 – 10 mesh atau 10 – 20 mesh. Demikian halnya dengan efektivitas dalam menurunkan nilai BOD 5 dan COD yang masih tersisa, efektivitas tertinggi dalam menurunkan kedua bahan ini juga terjadi pada zeolit berukuran 20 – 30 mesh yakni 47,96 dan 50,15 Gambar 42. Terkait dengan kemampuan zeolit dalam menurunkan COD, Suyartono dan Husaini 1991 juga mendapatkan dari hasil penelitiannya, limbah cair yang mengandung COD sebesar 20,82 ppm setelah direndam pada zeolit selama 5 hari, 10 hari dan 30 hari, kadar COD berkurang berturut-turut menjadi 10,62 ppm, 6,72 ppm dan 4,79 ppm. Gambar 41. Kadar BOD 5 dan COD pada efluen setelah melewati zeolit 81 Gambar 42. Efektivitas penurunan BOD 5 dan COD pada masing-masing ukuran partikel zeolit Kemampuan yang tinggi dari zeolit berukuran lebih halus dibanding zeolit yang berukuran lebih kasar dalam menurunkan nilai BOD 5 dan COD dari limbah cair berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih halus yang menyebabkan ukuran rongga menjadi lebih kecil dibanding partikel yang berukuran lebih kasar. Semakin kecil ukuran rongga, maka zeolit akan semakin mampu menyaring polutan yang lewat. Selain lebih mampu menurunkan NH 3 , sulfida, BOD 5 dan COD; ternyata zeolit berukuran partikel 20 – 30 mesh juga lebih mampu menurunkan E. coli dibanding zeolit berukuran 5 – 10 mesh atau 10 – 20 mesh seperti yang ditunjukan oleh data yang dihasilkan pada penelitian ini sebagai berikut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Husaini 1993 yang juga mendapatkan bahwa penggunaan zeolit dapat menurunkan E. coli dari limbah cair yang diproses. 45 35 30 20 25 32 39 46 N il a i E . co li M P N 1 m l Tanpa zeolit 5 10 mesh 10 20 mesh 20 30 mesh Penggunaan Zeolit 22,5 32,5 55 15 30 45 60 E fe k ti v it a s P e n u ru n a n E . c o li 5 10 m esh 10 20 m esh 20 30 m esh Penggunaan Zeolit Gambar 43. Nilai E. coli pada efluen dari Gambar 44. Efektivitas penurunan ketiga ukuran partikel zeolit nilai E. coli dari ketiga ukuran partikel zeolit 82

4.2.3 Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit terhadap Penurunan Logam Terlarut

dan pH Kemampuan zeolit dalam menukar ion menyebabkan zeolit sering dimanfaatkan dalam menurunkan bau yang disebabkan oleh amoniak NH 3 dan sulfida yang terdapat dalam limbah cair. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Zorpas et al. 2000, zeolit juga dapat menurunkan kadar Cu, Zn, Mn, Fe, Pb, Cd dan Cr dalam air limbah. Sebagian dari logam-logam tersebut seperti Cu, Zn, Mn dan Fe merupakan hara mikro bagi tanaman. Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini dimanfaatkan untuk menjerap logam-logam tersebut yang masih ada pada efluen hasil olahan aerasi pada laju 70 litermenit agar dihasilkan efluen yang lebih aman dialirkan ke lingkungan dengan jumlah logam terlarut yang lebih rendah. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa logam terlarut yang masih tersisa di dalam efluen hasil olahan aerasi dengan laju 70 litermenit selama 6 jam ternyata masih mampu diturunkan lagi dengan cara melewatkannya melalui zeolit. Kadar beberapa logam terlarut Cu, Zn, Mn, Fe, Pb, Cd dan Cr pada masing-masing efluen setelah efluen tersebut melewati zeolit yang berbeda ukuran partikelnya disajikan pada Tabel 29, sedangkan efektivitas dari penurunan logam terlarut dari ketiga ukuran partikel zeolit disajikan pada Gambar 45. Tabel 29. Kadar beberapa logam terlarut pada efluen hasil olahan aerasi setelah efluen dilewatkan melalui zeolit Media Filter Kadar logam terlarut pada efluen ppm Cu Zn Mn Fe Pb Cd Cr Tanpa zeolit 0,021a 0.070a 0,235a 2,380a 0,022a 0,030a 0,0410a Zeolit 5 – 10 mesh 0,016a 0,057ab 0,177b 1,790ab 0,014ab 0,020b 0,0290b Zeolit 10 – 20 mesh 0,014ab 0,048bc 0,156b 1,490bc 0,010b 0,014bc 0,0250bc Zeolit 20 – 30 mesh 0,008b 0,034c 0,139b 0,850c 0,006b 0,010c 0,022c Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata pada taraf 1. Penggunaan zeolit sebagai penjerap logam menyebabkan kompleks jerapan dijenuhi oleh logam tersebut. Zeolit yang telah jenuh karena mengandung hara mikro dapat dijadikan bahan pembenah tanah. Hasil penelitian Suherman et al. 2005 menunjukkan bahwa penggunaan zeolit mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Khusus untuk zeolit yang telah digunakan pada proses penyaringan polutan lindi, karena mengandung logam berat lainnya, maka tidak disarankan untuk digunakan pada tanaman pangan. Zeolit ini dapat dimanfaatkan oleh Dinas Pertamanan untuk meningkatkan kesuburan tanaman-tanaman hias yang ada di sepanjang jalan-jalan kota. 83 23,57 33,18 64,19 19,24 31,46 51,55 24,51 33,74 40,96 24,76 37,32 64,47 36,25 56,67 72,92 34,82 52,91 66,52 29,07 38,88 46,24 1 5 2 5 3 5 4 5 5 5 6 5 7 5 E fe k ti v it a s P e n u ru n a n L o g a m M ik ro Cu Z n M n Fe Pb Cd Cr Loga m M ikro 5 - 1 0 m e sh 1 0 - 2 0 m e sh 2 0 -3 0 m e sh Gambar 45. Efektivitas penurunan logam terlarut yang masih tersisa dari ke 3 ukuran partikel zeolit Zeolit berukuran partikel 20 – 30 mesh memiliki efektivitas tertinggi dalam menurunkan logam terlarut. Hal ini berkaitan dengan KTK dari zeolit berukuran 20 – 30 mesh yang lebih tinggi dibanding KTK dari zeolit berukuran partikel lebih kasar 5 – 10 mesh atau 10 – 20 mesh Tabel 28. Semakin tinggi nilai KTK, semakin besar pula kemampuan zeolit dalam menjerap dan menukar ion. Ukuran partikel zeolit yang berbeda ternyata menyebabkan perbedaan pH pada efluennya. pH dari efluen yang telah melewati zeolit lebih rendah dibanding pH sebelumnya Gambar 46. Fenomena ini dapat terjadi sebagai akibat terjadi pertukaran antara ion H + yang ada pada zeolit dengan ion logam yang terdapat dalam lindi. pH dari efluen yang telah melewati zeolit yang berukuran partikel 20 – 30 mesh lebih rendah dibanding pH dari efluen yang telah melewati zeolit yang berukuran partikel 5 – 10 mesh atau 10 – 20 mesh juga akibat KTK pada zeolit yang berukuran 20 – 30 mesh lebih tinggi dibanding KTK dari zeolit berukuran partikel 5 – 10 mesh atau 10 – 20 mesh. Zeolit dengan KTK yang tinggi memiliki potensi yang lebih besar untuk menghasilkan H + melalui proses pertukaran ion dibanding zeolit dengan KTK rendah. Semakin banyak H + yang ditukar dengan logam-logam terlarut menyebabkan H + semakin banyak pada efluen sehingga pH efluen semakin rendah. 84 Gambar 46. pH dari efluen setelah efluen hasil olahan aerasi dilewatkan melalui zeolit

4.2.4 Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit terhadap

Total Suspended Solid TSS dan Jumlah Padatan Mengendap Selain kemampuan dalam menurunkan logam terlarut dan bahan organik dari lindi yang diolah, hal lain yang perlu mendapat perhatian dalam menentukan ukuran partikel zeolit yang layak digunakan untuk menurunkan polutan yang masih tersisa dari lindi terolah adalah total suspended solid TSS dan jumlah padatan mengendap. Hasil penelitian ini mendapatkan nilai TSS dan jumlah padatan mengendap yang terdapat pada efluen dari tiga ukuran partikel zeolit seperti yang terdapat pada Gambar 47 dan Gambar 49. Zeolit yang telah jenuh oleh polutan memiliki efektivitas yang rendah. Apabila zeolit ini akan digunakan kembali sebagai penjerap polutan, maka upaya untuk meningkatkan kapasitas penjerapan zeolit tersebut dapat dilakukan melalui proses regenerasi. Regenerasi secara fisik dapat dilakukan melalui pemanasan, namun hal ini hanya untuk menghilang air yang terjerap di dalam zeolit. Zeolit yang jenuh dengan polutan berupa logam yang terjerap dapat diregenerasi dihilangkan polutannya melalui cara kimia melalui penggunaan garam NaCl, asam H 2 SO 4 atau basa NaOH untuk mengeluarkan polutan-polutan yang terjerap. Hasil penelitian Widianti 2007 didapatkan bahwa penggunaan 0,5 N NaCl; 0,2 N H 2 SO 4 atau 0,2 N NaOH menunjukkan nilai KTK tertinggi. 85 Gambar 47. TSS pada efluen dari ketiga ukuran partikel zeolit 3 0 ,9 3 4 8 ,1 2 7 7 ,0 3 2 5 4 5 6 5 8 5 E f e k ti v it a s P e n u r u n a n T S S 5 1 0 m e s h 1 0 2 0 m e s h 2 0 3 0 m e s h P e n g g u n a a n Z e o lit Gambar 48. Efektivitas penurunan TSS dari ketiga ukuran partikel zeolit 86 Gambar 49. Jumlah padatan mengendap ml150 ml pada efluen dari ketiga ukuran partikel zeolit TSS berkaitan dengan kekeruhan dan kekeruhan berkaitan dengan pencemaran pada badan-badan air penerima terutama berkaitan dengan kemampuan sinar matahari menembus ke bagian yang lebih bawah dari badan air. Semakin tinggi TSS, badan air akan semakin keruh dan hal ini dapat menghambat proses fotosintesis oleh fitoplankton. Apabila fotosintesis berkurang akan berakibat pada penurunan jumlah oksigen terlarut. Hal ini akan berakibat buruk bagi kehidupan biotik dalam badan air penerima. Jumlah padatan mengendap berkaitan dengan jumlah bahan-bahan yang mengendap yang terkandung dalam efluen yang dihasilkan. Jumlah padatan mengendap dapat berpengaruh buruk bagi badan air penerima karena berkaitan langsung dengan proses pendangkalan pada badan air penerima. Apabila terjadi pendangkalan pada badan air penerima berarti akan menambah biaya dalam pengelolaan badan air. Oleh karena itu, dalam pemilihan ukuran partikel zeolit yang akan digunakan dalam proses pengolahan lindi untuk menurunkan polutan yang masih tersisa, kedua hal ini juga perlu mendapatkan perhatian. 87 Hasil penelitian ini, seperti yang disajikan pada Gambar 47 dan Gambar 49 menunjukkan nilai TSS dan jumlah padatan mengendap dari efluen yang dilewatkan melalui zeolit berukuran 5 – 10 mesh dan 10 – 20 mesh lebih tinggi dibanding nilai TSS dan jumlah padatan mengendap dari efluen yang dilewatkan pada zeolit yang berukuran 20 – 30 mesh. TSS dan jumlah padatan mengendap dari efluen yang telah melewati zeolit berkaitan dengan ukuran partikel zeolit karena ukuran partikel zeolit berpengaruh terhadap ukuran rongga, selanjutnya ukuran rongga berkaitan langsung dengan kemampuan zeolit dalam melewatkan bahan padatan yang berukuran sangat halus yang menempel pada partikel zeolit sebagai akibat proses penggerusan saat pembuatan partikel pada ukuran yang diinginkan. Zeolit yang berukuran lebih kasar 5 – 10 mesh atau 10 – 20 mesh memiliki rongga yang lebih besar dibanding zeolit berukuran 20 – 30 mesh. Oleh karenanya, kemampuan melewatkan bahan padatan dari zeolit berukuran 5 – 10 mesh atau 10 – 20 mesh lebih besar dibanding zeolit berukuran 20 – 30 mesh.

4.2.5 Ukuran Partikel Zeolit yang Layak Digunakan dalam Pengolahan Tahap II

Sebagai akibat perbedaan kemampuan dalam menurunkan polutan dari ketiga ukuran partikel zeolit menyebabkan perbedaan visual dari efluennya. Secara visual, efluen yang dilewatkan pada masing-masing ukuran partikel zeolit ditampilkan pada Gambar 50. Gambar 50. Efluen dari ketiga ukuran partikel zeolit Efluen dari zeolit 5 10 mesh Efluen dari zeolit 10 20 mesh Efluen dari zeolit 20 30 mesh 88 Gambar 50 menunjukkan bahwa efluen yang telah melewati zeolit berukuran partikel 20 – 30 mesh lebih cerah dibanding efluen dari zeolit berukuran partikel lebih kasar. Perbedaan warna dari ketiga efluen tersebut berkaitan dengan kandungan polutan yang masih tersisa. Oleh karena zeolit dengan ukuran partikel 20 – 30 mesh lebih mampu menurunkan beberapa parameter pencemar seperti NH 3 , sulfida, BOD 5 , COD, logam terlarut Cu, Zn, Mn, Fe, Pb, Cd, Cr, TSS dan padatan mengendap maka zeolit dengan ukuran partikel 20 – 30 mesh lebih layak digunakan dalam pengolahan lanjutan dibanding zeolit berukuran 5 – 10 mesh atau 10 – 20 mesh.

4.2.6 Pengaruh Jumlah Tahapan Pengolahan terhadap Kualitas Efluen yang

Dihasilkan Efektivitas penurunan polutan dari pengolahan 1 tahap pengolahan aerasi pada laju 0, 10, 30 atau 70 litermenit dan pengolahan 2 tahap pengolahan aerasi pada laju 70 litermenit yang dilanjutkan dengan pengolahan menggunakan zeolit berukuran 5 – 10 mesh, 10 – 20 mesh atau 20 – 30 mesh serta kadar beberapa parameter pencemar yang terdapat pada efluen dari masing-masing pengolahan disajikan pada Tabel 30. Tabel 30. Efektivitas penurunan polutan lindi dari pengolahan tahap I dan tahap II Po lut a n Efektivitas Penurunan Polutan Lindi melalui Pengolahan Tahap I Efektivitas Penurunan Polutan Lindi melalui Pengolahan Tahap II lmnt 10 lmnt 30 lmnt 70 lmnt 5 - 10 mesh 10 - 20 mesh 20 - 30 mesh BOD 5 3,87a 29,98b 70,32c 74,63c 8,15a 17,92a 47,96b COD 2,11a 14,63a 50,71b 74,53c 15,27a 30,09ab 50,15b NH 3 -1,67a 24,38b 60,93c 66,60c 14,22a 40,95b 53,73b Sulfida -2,20a 23,24b 55,51c 74,67c 8,85a 13,31a 30,02b TDS -0,31a 3,82b 6,25b 12,83c 14,04a 17,89a 30,70b Cu 2,38a 9,76b 29,27c 48,78d 23,81a 33,33a 61,90b Zn 1,12a 10,23b 17,05c 20,45c 19,24a 31,46ab 51,55b Mn 0,13a 14,07b 28,39c 70,22d 24,51a 33,74ab 40,96b Fe 0,03a 11,07b 26,00c 38,74d 24,76a 37,32b 64,47c Pb 1,87a 3,62b 3,85b 15,38c 36,25a 56,67b 72,92c Cd 0,76a 20,00b 40,00c 53,85c 34,82a 52,91ab 66,52b Cr 0,56a 19,10b 38,20c 53,93d 29,07a 38,88ab 46,24b

E. coli

-7,29a 14,59b 42,02c 66,49d 22,50a 32,50ab 55,00b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu baris berdasarkan pengolahan tahap 1 atau pengolahan tahap 2 tidak berbeda nyata pada taraf 1. Efektivitas pengolahan tahap I pemberian udara aerasi pada laju 0, 10, 30 dan 70 litermenit. Efektivitas pengolahan tahap II pengolahan efluen hasil olahan aerasi pada laju 70 litermenit melalui zeolit pada ukuran partikel 5 – 10 mesh, 10 – 20 mesh atau 20 – 30 mesh. 89 Tabel 31. Nilai beberapa parameter pencemar pada efluen hasil olahan tahap I dan tahap II serta baku mutu pada masing-masing golongan peruntukan Parameter Pencemar Pada Efluen Hasil Olahan 1 Tahap Pada Efluen Hasil Olahan 2 Tahap Baku Mutu Nilai Nilai Gol. A Gol. B Gol. C Gol. D pH 9,05a 8,25a 6 - 9 6 - 9 6 - 9 6 - 9 DO ppm 10,2a 9,2a 6 4 3 BOD 5 ppm 80,76a 41,74b 2 3 6 12 COD ppm 166,15a 82,56b 10 25 50 100 E. coli MPN100 ml 450a 200b 1000 5000 10000 10000 NH 3 ppm 2,33a 1,07b 0,5 - - - Sulfida ppm 1,17a 0,82b 0,002 0,002 0,002 - TDS ppm 2850a 1975b 1000 1000 1000 2000 TSS ppm 128,8a 37,90b 50 50 400 400 Padatan Mengendap ml150ml 2,45a 0,2b - - - - Cu ppm 0,021a 0,008b 0,02 0,02 0,02 0,2 Zn ppm 0,070a 0,034b 0,05 0,05 0,05 2 Mn ppm 0,235a 0,139b 1 - - - Fe ppm 2,380a 0,850b 0,3 - - - Pb ppm 0,022a 0,006b 0,03 0,03 0,03 1 Cd ppm 0,030a 0,010b 0,01 0,01 0,01 0,01 Cr ppm 0,041a 0,022b 0,05 0,05 0,05 0,01 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu baris tidak berbeda nyata pada taraf 1.. Pengolahan aerasi pada laju 70 litermenit. Pengolahan aerasi pada laju 70 litermenit yang dilanjutkan dengan melewatkan efluen hasil pengolahan tersebut melalui zeolit yang berukuran partikel 20 – 30 mesh. Baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001. Tabel 31 menunjukkan bahwa kadar polutan pada efluen hasil pengolahan 2 tahap dengan memberikan perlakuan pemberian udara pada laju 70 litermenit yang dilanjutkan dengan melewatkan efluen hasil pengolahan tersebut melalui zeolit yang memiliki ukuran partikel 20 – 30 mesh nyata lebih rendah dibanding kadar polutan pada efluen hasil pengolahan hanya dengan memberikan udara pada laju 70 litermenit. Hal ini menunjukkan bahwa pengolahan lanjutan dengan menggunakan zeolit efektif dalam menurunkan polutan yang masih tersisa. 90 Beberapa parameter pencemar yang masih di atas baku mutu untuk golongan D pertanian, meskipun efluen tersebut telah diolah dengan cara aerasi pada laju 70 litermenit adalah BOD, COD, nilai TDS, TSS, Cu, Cd dan Cr. Parameter yang dapat diturunkan lagi hingga di bawah baku mutu melalui pengolahan tahap II dengan cara melewatkan efluen tersebut melalu zeolit yang berukuran 20 – 30 mesh adalah COD, nilai TDS, Cu dan Cd. Pengolahan yang disarankan untuk mendapatkan efluen yang aman dialirkan ke lingkungan adalah melalui pengolahan dua tahap, yakni pada tahap pertama pengolahan dilakukan melalui pemberian udara dengan laju 70 litermenit selama 6 jam yang dilanjutkan dengan pengolahan tahap kedua dengan cara melewatkannya melalui zeolit berukuran 20 - 30 mesh. Pemilihan ini didasarkan pada kemampuan menurunkan sejumlah polutan dari pengolahan dua tahap lebih tinggi dibanding pengolahan satu tahap yang ditunjukkan oleh nilai-nilai parameter pencemar yang lebih rendah dibanding pengolahan satu tahap. 91

4.3 Pengaruh Jenis dan Dosis Kapur terhadap Beberapa Parameter Kimia pada

Sentrat maupun Endapan Perlakuan pemberian empat jenis kapur CaO, CaOH 2 , CaCO 3 dan dolomit pada 11 dosis yang berbeda 500, 750, 1000, 1250, 1500, 1750, 2000, 3000, 4000, 5000 dan 6000 ppm untuk menjadikan endapan hasil olahan aerasi pada laju 70 litermenit sebagai bahan pupuk cair memberikan hasil yang berbeda. Secara rinci, hasil analisis uji keragaman uji F terhadap parameter yang diukur saat percobaan ini disajikan pada Tabel Lampiran 7 dan 8. Pemberian jenis kapur yang berbeda pada 11 dosis yang berbeda dilanjutkan dengan proses fisik sentrifugasi atau pengocokan ternyata menyebabkan perbedaan pada beberapa parameter kimia nilai TDS, pH dan Ca 2+ pada sentrat dan kadar beberapa logam mikro Cu, Zn, Mn, Fe, Pb, Cd dan Cr maupun bahan organik pada endapan. Gambaran umum dari hasil penelitian pada tahap percobaan ini menunjukkan bahwa pemberian kapur jenis CaO dan CaOH 2 menyebabkan perubahan terhadap nilai TDS, pH dan Ca 2+ dengan pola perubahan yang serupa. Pola perubahan tersebut berbeda dengan pola perubahan yang disebabkan oleh pemberian kapur jenis CaCO 3 dan dolomit. Pemberian jenis kapur yang berbeda pada dosis yang berbeda ternyata juga berpengaruh terhadap jumlah logam mikro dan bahan organik yang dapat diendapkan. Beberapa logam mikro dalam endapan mengalami penurunan dan beberapa logam mikro lainnya justru mengalami peningkatan bila dosis kapur yang diberikan makin ditingkatkan; sedangkan jumlah bahan organik yang dapat diendapkan ternyata makin meningkat bila dosis kapur CaO, CaOH 2 , CaCO 3 dan dolomit yang diberikan makin tinggi. Secara rinci, nilai dari masing-masing parameter tersebut akan diuraikan di bawah ini.

4.3.1 Pengaruh Jenis dan Dosis Kapur terhadap Nilai TDS, pH, dan Kadar Ca

2+ pada Sentrat Hasil percobaan mendapatkan bahwa pemberian kapur yang berbeda pada lindi yang akan dijadikan bahan pupuk cair ternyata menyebabkan perbedaan nilai TDS pada sentrat. Secara rinci, nilai TDS pada sentrat dari masing-masing dosis kapur disajikan pada Tabel 32. 92 Tabel 32. Nilai TDS pada sentrat dari perlakuan kapur Dosis ppm CaO CaOH 2 CaCO 3 Dolomit 500 2765 bc 2785 b 2912,5 a 2895 a 750 2695 abc 2700 b 2860 a 2932,5 ab 1000 2467,5 a 2442,5 a 2797,5 a 2942,5 ab 1250 2642,5 ab 2617,5 ab 2785 a 2957,5 ab 1500 2905 c 2755 b 2752,5 a 2962,5 ab 1750 3347,5 d 3082,5 c 2725 a 2967,5 ab 2000 3702,5 e 3662,5 d 2685 a 2980 ab 3000 5662,5 f 4785 e 2680 a 3072,5 abc 4000 6900 g 5977,5 f 2670 a 3205 bc 5000 7710 h 7095 g 2670 a 3325 cd 6000 8287,5 i 7352,5 h 2690 a 3497,5 d Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata pada taraf 1. Tabel 32 maupun Gambar 51 dan Gambar 52 menunjukkan bahwa nilai TDS pada sentrat akibat pemberian CaO dan CaOH 2 pada dosis rendah 500 ppm hingga dosis kurang dari 1000 ppm mengalami penurunan dan mencapai minimum pada dosis 1000 ppm; sedangkan pada dosis lebih dari 1000 ppm, nilai TDS mengalami peningkatan yang tajam sejalan dengan dosis CaO atau CaOH 2 yang makin meningkat. Sejalan dengan penelitian ini, Amuda 2005 yang menggunakan bahan kimia FeCl 3 sebagai bahan untuk mengendapkan bahan terlarut dari lindi TPA sampah mendapatkan bahwa penggunaan FeCl 3 pada dosis 1000 ppm juga menyebabkan penurunan polutan yang maksimal yang ditunjukkan oleh nilai TDS pada lindi yang diproses menunjukkan nilai terendah. Hasil penelitiannya menunjukkan pada pemberian FeCl 3 di atas 1500 ppm mulai terjadi peningkatan garam besi dalam larutan yang ditunjukan oleh peningkatan nilai TDS pada lindi yang diproses. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa pada perlakuan pemberian CaO dan CaOH 2 terdapat kemiripan pola dalam perubahan nilai TDS pada sentrat. Pola perubahan tersebut berbeda dengan pola perubahan dari perlakuan kapur jenis CaCO 3 maupun dolomit. Gambar 51 hingga Gambar 56 menunjukkan bahwa perubahan nilai TDS, Ca 2+ bahkan pH dari perlakuan CaCO 3 maupun dolomit tidak sebesar perubahan pada perlakuan CaO dan CaOH 2 . Perbedaan perilaku ini berkaitan dengan sifat kapur tersebut.