Processing and utilization leachate as liquid fertilizer to support the development of sustainable waste disposal site. (case study at waste landfill in Bogor District)

(1)

Pengolahan Lindi dan Potensi Pemanfaatannya

sebagai Pupuk Cair untuk Mendukung

Pengembangan TPA Sampah Lestari

(Studi Kasus TPA Sampah Galuga di Kabupaten Bogor)

Nurhasanah

P062020061

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

 


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Pengolahan Lindi dan Potensi

Pemanfaatannya sebagai Pupuk Cair untuk Mendukung Pengembangan TPA Sampah Lestari (Studi Kasus TPA Sampah Galuga di Kabupaten Bogor)” adalah karya saya

sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, 11 Januari 2012

Nurhasanah NRP. P062020061


(4)

ABSTR ACT

NURHASANAH. Processing and Utilization Leachate as Liquid Fertilizer to Support the Development of Sustainable Waste Disposal Site. (Case study at Waste Landfill in Bogor District). Under supervision of LATIFAH K, DARUSMAN, SURJONO HADI SUTJAHJO and BIBIANA WIDIYATI LAY.

Until recently, leachate has been an unsolvable problem in most cities in Indonesia. Most of them has not been processed properly. It causes pollution in water bodies around the final waste disposal. Moreover, the process of leachate into usefull materials as liquid fertilizer and apllying it at planting, have not been done. The objectives of this research were to obtain environmentally safe effluent and liquid fertilizer from leachate from a Final Waste Disposal Site in Galuga owned by Regional Government of Bogor City. This research was conducted from July 2006 through to April 2007. The experiment was started by aerating the leachate at 4 difference aeration rates (0, 10, 30 and 70 liters/minute) followed by passing through the effluent from the upper side of column of zeolite that has three difference particle sizes (5-10, 10-20 and 20-30 mesh). The experiment of production liquid fertilizer was carried out by adding lime or KMnO4 with different dosage into sediment generated from processing by aerating at 70 liters/minute followed by centrifugation process or shaker. Further, the liquid fertilizer generated from such experiment were applied to chili’s plant (Capsicum annum). The research results shows that the 2 phases processing conducted by aerating at the rate 70 liters/minute and passed to 20-30 mesh zeolite particles was the most effective in reducing pollutants from leachate. The addition of 1000 ppm CaO or Ca(OH)2 limes in sediment from aeration is the most effective in depositing the dissolved material and the addition of 0.01% KMnO4 combined with the addition of 1000 ppm CaO was the most effective in depositing the dissolved material compared to the addition of KMnO4 in other dosage. Liquid fertilizer generated through the addition of 1000 ppm CaO followed by centrifugation have the content of (ppm) N = 375,83, P = 121,44, K = 948,11, Ca = 8300,00, Mg = 959,50, S = 48,53, Cu = 9,83, Zn = 35,68, Mn = 264,81, Fe = 348,24, Pb = 13,53, Cd = 7,86 and Cr = 2,27; and liquid fertilizer generated through the addition of 0.01% KMnO4 and 1000 ppm CaO has the content of (ppm) N = 306,40, P = 93,90, K = 1023,08, Ca = 8146,10, Mg = 897,50, S = 39,23, Cu = 16,72, Zn = 39,42, Mn = 429,25, Fe = 362,82, Pb = 16,25, Cd = 9,62 and Cr = 2,43. The use of liquid fertilizer generated by adding 1000 ppm CaO followed by centrifugation were the most effective in enhancing vegetation growth and production of chili’s fruits. The non essential element (Pb, Cd and Cr) in fruits from vegetation given liquid fertilizer produced from such treatment did not exceed tolerable threshold.


(5)

RINGKASAN

NURHASANAH. Pengolahan Lindi dan Potensi Pemanfaatannya sebagai Pupuk Cair untuk Mendukung TPA Sampah Lestari (Studi Kasus pada TPA sampah Galuga di Kabupaten Bogor), di bawah bimbingan LATIFAH K. DARUSMAN, SURJONO HADI SUTJAHJO dan BIBIANA WIDIYATI LAY.

Hingga saat ini, lindi dari tempat pembuangan akhir sampah masih selalu menjadi sumber masalah di kota-kota di Indonesia. Hal itu terjadi karena umumnya lindi belum dikelola dengan baik. Lindi belum diolah secara maksimal menjadi efluen yang aman dialirkan ke lingkungan hingga lindi selalu mencemari badan-badan air di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Apabila hal ini terus dibiarkan, dikhawatirkan akan menimbulkan penolakan masyarakat terhadap keberadaan TPA sampah di wilayahnya.

Pada dasarnya, TPA sampah tidak akan dipermasalahkan oleh masyarakat di sekitar TPA sampah apabila keberadaan TPA sampah tidak menyebabkan pencemaran baik pencemaran yang disebabkan oleh sampah padat atau lindinya. Apabila keberadaan TPA sampah dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat baik keuntungan yang diperoleh dari sampah padat maupun dari lindinya diharapkan akan menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap TPA sampah dan bahkan diharapkan masyarakat sekitar TPA sampah justru yang menginginkan agar TPA sampah tetap berada di wilayahnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan efluen yang aman bagi lingkungan dan bahan pupuk cair dari lindi yang berasal dari tempat pembuangan akhir sampah Galuga yang berada di wilayah Kabupaten Bogor. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Juli 2006 hingga bulan April 2007. Penelitian ini merupakan penelitian berskala laboratorim menggunakan drum plastik yang diberi dua kran di bagian bawahnya. Kran pertama berada sekitar 25 cm dari dasar drum untuk mengeluarkan efluen yang aman dialirkan ke lingkungan dan kran kedua berada pada dasar drum untuk mengeluarkan efluen yang akan diolah menjadi bahan pupuk cair.

Penelitian diawali dengan percobaan pemberikan udara selama 6 jam pada lindi pada empat laju aerasi yang berbeda (0, 10, 30 dan 70 liter/menit) untuk menghasilkan efluen yang aman dibuang ke lingkungan yang dilanjutkan dengan melewatkan efluen yang dikeluarkan dari kran atas melalui zeolit yang memiliki tiga ukuran partikel yang


(6)

berbeda (5 –10 mesh, 10 –20 mesh dan 20 – 30 mesh) untuk mengurangi polutan yang masih tersisa. Percobaan pembuatan bahan pupuk cair diawali dengan menambahkan kapur (CaO, Ca(OH)2, CaCO3atau dolomit) pada 11 dosis yang berbeda (500, 750, 1000, 1250, 1500, 1750, 2000, 3000, 4000, 5000, 6000 ppm) pada efluen yang dikeluarkan dari kran bawah hasil olahan aerasi pada laju 70 liter/menit. Kemudian kedua bahan ini diaduk agar tercampur merata. Upaya untuk mendapatkan kadar logam mikro yang lebih maksimal, maka pada campuran tersebut diproses lebih lanjut melalui sentrifugasi atau pengocokan. Oleh karena perlakuan pemberian 1000 ppm CaO atau Ca(OH)2 menyebabkan nilai Total Dissolve Solid (TDS) pada sentratnya paling rendah, maka perlakuan ini dicobakan kembali dengan cara yang sama dan mengkombinasikannya dengan pemberian KMnO4 pada empat dosis yang berbeda (0, 0,01, 0,02 dan 0,03%). Bahan pupuk cair yang dihasilkan dari percobaan tersebut diaplikasikan sebagai pupuk daun (dosis 4ml/liter) pada pertanaman cabai (Capsicum annum). Sebagai pembanding, pada percobaan ini juga digunakan pupuk cair komersial (Alami, Lauxin®, Kontanikdan Petrovita®).

Hasil percobaan pengolahan lindi menjadi air yang aman bagi lingkungan melalui cara aerasi dan penggunaan zeolit menunjukkan bahwa pengolahan dua tahap yang dilakukan dengan pemberian udara pada laju 70 liter/menit yang dilanjutkan dengan melewatkan efluennya pada zeolit yang berukuran partikel 20 – 30 mesh memiliki efektivitas menurunkan polutan tertinggi dan efluennya memiliki kadar polutan terendah. Polutan yang dapat diturunkan hingga di bawah baku mutu melalui perlakuan ini adalah COD, TDS, TSS,E. coli, Cu dan Pb.

Hasil percobaan pembuatan bahan pupuk cair dari efluen hasil olahan aerasi pada laju 70 liter/menit yang dikeluarkan dari kran bawah menunjukkan bahwa penambahan 1000 ppm CaO atau Ca(OH)2 menyebabkan nilai TDS pada sentrat terendah yang menunjukkan bahwa secara keseluruhan, jumlah padatan terlarut yang dapat diendapkan mencapai jumlah maksimal. Pemberian 1000 ppm CaO atau Ca(OH)2lebih efektif dalam mengendapkan Mn dan Fe dibanding pemberian CaCO3 maupun dolomit pada 11 dosis yang dicobakan. Pemberian CaO atau Ca(OH)2 pada dosis 1000 ppm juga lebih efektif dalam mengendapkan Cu dan Zn dibanding pada dosis yang lebih tinggi. Penambahan 0,01% KMnO4 yang dikombinasikan dengan penambahan 1000 ppm CaO atau


(7)

Ca(OH)2pada endapan hasil aerasi pada laju 70 liter/menit yang dikeluarkan dari kran bawah menunjukkan nilai TDS pada sentrat terendah dan perlakuan ini paling efektif dalam mengendapkan Cu, Zn dan Fe. Bahan pupuk cair yang dihasilkan melalui penambahan 1000 ppm CaO diikuti oleh proses sentrifugasi memiliki kadar (ppm) N = 375,83, P = 121,44, K = 948,11, Ca = 8300,00, Mg = 959,50, S = 48,53, Cu = 9,83, Zn = 35,68, Mn = 264,81, Fe = 348,24, Pb = 13,53, Cd = 7,86 dan Cr = 2,27; sedangkan bahan pupuk cair yang dihasilkan melalui penambahan 0,01% KMnO4 dan 1000 ppm CaO yang diikuti oleh proses sentrifugasi memiliki kadar (ppm) N = 306,40, P = 93,90, K = 1023,08, Ca = 8146,10, Mg = 897,50, S = 39,23, Cu = 16,72, Zn = 39,42, Mn = 429,25, Fe = 362,82, Pb = 16,25, Cd = 9,62 dan Cr = 2,43.

Hasil percobaan rumah kaca menunjukkan bahwa pemanfaatan bahan pupuk cair yang dihasilkan melalui penambahan 1000 ppm CaO atau 0,01% KMnO4 dengan 1000 ppm CaO paling efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang ditunjukkan oleh tinggi tanaman, bobot brangkasan, jumlah buah dan bobot buah dari perlakuan ini lebih tinggi dibanding tinggi tanaman, bobot brangkasan, jumlah buah dan bobot buah dari tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi yang diberi perlakuan lainnya. Tinggi tanaman, bobot brangkasan, jumlah buah dan bobot buah dari tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi yang diberi perlakuan ini tidak nyata berbeda dibanding tinggi tanaman, bobot brangkasan, jumlah buah dan bobot buah dari tanaman yang diberi pupuk cair komersial. Kadar logam mikro non essensial (Pb, Cd dan Cr) dalam buah dari tanaman yang diberi pupuk cair yang dihasilkan dari perlakuan tersebut tidak melebihi ambang batas yang dapat ditoleransikan.


(8)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau


(9)

Pengolahan Lindi dan Potensi Pemanfaatannya

sebagai Pupuk Cair untuk Mendukung

Pengembangan TPA Sampah Lestari

(Studi Kasus TPA Sampah Galuga di Kabupaten Bogor)

Nurhasanah

P062020061

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(10)

Penguji luar komisi pada ujian tertutup : 1. Dr. Ir. Widiatmaka, DAA

2. Dr. Ir. Etty Riani, MS

Penguji luar komisi pada ujian terbuka : 1. Dr. Nonon Saribanon, MSi


(11)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Disertasi : Pengolahan Lindi dan Potensi Pemanfaatan sebagai Pupuk Cair untuk Mendukung Pengembangan TPA sampah Lestari (Studi Kasus di TPA Sampah Galuga di Kabupaten Bogor)

Nama : Nurhasanah

NRP : P062020061

Program Studi : Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Latifah K. Darusman, MS Ketua

Prof. Dr. Bibiana Widiyati Lay, MSc Prof. Dr. H. Surjono Hadi Sutjahjo, MS

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Pengelolaan Sumberdaya Alam

dan Lingkungan


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga disertasi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini

berjudul “Pengolahan Lindi dan Potensi Pemanfaatannya sebagai Pupuk Cair untuk Mendukung Pengembangan TPA Sampah Lestari (Studi Kasus TPA Sampah Galuga di Kabupaten Bogor)”yang dilaksanakan mulai bulan Juli 2006 hingga April 2007.

Selama melaksanakan penelitian dan penulisan disertasi ini, penulis banyak mendapat bantuan baik moril maupun materil serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Latifah K. Darusman, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Prof. Dr. H. Surjono Hadi Sutjahjo, MS maupun Prof. Dr. Bibiana Widiati Lay, MSc selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan serta memberi saran demi kemajuan penulisan dan menyempurnakan tulisan ini.

2. Prof. Dr. Surjono Hadi Sutjahjo, MS yang pada saat beliau masih menjabat Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor selalu memacu, memotivasi dan memberikan solusi atas setiap permasalahan yang penulis hadapi serta meluangkan waktu setiap saat diperlukan dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis agar penulis dapat menyelesaikan studi.

3. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor atas perkenan beliau yang mengijinkan penulis meneruskan pendidikan di program studi ini.

4. Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor beserta staf akademik/administrasi yang telah berkenan menerima dan mengasuh serta selalu mendukung penulis untuk kelancaran dan kesuksesan studi ini.


(13)

5. Penguji Luar Komisi pada saat Ujian Tertutup (Dr. Ir. Widiatmaka, DAA dan Dr. Ir Etty Riany, MS) dan Penguji Luar Komisi pada saat Ujian Terbuka (Dr. Nonon Saribanon, MSi dan Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc) yang telah memberikan banyak masukan yang berarti bagi perbaikan Disertasi ini.

6. Rektor, Pembantu Rektor I, Dekan FMIPA, Pembantu Dekan I FMIPA, Pembantu Dekan II FMIPA, Ketua Program Studi Agribisnis FMIPA, Direktur, Asisten Direktur I dan Asisten Direktur II Program Pascasarjana Universitas Terbuka yang telah memotivasi penulis dan memberikan solusi agar penulis dapat menyelesaikan studi.

7. Prof. Dr. Atwi Suparman, MSc, mantan Rektor UT yang pada saat menjabat sebagai Rektor UT telah memberikan perpanjangan tugas belajar selama 1 tahun sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian.

8. Pimpinan Dikti dan Penanggung Jawab Program Beasiswa BPPS yang telah membiayai pelaksanaan tugas belajar ini.

9. Prof. Dr. H. Surjono Hadi Sutjahjo, Prof. Dr. Bibiana Widiati Lay, MSc, Dr. Catur Herison, MSc dan Dr. Rustikawati, MSi selaku Penanggung Jawab dan Pengelola Dana Hibah Pascasarjana dari Direktur P2M DIKTI yang telah membantu sebagian dana penelitian.

10. Dr. Hilman, Penanggung Jawab Laboratorium Konservasi Seameo Biotrop Bogor atas bantuan mengijinkan penulis menggunakan laboratorium dan rumah kaca.

11. Staf Laboratorium Servis Seameo Biotrop Bogor yang telah membantu analisis. 12. Staf Laboratorium Kimia Fisik, Jurusan Ilmu Kimia, Institut Pertanian Bogor yang

telah membantu analisis.

13. Staf Laboratorium Kimia Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor yang telah membantu analisis.

14. Semua pihak yang tidak disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu baik moril maupun materil kepada penulis.


(14)

Akhir kata, semoga kepada semua pihak yang telah membantu mendapat ganjaran kebaikan dari Allah S.W.T. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna dan dengan segala kerendahan hati, penulis menerima segala masukan, kritikan dan saran agar tulisan ini dapat disempurnakan sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi Pemerintah terutama yang diberi kewenangan dalam menangani Tempat Pembuangan Akhir Sampah maupun pihak lain yang membutuhkannya.

Bogor, 11 Januari 2012 Nurhasanah


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Nopember 1963 di Jakarta Pusat, merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara dari ayah M. Romdid dan ibu Marwiyah. Penulis menamatkan Pendidikan Dasar tahun 1975 di SDN Tanah Tinggi II Jakarta Pusat; Pendidikan Menengah Tingkat Pertama tahun 1979 di SMPN LXXVIII Jakarta Pusat; Pendidikan Menengah Atas tahun 1982 di SMPPN I Jakarta Pusat. Pada tahun yang sama, penulis diterima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Perintis II (PP II) dan lulus sebagai Sarjana Ilmu Tanah pada tahun 1986. Pada tahun 1996, penulis mendapat kepercayaan mengikuti Pendidikan Pascasarjana strata dua (S2) pada Jurusan Ilmu Tanah di Institut Pertanian Bogor dan meraih gelas Magister Sains (MSi) pada tahun 2000. Selanjutnya, pada tahun 2002 hingga sekarang, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pascasarjana strata tiga (S3) pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Pada tahun 1988 penulis diangkat menjadi pegawai negeri sebagai dosen di Universitas Terbuka dpk. Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka (UPBJJ-UT) Palembang hingga tahun 1990. Awal tahun 1991, penulis pindah ke UPBJJ-UT Bogor dengan status yang sama. Pada bulan Nopember tahun 2004, penulis ditugaskan di Unit Pascasarjana Universitas Terbuka Pusat, di Pondok Cabe Ciputat Tangerang.

Penulis menikah dengan Rachimuddin pada tahun 1991 dan hingga saat ini telah dikaruniai dua orang putra, yaitu Abdul Aziz (lahir pada tahun 1993 di Bogor) dan Lukman Hakim (lahir pada tahun 1994 di Bogor).


(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………... xx

DAFTAR GAMBAR ………. xxiv

I. PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Kerangka Pemikiran ………... 2

1.3 Tujuan Penelitian ………... 5

1.4 Hipotesis ………... 5

1.5 Manfaat ………... 5

1.6 Novelty ………... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ………... 6

2.1 TPA Sampah dan Pembentukan Lindi ………... 6

2.2 Karakteristik Lindi ...………... 7

2.2.1 BOD danCOD ……….... 9

2.2.2 Bahan Anorganik ………... 10

2.2.3 Bakteri Patogen ………... 12

2.2.4 Total Dissolve Solid,Total Suspended Soliddan Padatan Mengendap ... 13

2.3 Pengaruh Lindi terhadap Lingkungan ………... 14

2.3.1 Gangguan terhadap Kesehatan ………... 14

2.3.2 Gangguan terhadap Kehidupan Biotik ……….... 14

2.3.3 Gangguan terhadap Keindahan dan Kenyamanan ... 15


(17)

2.4 Pengolahan Air Limbah ………. 15

2.4.1 Pengolahan Aerasi ……… 17

2.4.2 Penggunaan Zeolit untuk Menurunkan Polutan dari Limbah Cair 24 2.5 Potensi Lindimenjadi Pupuk Cair ………... 29

2.6 Upaya Mengendapkan Logam Mikro melalui Penambahan Kapur atau KMnO4maupun Proses Fisik ... 32

2.7 Beberapa Logam Mikro yang terdapat pada Lindi dan Manfaatnya bagi Tanaman ………... 35

2.8 Pupuk dan Pemupukan ………... 36

2.8.1 Jenis Unsur Hara yang Dibutuhkan Tanaman ……..………….. 36

2.8.2 Jenis-Jenis Pupuk Cair ………... 36

2.8.3 Dasar dalamMelakukan Pemupukan ……….. 38

2.8.4 AnalisisStatus Hara ………... 39

III. METODE PENELITIAN ………... 40

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ……….... 40

3.2 Tahapan Penelitian ..………... 40

3.3 Pengolahan Tahap I (Pengolahan Aerasi melalui Pemberian Udara pada Laju yang Tinggi) …... 43

3.3.1 Tujuan ………... 43

3.3.2 Bahan dan Alat ………... 43

3.3.2 Rancangan Percobaan ………... 44

3.3.3 Pelaksanaan ……….……... 44

3.3.5 Analisis Data ………... 44

3.3.6 Metode Analisis ………... 44

3.4 Pengolahan Lanjutan terhadap Efluen Hasil Aerasi Menggunakan Zeolit sebagai Penjerap Polutan ……… 45

3.4.1 Tujuan ………... 45

3.4.2 Bahan dan Alat ………... 45


(18)

3.4.4 Pelaksanaan ……….……... 46

3.4.5 Analisis Data ………... 47

3.4.6 Metode Analisis ………... 47

3.5 Pengolahan Endapan Hasil Olahan Aerasi menjadi Bahan Pupuk Cair melalui Penambahan Kapur dan Proses Fisik ... 47

3.5.1 Tujuan ………... 48

3.5.2 Bahan dan Alat ………... 48

3.5.3 Rancangan Percobaan ………... 48

3.5.4 Pelaksanaan ……….……... 48

3.5.5 Analisis Data ………... 49

3.5.6 Metode Analisis ………... 50

3.6 Pengolahan Endapan Hasil Olahan Aerasi menjadi Bahan Pupuk Cair melalui Penambahan KMnO4dan Proses Fisik ..………... 50

3.6.1 Tujuan ………... 51

3.6.2 Bahan dan Alat ………... 51

3.6.3 Rancangan Percobaan ………... 51

3.6.4 Pelaksanaan ……….……... 51

3.6.5 Analisis Data ………... 52

3.6.6 Metode Analisis ………... 52

3.7 Percobaan Rumah Kaca ………... 52

3.7.1 Tujuan ………... 53

3.7.2 Bahan dan Alat ………... 53

3.7.3 Rancangan Percobaan ………... 53

3.7.4 Pelaksanaan ……….……... 54

3.7.5 Analisis Data ………... 54

3.7.6 Metode Analisis ………... 55

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 56

4.1 Pengolahan Aerasi untuk Menurunkan PolutanLindi ……….. 56

4.1.1 Pengaruh Laju Aerasi terhadap Efektivitas Penurunan BOD5, COD,E. coli,NH3dan Sulfida ... 56


(19)

4.1.2 Pengaruh Laju Aerasi terhadapTotal Disolve Solute(TDS), pH

dan Logam Terlarut …………..……….. 68 4.2 Penggunaan Zeolit untuk Menurunkan Polutan yang Masih Tersisa … 74 4.2.1 Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit terhadap Nilai TDS ………… 75 4.2.2 Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit terhadap Kadar NH3, Sulfida,

BOD5danCOD …….………. 78 4.2.3 Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit terhadap Penurunan Logam

Terlarut dan pH ... 82 4.2.4 Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit terhadapTotal Suspended

Solid(TSS) dan Jumlah Padatan Mengendap ...….... 84 4.2.5 Ukuran Partikel Zeolit yang Layak Digunakan dalam

Pengolahan Tahap II ………... 87 4.2.6 Pengaruh Jumlah Tahapan Pengolahan terhadap Kualitas Efluen

yang Dihasilkan ... 88 4.3 Pengaruh Jenis dan Dosis Kapur terhadap Beberapa Parameter Kimia

pada Sentrat maupun Endapan ... 91 4.3.1 Pengaruh Jenis dan Dosis Kapur terhadap Nilai TDS, pH dan

Kadar Ca2+pada Sentrat ……….. 91 4.3.2 Pengaruh Jenis dan Dosis Kapur terhadap Kadar Beberapa

Logam Mikro pada Endapan ... 102 4.3.3 Pengaruh Jenis dan Dosis Kapur terhadap Kadar Bahan Organik

pada Endapan ...…………... 109 4.3.4 Pengaruh Proses Fisik yang Berbeda terhadap Beberapa

Parameter Kimia pada Sentrat dan Endapan (Perlakuan

Penambahan Kapur) ... 111 4.3.5 Pupuk Cair Berbahan Dasar Lindi yang Dipilih untuk

Diaplikasikan pada Pertanaman (Perlakuan Penambahan Kapur) 113 4.4 Pengaruh Pemberian KMnO4terhadap Beberapa Parameter Kimia pada

Sentrat maupun Endapan ... 115 4.4.1 Pengaruh Pemberian KMnO4terhadap Nilai TDS, pH, Kadar

Mn dan Ca pada Sentrat ………... 116 4.4.2 Pengaruh Pemberian KMnO4terhadap Kadar Beberapa Logam


(20)

4.4.3 Pengaruh Pemberian KMnO4terhadap Kadar Bahan Organik

padaEndapan ………... 126

4.4.4 Pengaruh Proses Fisik yang Berbeda terhadap Beberapa Parameter Kimia pada Sentrat dan Endapan (Perlakuan Penambahan KMnO4) ..……... 128

4.4.5 Pupuk Cair Berbahan Dasar Lindi yang Dipilih untuk Diaplikasikan pada Pertanaman (Perlakuan Penambahan KMn04) 130 4.4.6 Kadar Hara,E. colidan Bahan Organik pada Pupuk Cair Berbahan Dasar Lindi ……… 130

4.5 Hasil Percobaan Rumah Kaca ... 134

4.5.1 Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Berbahan Dasar Lindi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman …………... 134

4.5.2 Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Berbahan Dasar Lindi yang Dihasilkan melalui Proses Fisik yang Berbeda terhadap Pertumbuhan danProduksi Tanaman ……… 141

4.5.3 Pengaruh Penambahan NPK pada Pupuk Cair Berbahan Dasar Lindi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman……… 144

4.5.4 Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Berbahan Dasar Lindi terhadap Kadar Pb, Cd dan Cr pada Buah Cabai .……... 149

4.5.5 Desain IPAL TPA Sampah untuk Menghasilkan Efluen Layak Buang dan Bahan Pupuk Cair ………. 150

V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 152

5.1 Kesimpulan ………... 152

5.2 Saran ………... 153

VI. DAFTAR PUSTAKA ………... 154


(21)

DAFTAR TABEL Teks

Halaman

1. Komposisi lindi buangan domestik ... 7

2. Kualitas lindi TPA sampah Bantar Gebang ... 8

3. Hasil pengukuran kualitas lindi TPA Sampah Galuga di Kabupaten Bogor 8 4. Klasifikasi tingkat pencemaran dari limbah domestik berdasarkan beberapa parameter kualitas air ………... 9

5. Unsur hara yang berasal dari tanaman dan sumbernya ... 10

6. Kandungan logam berat dalam lumpur TPA Sampah Bantar Gebang ... 10

7. Organisme patogen yang sering ditemukan di sampah ... 12

8. Kategori bau pada sampah ... 15

9. Hubungan antara lama aerasi dan konsentrasi oksigen terlarut ……... 20

10. Bakteri dan fungsinya ... 23

11. Rata-rata konsentrasi influen dan efluen dari proses penyisihan biologi ... 24

12. Persentase logam berat tertukar dari zeolit tanpa aktivasi dan zeolit diaktivasi melalui pemanasan ………... 28

13. Urutan selektivitas kation berdasarkan perbedaan aktivasi ... 28

14. Kualitas keluaran pengolahan air buangan dengan menggunakan zeolit Bayah pada laju alir 22 liter per menit ... 29

15. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman ……... 30

16. Kisaran zat hara yang terdapat pada lindi ... 30

17. Nama beberapa pupuk cair, sumber, komposisi dan cara pemberiannya ... 31

18. Konsentrasi umum larutan hara mikro untuk penyemprotan daun ... 31

19. Persyaratan teknis minimal pupuk cair ... 32

20. Beberapa contoh pupuk daun cair yang beredar di pasaran, komposisi, aplikasi dan manfaatnya ... 38

21. Metode analisis yang digunakan pada percobaan pengolahan aerasi ... 45

22. Metode analisis yang digunakan pada percobaan penggunaan zeolit sebagai penjerap polutan ... 47


(22)

23. Metode analisis yang digunakan pada percobaan pembuatan pupuk cair

dari lindi ... 50 24. Perlakuan percobaan rumah kaca ... 53 25. Metoda analisis yang digunakan pada percobaan rumah kaca ……... 55 26. Hubungan nilai k dengan laju penguraian BOD5 ... 59 27. Selisih kadar logam terlarut antara efluen dari kran atas dan bawah pada

jam ke 6 ... 72 28. KTK dari zeolit yang digunakan dalam penelitian ... 76 29. Kadar beberapa logam terlarut pada efluen hasil olahan aerasi setelah

efluen dilewatkan melalui zeolit ... 82 30. Efektivitas penurunan polutan lindi dari pengolahan tahap I dan tahap II 88 31. Nilai beberapa parameter pencemar pada efluen hasil olahan tahap I dan

tahap II serta baku mutu pada masing-masing golongan peruntukan ... 89 32. Nilai TDS pada sentrat dari perlakuan kapur ... 92 33. pH pada sentrat dari perlakuan kapur ... 101 34. Kadar logam mikro pada endapan dari perlakuan pemberian 1000 ppm

kapur …...……... 109 35. Nilai TDS, pH dan Ca pada sentrat dari perlakuan fisik yang berbeda ... 112 36. Nilai beberapa parameter kimia pada sentrat berdasarkan perlakuan fisik

yang berbeda (perlakuan penambahan KMnO4) ... 129 37. Kadar hara makro yang terdapat pada pupuk cair berbahan dasar lindi dan

pupuk cair komersial yang digunakan dalam penelitian ... 131 38. Kadar logam mikro yang terdapat pada pupuk cair berbahan dasar lindi dan

pupuk cair komersial yang digunakan dalam penelitian ... 132 39. KadarE. colidan bahan organik yang terdapat pada pupuk cair berbahan

dasar lindi yang digunakan dalam penelitian ... 133 40. Pertumbuhan dan produksi tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar

lindi dan pupuk cair komersial ... 137 41. Kadar hara makro dan hara mikro yang terdapat pada pupuk cair berbahan

dasar lindi dan pupuk cair komersial yang digunakan dalam penelitian ... 140 42. Kadar logam berat Pb, Cd dan Cr dalam buah cabai dari tanaman yang diberi

pupuk cair berbahan dasar lindi dan kadar logam Pb, Cd dan Cr yang dapat


(23)

Lampiran

1. Hasil analisis pendahuluan ... 164 2. Hasil uji F pengaruh pengolahan aerasi selama 6 jam terhadap kadar polutan

pada efluennya ... 165 3. Hasil uji F pengaruh pengolahan aerasi selama 6 jam terhadap efektivitas

penurunan beberapa polutan dan peningkatan pH dan DO ... 167 4. Hasil uji F pengaruh pengolahan aerasi terhadap perubahan nilai BOD5, DO,

nilai TDS, pH, nilai MLVSS dan laju penguraian BOD5 ... 168 5. Hasil uji F pengaruh pengolahan 1 tahap (aerasi 70 liter/menit) dan

pengolahan 2 tahap (penggunaan zeolit pada 3 ukuran partikel yang berbeda)

terhadap kadar polutan pada efluen ... 169 6. Hasil uji F pengaruh ukuran partikel zeolit terhadap efektivitas penurunan

polutan ... 170 7. Hasil uji F pengaruh pemberian kapur terhadap nilai TDS, pH dan kadar Ca

pada sentrat ... 171 8. Hasil uji F pengaruh pemberian kapur terhadap kadar logam mikro pada

endapan ... 172 9. Hasil uji F pengaruh pemberian kapur dan KMnO4 terhadap nilai TDS, pH,

kadar Mn dan Ca pada sentrat ... 174 10. Hasil uji F pengaruh pemberian kapur dan KMnO4 terhadap kadar logam

mikro dan bahan organik pada endapan ... 175 11. Hasil uji F pengaruh pemberian pupuk cair berbahan dasar lindi terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman serta kadar Pb, Cd dan Cr dalam buah 177 12. Nilai beberapa parameter kimia pada efluen setelah diaerasi selama 6 jam ... 178 13. Data efektivitas (%) dari pengolahan aerasi selama 6 jam ... 180 14. Data hasil percobaan aerasi dari jam ke 1 hingga jam ke 6 ... 181 15. Nilai beberapa parameter kimia pada efluen hasil percobaan pengolahan

menggunakan zeolit ... 183 16. Efektivitas (%) penurunan polutan dari pengolahan lindi dengan menggunakan

zeolit ... 184 17. pH pada sentrat dari percobaan pembuatan bahan pupuk cair dari lindi dengan

penambahan kapur ... 185 18. Nilai TDS pada sentrat dari percobaan pembuatan bahan pupuk cair dari lindi


(24)

19. Kadar Ca pada sentrat dari percobaan pembuatan bahan pupuk cair dari

lindi dengan penambahan kapur ... 187 20. Kadar logam mikro dan bahan organik pada endapan dari percobaan

pembuatan bahan pupuk cair dari lindi dengan penambahan kapur ... 188 21. Nilai TDS, pH, kadar Mn dan Ca pada sentrat dari percobaan pembuatan

bahan pupuk cair dari lindi dengan penambahan kapur dan KMnO4... 189 22. Kadar logam mikro dan bahan organik pada endapan dari percobaan

pembuatan bahan pupuk cair dari lindi dengan penambahan kapur dan

KMnO4 ... 190 23. Kadar hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S),E. colidan bahan organik pada

pupuk cair berbahan dasar lindi ... 192 24. Tinggi tanaman, bobot brangkasan tanaman, jumlah buah, bobot buah dan


(25)

DAFTAR GAMBAR Teks

Halaman 1. Kerangka pemikiran ... 3 2. Reaktor sistembatch(Wisjnuprapto, 1995) ... 19 3. Pola pertumbuhan bakteri (Wisjnuprapto, 1995) ... 19 4. Aerasi dengan memasukkan udara ke dalam air limbah (Sugiharto, 1987) 20 5. Struktur rangka zeolit (Sutarti dan Rahmawati, 1994) ... 24 6. Aliran melalui media berbutir (Fairet al.,1963) ... 27 7. Kantong plastik berisi lindi yang akan diteliti ... 40 8. Tahapan penelitian ... 41 9. Kondisi lindi sebelum dilakukan pengambilan sampel ... 42 10. Alat yang digunakan dalam penelitian ... 43 11. Kolom yang berisi zeolit yang digunakan dalam penelitian ... 46 12. Bibit cabai sesaat sebelum dipindahkan kepolibag ... 54 13. Fluktuasi nilai BOD5pada empat taraf laju aerasi ... 56 14. Efektivitas penurunan BOD5(%) dari masing-masing laju aerasi ... 57 15. Laju penguraian BOD5(k) tiap jam pada empat tingkat laju aerasi ... 58 16. Fluktuasi nilai MLVSS pada empat taraf laju aerasi ... 60 17. Fluktuasi nilai DO pada empat taraf laju aerasi ... 61 18. Nilai COD pada jam ke 6 ... 62 19. Efektivitas penurunan COD pada jam ke 6 ... 62 20. NilaiE. colipada jam ke 6 ... 63 21. Efektivitas penurunanE. colipada jam ke 6 ... 64 22. Kadar amoniak (NH3) pada jam ke 6 ... 65 23. Kadar sulfida pada jam ke 6 ... 65 24. Efektivitas penurunan NH3dan sulfida pada jam ke 6 ... 66 25. Kadar nitrat (NO3-) pada jam ke 6 ... 67


(26)

26. Kadar sulfat (SO42-) pada jam ke 6 ... 67 27. Kadar fosfat pada jam ke 6 ... 68 28. Nilai TDS tiap jam pada empat laju aerasi ... 69 29. Efektivitas penurunan nilai TDS tiap jam pada empat laju aerasi ... 69 30. Kadar Cu dan Zn pada efluen dari keempat laju aerasi pada jam ke 6 ... 70 31. Kadar Mn dan Fe pada efluen dari keempat laju aerasi pada jam ke 6 ... 70 32. Kadar Pb, Cd dan Cr pada efluen dari kran atas pada keempat laju aerasi

pada jam ke 6 ... 71 33. Kadar Pb, Cd dan Cr pada efluen dari kran bawah pada keempat laju aerasi

pada jam ke 6 ... 71 34. pH tiap jam dari keempat laju aerasi ………... 73 35. Perbedaan visual dari lindi setelah diolah melalui empat tingkat laju aerasi 74 36. Nilai TDS pada efluen dari ketiga ukuran partikel zeolit ...……….. 75 37. Efektivitas penurunan nilai TDS dari ketiga ukuran partikel zeolit……….. 76 38. Jumlah efluen (ml) yang dapat melewati zeolit (volume bahan yang dialirkan

150 ml) ……..……….. 77 39. Kadar NH3dan sulfida pada efluen setelah melewati zeolit ……… 78 40. Efektivitas penurunan NH3dan sulfida pada masing-masing ukuran partikel

zeolit ………... 79 41. Kadar BOD5dan COD pada efluen setelah melewati zeolit ………... 80 42. Efektivitas penurunan BOD5dan COD pada masing-masing ukuran partikel

zeolit ……….……….. 81 43. NilaiE. colipada efluen dari ketiga ukuran partikel zeolit……… 81 44. Efektivitas penurunan nilaiE. colidari ketiga ukuran partikel zeolit ……... 81 45. Efektivitas penurunan logam terlarut yang masih tersisa dari ketiga ukuran

partikel zeolit ……….. 83 46. pH dari efluen setelah efluen hasil olahan aerasi dilewatkan melalui zeolit ... 84 47. TSS pada efluen dari ketiga ukuran partikel zeolit………. 85 48. Efektivitas penurunan TSS dari ketiga ukuran partikel zeolit ... 85 49. Jumlah padatan mengendap (ml/150 ml) pada efluen dari ketiga ukuran

partikel zeolit ……….. 86 50. Efluen dari ketiga ukuran partikel zeolit ……….... 87


(27)

51. Pola perubahan nilai TDS pada sentrat dari keempat jenis kapur (perlakuan

sentrifugasi) …..……….. 93 52. Pola perubahan nilai TDS pada sentrat dari keempat jenis kapur (perlakuan

pengocokan) ……… 94 53. Pola perubahan kadar Ca2+pada sentrat dari keempat jenis kapur (perlakuan

sentrifugasi) ... 98 54. Pola perubahan kadar Ca2+pada sentrat dari keempat jenis kapur (perlakuan

pengocokan) ……… 98 55. Pola perubahan pH pada perlakuan pemberian kapur yang disentrifugasi ... 99 56. Pola perubahan pH pada perlakuan pemberian kapur yang dikocok ... 99 57. Kadar Cu dalam endapan pada tiga dosis kapur ... 102 58. Kadar Zn dalam endapan pada tiga dosis kapur ... 102 59. Kadar Mn dalam endapan pada tiga dosis kapur ... 103 60. Kadar Fe dalam endapan pada tiga dosis kapur ... 103 61. Kadar Pb dalam endapan pada tiga dosis kapur ... 104 62. Kadar Cd dalam endapan pada tiga dosis kapur ... 104 63. Kadar Cr dalam endapan pada tiga dosis kapur ... 105 64. Kelarutan Cu, Zn, Pb dan Cd pada berbagai pH (Davis dan Masten, 2004) ... 106 65. Kadar bahan organik dalam endapan dari perlakuan pemberian kapur pada

tiga dosis yang berbeda ... 110 66. Rata-rata kadar bahan organik pada endapan dari perlakuan kapur ... 111 67. Kadar logam mikro pada endapan dari perlakuan fisik yang berbeda

(perlakuan penambahan kapur) ... 112 68. Kadar bahan organik dalam endapan dari perlakuan fisik yang berbeda

(perlakuan penambahan kapur) ... 113 69. Sentrat setelah proses sentrifugasi ... 115 70. Nilai TDS pada sentrat dari perlakuan KMnO4 ... 117 71. Kadar Mn pada sentrat dari perlakuan KMnO4 ... 117 72. pH pada sentrat dari perlakuan KMnO4 ... 120 73. Kadar Cu pada endapan dari perlakuan KMnO4 ... 122 74. Kadar Zn pada endapan dari perlakuan KMnO4 ... 122 75. Kadar Mn pada endapan dari perlakuan KMnO4 ... 123


(28)

76. Kadar Fe pada endapan dari perlakuan KMnO4 ... 123 77. Kadar Pb pada endapan dari perlakuan KMnO4 ... 124 78. Kadar Cd pada endapan dari perlakuan KMnO4 ... 124 79. Kadar Cr pada endapan dari perlakuan KMnO4 ... 125 80. Kadar Ca pada sentrat dari perlakuan KMnO4 ... 126 81. Rata-rata kadar bahan organik pada endapan dari perlakuan KMnO4 pada

dosis yang berbeda ... 127 82. Kadar bahan organik pada endapan dari perlakuan KMnO4 ... 128 83. Kadar logam mikro dalam endapan dari perlakuan fisik yang berbeda

(perlakuan penambahan KMnO4) ... 129 84. Kadar bahan organik dalam endapan dari perlakuan fisik yang berbeda

(perlakuan penambahan KMnO4) ... 129 85. Bobot brangkasan dan bobot buah dari tanaman yang diberi pupuk cair

berbahan dasar lindi (perlakuan tanpa penambahan NPK) ... 135 86. Jumlah buah dari tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi

(perlakuan tanpa penambahan NPK) ... 135 87. Tinggi tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi (perlakuan tanpa

penambahan NPK) ... 136 88. Jumlah buah dari perlakuan sentrifugasi dan pengocokan ... 142 89. Bobot buah dari perlakuan sentrifugasi dan pengocokan ... 142 90. Tinggi tanaman dari perlakuan sentrifugasi dan pengocokan ... 143 91. Bobot brangkasan tanaman dari perlakuan sentrifugasi dan pengocokan ... 143 92. Tinggi tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi yang diperkaya

dengan hara NPK dan tanpa NPK ... 145 93. Bobot brangkasan tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi yang

diperkaya dengan hara NPK dan tanpa NPK ... 145 94. Bobot buah dari tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi yang

diperkaya dengan hara NPK dan tanpa NPK ... 146 95. Jumlah buah dari tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi yang

diperkaya dengan hara NPK dan tanpa NPK ... 146 96. Tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi dengan penambahan

KMnO4 ... 147 97. Tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi dengan penambahan


(29)

98. Tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi dengan atau tanpa

CaO yang diperkaya dengan NPK ... 148 99. Tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi dengan penambahan

KMnO4dan CaO yang diperkaya dengan NPK……….. 148 100. Desain IPAL TPA Sampah yang Disarankan .……….. 150

Lampiran


(30)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Galuga berada di wilayah dengan curah hujan yang cukup tinggi, yakni sebesar 287,5 mm/bulan menyebabkan TPA sampah ini mampu menghasilkan lindi dalam jumlah yang cukup besar. Permasalahan utama yang terjadi di tempat ini adalah pencemaran yang diakibatkan oleh lindi akibat pengelolaan yang kurang memadai sehingga lindi yang masuk ke badan-badan air dan persawahan di sekitarnya masih mengandung polutan (Priambodho, 2005). Hasil pengukuran DKP Kota Bogor (2003) menunjukkan bahwa persawahan di sekitar TPA sampah ini mengandung BOD5 (255 ppm), COD

(607,72 ppm), Cd (0,05 ppm), Pb (0,011 ppm) dan Cu (0,091 ppm). Menurut PP No.82 tahun 2001, kadar polutan tersebut berada di atas baku mutu. Hasil penelitian Priambodho (2005) menunjukkan bahwa sumur gali penduduk yang ada di sekitar TPA sampah Galuga mengandung BOD5 34,72 ppm, COD 1557,87 ppm dan E coli

diatas 1,1 103 MPN/100 ml membuat air sumur penduduk tidak layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Syahrulyati (2007) juga mendapatkan dari hasil penelitiannya bahwa pada cekungan air bawah permukaan Galuga yang menjadi pusat terkumpulnya air bawah permukaan dari segala arah, secara permanen telah tercemar oleh lindi. Apabila hal ini terus dibiarkan dapat menyebabkan persawahan yang ada di sekitar TPA sampah Galuga menjadi tidak produktif dan jumlah air bersih menjadi berkurang yang berujung pada penolakan masyarakat atas keberadaan TPA sampah di wilayahnya. Menurut Kurniawan (2009), hal ini sebenarnya pernah terjadi di tempat ini.

Upaya untuk menjaga agar TPA sampah Galuga tetap lestari dapat dilakukan dengan memperbaiki sistim pengelolaan lindi melalui pengolahan yang dapat menghasilkan efluen sesuai baku mutu dalam waktu yang relatif singkat dan memanfaatkan sisa hasil olahannya menjadi bahan pupuk cair. Menurut Lingga dan Marsono (2005), beberapa pupuk organik cair yang beredar di pasaran diolah melalui proses fermentasi bahan organik. Pupuk ini mengandung hara mikro Cu, Zn, Mn dan Fe. Lindi dari TPA sampah Galuga juga dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik yang ada di TPA sampah tersebut dan berdasarkan hasil penelitian DKP Kota Bogor (2003), lindi TPA sampah Galuga mengandung hara mikro Cu (0,097


(31)

-SO42-(13,60 ppm). Oleh karena itu, lindi TPA sampah Galuga dapat dijadikan sebagai

pupuk cair. Namun demikian, Arya dan Gilar (2008) mengemukakan bahwa kandungan senyawa yang dibutuhkan tanaman yang terdapat pada lindi dari TPA sampah umumnya belum memenuhi standar seperti yang ditentukan oleh Departemen Pertanian RI sehingga pupuk organik cair dari lindi TPA sampah belum dapat langsung dipasarkan. Oleh karena itu, perlu upaya yang dapat mengendapkan hara dalam lindi TPA sampah agar hara yang ada menjadi lebih pekat dan lebih berdaya guna dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

1.2 Kerangka Pemikiran

Hingga saat ini pengelolaan TPA sampah Galuga baru dilakukan dalam bentuk upaya pemanfaatan bahan sampah padat baik dalam bentuk reuse maupun recycle. Menurut Muthmainnah (2008), sampah padat yang bersifat anorganik yang ada di TPA sampah Galuga yang layak dimanfaatkan kembali oleh pemulung sebesar 28 ton/hari. Apabila bahan ini dimanfaatkan semua, maka upaya ini mampu memberikan keuntungan sebesar Rp. 10.683.000,-/hari. Hasil penelitiannya juga mendapatkan bahwa upaya mengomposkan sampah padat yang bersifat organik dapat memberikan keuntungan sebesar Rp. 100.237,50/orang/bulan. Keuntungan yang diperoleh masyarakat dari sampah padat tentu dapat menumbuhkan ketergantungan masyarakat terhadap TPA sampah yang berdampak pada kelangsungan pengoperasian TPA sampah itu sendiri.

Di lain pihak, dalam mengelola lindi TPA sampah Galuga, sampai saat ini pengelolaanya belum maksimal menyebabkan lindi selalu menjadi sumber masalah dan belum ada upaya memanfaatkan lindinya menjadi bahan yang berguna. Padahal rasa memiliki masyarakat sekitar terhadap TPA sampah akan timbul dengan sendirinya apabila paradigma lama ”lindi hanya menjadi sumber masalah” diubah

dengan mengolah lindi menjadi efluen sesuai baku mutu dan memanfaatkan kembali sisa hasil olahannya menjadi pupuk cair.

Salah satu upaya untuk menghindari badan-badan air dari pencemaran oleh lindi TPA sampah Galuga adalah mengolah lindi menjadi efluen sesuai baku mutu lingkungan dalam waktu relatif cepat. Hal ini dapat dilakukan melalui pengolahan aerasi dengan memberikan udara pada kecepatan tinggi. Cara ini efektif dalam menurunkan kadar gas-gas yang bersifat toksik, bahan organik maupun logam terlarut


(32)

Beberapa kelebihan lain dari pengolahan ini, diantaranya: 1) dapat menghilangkan polutan dengan kecepatan lima kali lebih besar dibanding pada kondisi anaerobik (Leikam, Heyer dan Stegmann, 1999), 2) dapat mengubah bahan toksik menjadi bahan yang relatif lebih aman bagi lingkungan (Metcalf dan Eddy, 2003), 3) dapat mengendapkan logam-logam terlarut yang merupakan hara bagi tanaman (Moore, 1991), 4) dapat menurunkan jumlah bakteri patogen akibat terbentuk H2O2 yang

merupakan racun bagi bakteri tersebut (Park et al., 1994), dan 5) dapat menghasilkan hara makro berupa NO3-, SO42-dan PO43-(Achmad, 2004).

Secara bagan, kerangka pemikiran dari permasalahan tersebut sebagai berikut.

Pengolahan Aerasi

Kebutuhan Air Terpenuhi

Pupuk Cair TPA SAMPAH GALUGA

Endapan mengandungCu, Zn, Mn & Fe

(Sawah, Badan-badan air)

Ya

Produktivitas Tanaman Meningkat

Bau, kotor dan ketidaknyaman Dampak Negatip (Sosial, ekonomi)

Diolah?

Tidak Penolakan Masyarakat Thd TPA

SAMPAH

Rasa Memiliki Masyarakat

Terhadap TPA Sampah

TPA SAMPAH LESTARI

TPA SAMPAH

DITUTUP

Lindi

Hujan

Penggunaan Zeolit sebagai penjerap Sesuai baku mutu? Tidak Ya Upaya Pemekatan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Upaya untuk memaksimalkan penghilangan polutan dari efluen yang akan dialirkan ke lingkungan dapat dilakukan dengan melewatkan efluen hasil olahan aerasi melalui zeolit karena menurut hasil penelitian Husaini (1992) zeolit mampu menjerap logam berat, bahan organik dan mikroorganisme dari air limbah. Hasil penelitian Tang et al. (2010) menunjukkan bahwa 15 liter air limbah yang


(33)

dengan menggunakan 105 gram zeolit. Kurniawan et al., (2006) mengemukakan bahwa NH3merupakan bahan yang sangat toksik bagi kehidupan akuatik yang selalu

ada pada lindi TPA sampah.

Di lain pihak, produk samping hasil olahan aerasi berupa endapan yang mengandung logam mikro dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair. Endapan ini mengandung Cu dan Fe yang merupakan hara mikro bagi tanaman (Diana, 1997; DKP Kota Bogor, 2003). Hasil penelitian Dimitrionet al. (2006) menunjukkan bahwa pengaplikasian lindi TPA sampah sebagai pupuk cair yang diberikan bersamaan dengan air irigasi menyebabkan tanaman dapat tumbuh lebih baik. Hamludin (2010) mengemukakan bahwa pengaplikasian pupuk organik cair dari lindi TPA sampah di Wonorejo pada tanaman pangan dan holtikultura juga menunjukkan hasil yang positif. Pupuk cair ini dihasilkan dengan cara memfermentasikan kembali lindi dari TPA sampah tersebut menggunakan bioaktivator. Hal ini mengindikasikan bahwa lindi memiliki peluang yang baik untuk dimanfaatkan sebagai pupuk cair.

Upaya meningkatkan kadar hara tanaman yang terdapat pada lindi dapat dilakukan dengan cara pemekatan melalui penambahan kapur atau KMnO4 dengan

proses fisik (sentrifugasi atau pengocokan) agar hara tanaman yang masih dalam keadaan terlarut menjadi mengendap. Menurut Asrie (2009), kapur digunakan secara luas untuk mempresipitasikan logam mikro. Singh dan Rawat (2006) mengemukakan bahwa Kapur (Ca(OH)2) efektif dalam mengendapkan Fe (III) dan Cu (II). Kedua

logam ini dapat dimanfaatkan sebagai hara mikro essensial bagi tanaman. Selanjutnya Waluyo (2005) mengemukakan bahwa kapur dan KMnO4 biasa digunakan dalam

pengolahan air limbah, khususnya untuk mengendapkan logam terlarut dan membunuh bakteri patogen. Melalui penambahan kapur atau KMnO4 diharapkan

bahan pupuk cair yang dihasilkan dari lindi mengandung hara yang lebih pekat dengan jumlah bakteri patogen di bawah baku mutu.

Layak atau tidak, pupuk cair dari lindi yang berasal dari TPA sampah ditentukan oleh kadar hara makro atau logam mikro essensial/non essensial maupun mikrooganisme patogen. Sebagai pupuk cair, lindi yang sudah diolah harus memenuhi Standar Minimal Pupuk yang dikeluarkan oleh Menteri Pertanian.


(34)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengkaji efektivitas pengolahan aerasi maupun aerasi yang dilanjutkan dengan menggunakan zeolit dalam menurunkan polutan lindi.

2. Mengkaji pengaruh pemberian kapur atau KMnO4terhadap kadar hara mikro pada

lindi.

3. Mengkaji pengaruh pemberian pupuk cair berbahan dasar lindi sebagai pupuk daun terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

1.4 Hipotesis

1. Pengolahan aerasi yang dilanjutkan dengan pengolahan menggunakan zeolit, efektif dalam menurunkan polutan lindi.

2. Kapur atau KMnO4 dapat mengendapkan hara mikro yang terdapat pada lindi.

3. Pemberian pupuk cair berbahan dasar lindi sebagai pupuk daun mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman,

1.5 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Masyarakat bahwa ada sumber pupuk cair baru yang berasal dari lindi TPA sampah.

2. Pemerintah/pengelola TPA sampah bahwa ada teknologi yang dapat diterapkan di IPAL TPA sampah yang dapat menghindari pencemaran air.

3. Ilmu pengetahuan bahwa ada teknologi baru yang dapat mengolah lindi menjadi pupuk cair.

1.6 Novelty

Novelty yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Penggunaan teknologi aerasi dan zeolit mampu menjadikan lindi yang berbahaya menjadi efluen yang layak buang.

2. Penambahan kapur/KMnO4 dapat mengubah lindi menjadi pupuk cair yang


(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 TPA Sampah dan Pembentukan Lindi

Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah merupakan suatu tempat pembuangan sampah bagi penduduk kota. Setiap hari berbagai jenis sampah penduduk diangkut dari bak-bak sampah yang terdapat di kota, kemudian ditumpuk di TPA. Beberapa bahan organik yang ada di TPA sampah yang bersifat mudah urai (biodegradable) umumnya tidak stabil dan cepat menjadi busuk karena mengalami proses degradasi menghasilkan zat-zat hara, zat-zat kimia toksik dan bahan-bahan organik sederhana, selanjutnya akan menimbulkan bau yang menyengat dan mengganggu (Samornet al., 2002).

Lindi terbentuk di setiap lokasi pembuangan sampah (Biehler dan Hagele, 1995). Pembentukan lindi merupakan hasil dari infiltrasi dan perkolasi (perembesan air dalam tanah) dari air hujan, air tanah, air limpasan atau air banjir yang menuju dan melalui lokasi pembuangan sampah (Nemerow dan Dasgupta, 1991).

Lindi memiliki karakteristik tertentu, hal ini disebabkan limbah yang dibuang pada lokasi pembuangan sampah berasal dari berbagai sumber yang berbeda dengan tipe limbah yang berbeda pula. Menurut Fadel et al. (1997), komposisi lindi tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik sampah (organik, anorganik), tetapi juga mudah-tidaknya penguraian (larut/tidak larut), kondisi tumpukan sampah (suhu, pH, kelembaban, umur), karakteristik sumber air (kuantitas dan kualitas air yang dipengaruhi iklim dan hidrogeologi), komposisi tanah penutup, ketersediaan nutrien dan mikroba, serta kehadiran inhibitor.

Iklim merupakan faktor penting yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas lindi. Hujan menjadi fase transport untuk pencucian dan migrasi kontaminan dari tumpukan sampah dan memberikan kelembaban yang dibutuhkan untuk aktivitas biologis. Demikian halnya dengan umur tumpukan sampah, juga mempengaruhi kualitas lindi dan gas yang terbentuk. Perubahan kualitas lindi dan gas menjadi parameter utama untuk mengetahui tingkat stabilisasi tumpukan sampah (Pohland dan Harper, 1985).


(36)

2.2 Karakteristik Lindi

Lindi mengandung bahan organik, bahan anorganik dan bakteri patogen (Garnasih, 2009). Bahan organik yang terdapat pada lindi diindikasikan dengan nilai BOD dan COD (Qasim, 1994). Beberapa hara tanaman, baik berupa hara makro seperti: nitrat (NO3-), amonium (diindikasikasikan oleh NH3), phosfat (PO43-), kalium

(K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan Sulfat (SO42-); hara mikro seperti : besi (Fe),

mangan (Mn), tembaga (Cu) dan seng (Zn) ditemukan di dalam lindi. Sedangkan bakteri patogen yang umumnya diindikasikan oleh nilai E. coli juga terdapat pada lindi. Nilai dari parameter pencemar tersebut disajikan pada Tabel 1, 2 dan 3.

Tabel 1. Komposisi lindi buangan domestik

Parameter Satuan Kisaran Konsentrasi

PH - 6,2 – 7,4

COD(Chemical Oxygen Demand) mg/l 66 – 11.600

BOD(Biological Oxygen Demand) mg/l < 2 – 8.000

TOC(Total Organic Carbon) mg/l 21 – 4.400

Amoniak mg/l 5 – 30

Nitrat mg/l < 0,2 – 4,9 Nitrogen organik mg/l ND – 155 H2PO4- mg/l < 0,02 – 3,4

Cl- mg/l 70 – 2.777

SO42- mg/l 55 – 456

Na mg/l 43 – 2.500

Mg mg/l 12 - 480

K mg/l 20 – 50

Ca mg/l 165 – 1.150

Cr mg/l < 0,05 – 0,14

Mn mg/l 0,32 – 26,5

Fe mg/l 0,09 – 380

Ni mg/l < 0,05 – 0,16 Cu mg/l < 0,01 – 0,15 Zn mg/l < 0,05 – 0,95 Cd mg/l < 0,005 – 0,01 Pd mg/l < 0,05 – 0,22

Sumber : LiskdalamYounget al., 1995 ND =not detectable


(37)

Tabel 2. Kualitas lindi TPA sampah Bantar Gebang

Parameter Konsentrasi (mg/l)

Biochemical Oxygen Demand (BOD) 4.500 - 13.000 Chemical Oxygen Demand (COD) 11.000 - 22.000 Padatan Tersuspensi 550 - 2.000 Padatan Terlarut 11.000 - 14.450

PH 6,5 - 7,6

Kesadahan (CaCO3) 3.100 - 5.200

Kalsium 650 - 900

Magnesium 450 - 650

Phosphor 2,6 - 3,0

NH3-N 700 - 2.000

Kjehldal-N(NO3-N) 600 - 1.750

Sulfat 110 - 700

Clorida 3.000 - 5.000

Natrium 1.150 - 1.400

Kalium 950 - 970

Kadmium 0,045 - 0,009

Crom 0,23 - 0,4

Sumber : Widyatmoko dan Sintorini, 2002

Tabel 3. Hasil pengukuran kualitas lindi TPA sampah Galuga di Bogor

Parameter Satuan Stasiun Pengamatan Baku Mutu*) Kolam Lindi 1 Kolam

Lindi 2 Sawah

Fisika

1. Kekeruhan NTU 0,05 0,95 0,62 (-)

2. Warna Pt.Co 62 48 23 (-)

3. Padatan Tersuspensi mg/l 250 1980 1990 400

4. Odour/bau Visual bau tb tb (-)

Kimia

1. pH - 7,67 6,50 8,83 5–9

2. COD mg/l 880,23 628,80 670,72 100

3. BOD5 mg/l 305 260 255 12

4. Nitrit (NO2

-N) mg/l 0,004 0,004 0,004 (-)

5. Nitrat (NO3-N) mg/l 0,068 0,033 0,014 20

6. Mangan (Mn) mg/l 0,016 0,008 0,015 (-)

7. Tembaga (Cu) mg/l 0,053 0,097 0,091 0,2

8. Kadmium (Cd) mg/l 0,032 0,057 0,050 0,01

9. Timah Hitam (Pb) mg/l 0,015 0,009 0,011 1

10. Sulfat (SO4) mg/l 13,597 12,217 9,344 (-)

Mikrobiologi

1. E. coli MPN/100

ml 35.000 40.000 20.000 10.000

Sumber : DKP Kota Bogor (2003)


(38)

Hubungan antara komposisi beberapa bahan pencemar dalam air limbah domestik dengan tingkat pencemaran disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan klasifikasi tingkat pencemaran seperti yang terdapat pada tabel tersebut dan apabila BOD dan COD yang dijadikan acuannya, maka TPA sampah Galuga di Bogor termasuk TPA sampah dengan tingkat pencemaran berat.

Tabel 4. Klasifikasi tingkat pencemaran dari limbah domestik berdasarkan beberapa parameter kualitas air

Parameter Tingkat Pencemaran

Berat Sedang Ringan

1. Padatan total (mg/liter) 1.000 500 200 2. Bahan padatan terendapkan (ml/liter) 12 8 4 3. BOD (mg/liter) 300 200 100 4. COD (mg/liter) 800 600 400 5. Nitrogen total (mg/liter) 85 50 25 6. Amonia nitrogen (mg/liter) 30 30 15

Sumber : Rump dan Krist (1992dalamEffendi, 2003)

Beberapa bahan pencemar yang terdapat dalam lindi seperti BOD, COD, bahan anorganik dan bakteri patogen.

2.2.1 BOD dan COD

BOD dan COD merupakan indikator keberadaan bahan organik dalam lindi dan kedua parameter ini merupakan komponen terbesar dalam lindi (Qasim, 1994). Menurut Manik (2007), BOD merupakan banyaknya oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan atau mengoksidasikan bahan organik dalam 1 liter air limbah selama pemeraman (5 x 24 jam pada suhu 20oC). COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oksidator untuk mengoksidasi bahan/zat organik dalam 1 liter air limbah. Nilai COD biasanya lebih tinggi dari nilai BOD karena bahan yang stabil (tidak terurai) dalam uji BOD dapat dioksidasi dalam uji COD.

Keberadaan bahan organik yang tinggi dalam lingkungan perairan dapat menimbulkan masalah berupa bau, warna dan rasa. Dalam suasana anaerobik (kekurangan oksigen), degradasi bahan organik dapat menghasilkan gas-gas (NH3,


(39)

2.2.2 Bahan Anorganik

Bahan anorganik yang terdapat dalam lindi dapat berupa kation dan anion. Kation atau anion tersebut dapat berguna/tidak berguna sebagai hara tanaman. Zat hara yang terdapat dalam lindi, selain berasal dari hasil pembilasan bahan sampah yang berasal dari industri, juga dapat berasal dari proses pelapukan bahan sampah yang mudah urai (jaringan tanaman maupun hewan) karena di dalam jaringan tanaman dan hewan juga terdapat unsur yang diambil dari tanah dan akan kembali ke lingkungan melalui proses perombakan jaringan tanaman atau hewan tersebut. Menurut Hakim et al. (1986), sekitar 0,5 atau hingga 6% jaringan tanaman berupa unsur yang diambil dari tanah.

Tabel 5. Unsur hara yang berasal dari tanaman dan sumbernya

Unsur Makro Unsur Mikro

Dari udara dan air Dari Tanah Dari tanah

C N Mn

H P Cu

O K Zn

- Ca Mo

- Mg B

- S Cl

- - Fe

Sumber : Hakimet al. (1986)

Logam berat dapat berada di TPA sampah karena bahan tersebut diperlukan untuk mendukung aktivitas kehidupan manusia seperti untuk membuat peralatan. Keberadaannya di lingkungan harus dihindari karena apabila logam berat masuk ke dalam rantai makanan dalam kadar tertentu dapat mengganggu kesehatan. Diana (1992) mendapatkan dari hasil penelitiannya bahwa pada lumpur air sampah yang terdapat di TPA sampah Bantar Gebang didapati kandungan logam berat, seperti disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan logam berat dalam lumpur TPA sampah Bantar Gebang

No. Parameter Statiun Pengamatan

1 2 7

1. Fe (mg/l) 10,83 10474,72 20,26 2. Pb (mg/l) ttd 17,087 0,015 3. Cr (mg/l) 0,009 4,976 0,015 4. Cu (mg/l) 0,00025 20,072 0,00945 5. Cd (mg/l) 0,0034 0,301 0,003


(40)

Beberapa logam yang sering dijumpai dalam lindi adalah Cu, Zn, Mn, Fe yang merupakan hara mikro essensial dan Pb, Cd, Cr yang merupakan hara mikro non essensial bagi tanaman. Logam-logam tersebut dapat mengendap pada pH tertentu atau setelah mengalami oksidasi. Logam-logam tersebut juga dapat membentuk zat yang mudah mengendap bila berikatan dengan bahan lain. Beberapa kegunaan dan akibat yang ditimbulkan oleh logam tersebut pada lingkungan dan manusia sebagai berikut :

1. Tembaga (Cu)

Tembaga banyak digunakan pada pabrik yang memproduksi alat-alat listrik, gelas dan zat warna yang biasanya bercampur dengan logam lain sebagai alloy. Selain itu, tembaga juga banyak digunakan untuk bidang pertanian yakni sebagai campuran untuk fungisida dan moluskisida. Logam ini dapat menyebabkan gastro enteritis,shockdan kematian (Darmono, 2001).

2. Seng (Zn)

Seng banyak digunakan dalam produksi logam campuran, misalnya : perunggu, loyang dan kuningan. Logam ini dapat menyebabkan pembentukan tulang yang abnormal (Darmono, 1995).

3. Mangan (Mn)

Mangan biasa digunakan dalam industri baterai. Akibat yang ditimbulkannnya dapat mempengaruhi metabolisme pembentukan Hb (Darmono,1995).

4. Besi (Fe)

Besi banyak digunakan dalam industri bahan celupan dan tekstil (Eckenfelder, 1989). Logam ini dapat menyebabkan gangguan mental (Darmono, 2001).

5. Timbal (Pb)

Timbal banyak digunakan untuk aki, baterai, produksi logam, kimia, listrik, pigmen dan cat, sedangkan akibat yang ditimbulkannya, diantaranya dapat menghambat sistem pembentukan Hb (Darmono, 2001).

6. Kadmium (Cd)

Kadmium banyak digunakan untuk pelapis logam, cat/pigmen, pembuatan PVC atau plastik, juga untuk pembuatan baterai/aki; sedangkan akibat yang dapat ditimbulkannya yaitu menyebabkan keracunan pada manusia dan kerapuhan tulang (Darmono, 2001).


(41)

7. Crom (Cr)

Crom banyak digunakan sebagai bahan pelapis pada bermacam-macam peralatan. logam ini dapat menyebabkan kanker paru-paru (Palar, 2004).

2.2.3 Bakteri Patogen

Bakteri patogen yang biasanya disebarkan melalui air limbah adalah bakteri yang menyebabkan penyakit diare, disentri, kolera, atau tifus (Perpamsi-ITB, 1989). Bakteri-bakteri tersebut tumbuh dalam suasana yang cocok bagi dirinya yaitu usus manusia dan hewan berdarah panas. Oleh karena jumlah penderita dan pengidap dibandingkan keseluruhan populasi yang ada sangat kecil, maka secara teknis penelusuran bakteri patogen secara langsung sangat sulit dilakukan karena konsentrasinya yang rendah (Santika, 1984). Oleh karena itu, untuk menduga keberadaan bakteri patogen dalam lindi diperlukan bakteri indikator untuk menduga terdapatnya bakteri patogen ataupun tidak. Sebagai indikatornya digunakan bakteri

E. coli. Pemilihan bakteri E. colisebagai bakteri indikator didasarkan pada beberapa hal, yaitu bakteri E. coliterdapat pada tinja dalam jumlah yang besar; E. coli hidup secara komensalisme dengan bakteri patogen; bakteri tersebut dapat dihitung dengan mudah dan hasilnya dapat dipercaya; dan tidak dapat tumbuh di luar tubuh, kecuali di dalam media biakan bakteri.

Tabel 7. Organisme patogen yang sering ditemukan di sampah

Organisme Penyakit Sumber

Bacillus anthracis Antrax Sampah. Spora sulit ditangani.

Ascaris spp Cacing Nematoda

Air buangan dan lumpur yang digunakan untuk pupuk. Berbahaya bagi manusia.

Mycobacterium tuberculosis Tuberculosis Air buangan dan limbah yang berasal dari Sanatorium.

Samonella paratyphi Demam Typhoid Air buangan. Kadang-kadang bersifat endemik.

Shigella spp Bacillary dysentery Air tercemar.

Leptospira

icterohaemorhagiae Leptospirosis Selokan

Taenia spp Cacing pita Air buangan.

Vibrio cholerae Kolera Air buangan dan air yang tercemar.

Entamoeba hystolytica Disentri Air yang tercemar dan air yang digunakan untuk pupuk.


(42)

2.2.4 Total Dissolve Solid,Total Suspended Soliddan Padatan Mengendap

Air buangan seringkali mengandung padatan terlarut yang tidak dapat diidentifikasi secara visual dengan indera biasa. Selain itu, pada air buangan juga mengandung bahan tersuspensi yang tetap melayang dalam air dan bahan yang mudah mengendap yang langsung dapat diidentifikasi secara visual dengan indera biasa. Jumlah padatan terlarut dapat diindikasikan oleh nilai total Dissolve Solid(TDS) dan jumlah padatan tersuspensi dapat diindikasikan oleh nilai total padatan tersuspensi (Total Suspended Solid) (TSS). Keduanya dapat diukur dengan cara gravimetrik. Jumlah padatan mengendap dapat diukur dalam satuan ml/volume dengan menggunakan tabungimhoff(Santika, 1984).

Bahan padatan terlarut dapat berupa bahan organik atau anorganik baik berupa kation atau anion terlarut yang tidak tersaring dengan kertas saring milipore berukuran pori 0,45 µm (Oram, 2010). Beberapa bahan anorganik yang merupakan padatan terlarut yang mempengaruhi nilai TDS, seperti: Timbal (Pb), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), garam Magnesium maupun Kalsium (Effendi, 2003). Tampilan air yang memiliki TDS tinggi seringkali tidak merubah warna air. Air tetap kelihatan jernih, namun rasa menjadi berbeda. Nilai TDS yang tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti ikan, karena keberadaan bahan padatan terlarut dalam jumlah yang tinggi dapat menjadi racun bagi ikan. Oleh karenanya, analisis total padatan terlarut sering digunakan sebagai uji indikator untuk menentukan kualitas umum dari air. Nilai total padatan terlarut mewakili jumlah ion yang terdapat dalam air (Fardiaz, 1992).

Padatan tersuspensi adalah bahan-bahan yang tertahan pada saringan milipore dengan diameter pori 0,45 µm. Bahan-bahan tersebut terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad renik. Keberadaan bahan-bahan ini menyebabkan kekeruhan hingga dapat menghambat laju fotosintesis fitoplankton yang merupakan produktivitas primer perairan yang selanjutnya dapat mengganggu keseluruhan rantai makanan (Nasution, 2008). Padatan tersuspensi dapat mempengaruhi biota perairan melalui 2 cara. Pertama, padatan tersuspensi dapat menghalangi penetrasi cahaya ke dalam badan air. Hal ini akan mengurangi pasokan oksigen terlarut dalam badan air. Kedua, padatan telarut yang tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti ikan karena bahan ini tersaring oleh insang (Fardiaz, 1992).


(43)

Padatan mengendap merupakan bahan padatan yang dapat langsung mengendap jika air tidak terganggu untuk beberapa saat. Bahan yang mudah mengendap ini terdiri dari partikel-partikel padatan yang mempunyai ukuran besar dan berat sehingga dapat mengendap dengan sendirinya karena gravitasi. Padatan mengendap dapat menimbulkan pendangkalan pada badan-badan air yang selanjutnya dapat berpengaruh pada berkurangnya fungsi badan air (Nasution, 2008).

2.3 Pengaruh Lindi terhadap Lingkungan

Apabila lindi yang berasal dari TPA sampah masuk ke badan-badan air akan mengakibatkan pencemaran pada badan-badan air tersebut yang ditandai dengan perubahan kualitas air sungai dan selanjutnya dapat mempengaruhi terhadap kehidupan masyarakat di sekitar TPA sampah yang memanfaatkan air yang sudah tercemar untuk kehidupan sehari-harinya (Garnasih, 2009). Beberapa gangguan akibat pencemaran yang disebabkan air limbah diuraikan di bawah ini.

2.3.1 Gangguan terhadap Kesehatan

Lindi dapat berfungsi sebagai pembawa penyakit karena di dalamnya sering didapatkan bakteri patogen yang berasal dari sampah (Mulia, 2005). Menurut Dinas Kesehatan Kota Bekasi (2000dalamSuganda, 2003), jenis penyakit dengan frekuensi lebih tinggi yang ditemukan pada masyarakat di sekitar TPA sampah Bantar Gebang adalah ISPA, kulit dan gastritis. Penyakit-penyakit tersebut dapat disebarluaskan melalui lindi yang telah terkontaminasi oleh bakteri patogen sebagai akibat lindi yang masuk ke badan-badan air di sekitar TPA sampah belum/kurang mendapatkan perlakuan yang memadai.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sumur milik penduduk yang berada di sekitar TPA Sampah Putri Cempo Surakarta mengandung jumlahE. colidi atas baku mutu (Wahjuni, 1996). Demikian halnya dengan sampel air yang diambil dari areal persawahan di sekitar TPA sampah milik Pemda Kota Bogor, juga mengandung

E. coli di atas baku mutu (DKP Kota Bogor, 2003). Kenyataan ini menunjukkan bahwa lindi yang dialirkan ke lingkungan telah menjadi sumber penyebar penyakit yang berasal dari sampah.

2.3.2 Gangguan terhadap Kehidupan Biotik


(44)

dapat menyebabkan kematian. Kematian juga dapat disebabkan oleh adanya zat beracun yang terdapat dalam lindi. Selain menyebabkan kematian ikan-ikan dan bakteri-bakteri, polutan yang terdapat dalam lindi juga dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air. Kematian bakteri dapat menyebabkan proses penjernihan sendiri (self purification) menjadi terhambat. Akibat selanjutnya adalah air limbah akan sulit untuk diuraikan (Sugiharto, 1987).

2.3.3 Gangguan terhadap Keindahan dan Kenyamanan

Bau dapat disebabkan oleh hidrogen sulfida yang dihasilkan dari proses pembusukan bahan organik secara anaerobik, sedangkan gangguan warna dan rasa dapat disebabkan oleh senyawa organik (Effendi, 2003). Beberapa bau lainnya yang berasal dari sampah adalah sebagai berikut.

Tabel 8. Katagori bau pada sampah

Senyawa Formula Kualitas Bau

Amin CH3NH2(CH3)3N amis

Amoniak NH3 amoniak

Diamin NH2(CH2)5NH2 daging busuk

Hydrogen Sulfida H2S telur busuk

Organik Sulfida (CH3)2S.CH3SCH3 kubis busuk

Mercaptan CH3SH.CH3(CH2)3SH bau seperti musang

Skatole C8H5NHCH3 tinja

(Moncieff, 1987dalamTsoet al., 1990)

2.3.4 Gangguan terhadap Benda

Kerusakan pada benda dapat disebabkan oleh keberadaan gas karbondioksida dalam air limbah karena gas ini bersifat korosif, dapat mempercepat proses terjadinya karat pada benda yang terbuat dari besi yang akhirnya dapat menimbulkan kebocoran. Selain itu, keberadaan lemak pada air limbah juga dapat menimbulkan masalah karena pada suhu tinggi berbentuk cair, namun dalam suhu normal akan menggumpal pada saluran pipa-pipa (Sugiharto, 1987).

2.4 Pengolahan Air Limbah

Pengolahan air limbah bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersuspensi terapung, menurunkan bahan organik biodegradable serta mengurangi organisme patogen. Pengolahan dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan bantuan peralatan (Manik, 2005). Setiap metode pengolahan limbah menghasilkan efluen dengan kualitas tertentu. Untuk menentukan efektivitas dari suatu metode pengolahan


(45)

Mara dan Cairncross (1994) mengemukakan bahwa sistem pengolahan air limbah yang ideal harus memenuhi kriteria-kriteria berikut ini :

1. Kesehatan.

Sistem harus mempunyai kemampuan bakterisida yang tinggi terhadap mikroorganisme patogen.

2. Guna ulang.

Sistem harus menghasilkan produk yang aman untuk digunakan kembali, terutama dalam akuakultur dan agrikultur.

3. Ekologis.

Apabila tidak digunakan lagi, maka limbah cair yang dibuang ke lingkungan agar dijaga tidak melebihi kemampuan alam untuk pemurnian diri sendiri.

4. Kenyamanan.

Bau yang ditimbulkan harus di bawah batas ambang yang diperkenankan. 5. Kultural.

6. Metode yang dipilih dalam pengumpulan, pengolahan dan penggunaan kembali harus dapat diterima oleh budaya masyarakat setempat.

7. Operasional.

Ketrampilan yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem pengolahan harus dapat disediakan secara lokal dengan hanya sedikit tambahan latihan.

8. Biaya.

Menurut Subiyanto (2000), dalam pengelolaan air limbah, tidak ada aturan yang pasti mengenai jenis pengolahan yang harus mendahului dibanding jenis pengolahan lainnya. Semuanya tergantung pada keadaan khusus dalam setiap kasus dan tujuan pengolahan. Informasi yang dibutuhkan sebelum memilih instalasi pengolahan limbah adalah : (1) informasi tentang kualitas dan kuantitas limbah, dan (2) informasi tentang baku mutu.

Penghilangan polutan dari air limbah dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya melalui pemberian udara (aerasi) ke dalam air limbah maupun melalui proses penyaringan menggunakan zeolit. Siregar (2005) mengemukakan bahwa pengolahan aerasi bertujuan untuk membersihkan zat-zat organik/mentransformasi zat-zat organik menjadi bentuk yang kurang berbahaya. Perubahan zat-zat organik yang terlarut menjadi zat-zat partikulta (koloni bakteri) dapat dihilangkan dengan


(46)

itu, proses aerasi hanya merupakan tahapan tersendiri di dalam rantai proses pengolahan yang modern. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) biasanya memiliki lebih dari satu proses pengolahan.

Filtrasi (penyaringan) guna menurunkan polutan dari air limbah dapat dilakukan menggunakan zeolit. Menurut Sutarti dan Rahmawati (1994), zeolit mampu menghilangkan kekeruhan, menurunkan kandungan bahan kimia dan menurunkan jumlah bakteri patogen. Ketiga hal tersebut dapat terjadi karena selama proses, di dalam media filter terjadi peristiwa-peristiwa: mekanis, penjerapan, metabolisme secara biologis dan pertukaran ion.

Proses penghilangan polutan melalui sistim aerasi umumnya menghasilkan partikulat dan bahan organik koloid berupa gumpalan lumpur. Untuk mengendapkannya memerlukan waktu 20 – 30 menit (Jenie dan Rahayu, 1990). Menurut Sugiharto (1987), kebutuhan udara dalam proses aerasi adalah sebesar 123 m3tiap kg BOD.

2.4.1 Pengolahan Aerasi

Proses aerasi merupakan proses penambahan gas oksigen yang berasal dari udara ke dalam air limbah dengan tujuan untuk menghilangkan bahan organik maupun bau yang disebabkan oleh senyawa hasil penguraian zat organik yang terjadi secara anaerobik, misalnya NH3,H2S dan CH4. Dasar perencanaannya bersumber dari

pengertian aktivitas metabolisme (biokimia) mikroorganisme. Pengertian proses biokimia itu sendiri adalah penggunaan enzim mikroorganisme untuk mengubah bahan makanan/substrat (biodegradable carbon), demi berlangsungnya sintesis sel dan pertumbuhan mikroorganisme tersebut (Metcalf dan Eddy, 2003). Lebih jauh lagi dikemukakan bahwa prinsip aplikasi dari proses pengolahan dengan cara ini adalah : (1) pengurangan bahan organik berkarbon (carboneous organic matter) dalam air limbah, yang biasanya diukur dengan parameter BOD (biological organic demand), TOC (total organic chemical) atau COD (chemical organic demand); (2) Nitrifikasi; dan (3) Stabilisasi limbah.


(47)

Qasim (1994) mengemukakan bahwa hal yang diperlukan secara mendasar dari proses aerasi adalah :

1. Keberadaan mikroorganisme;

2. Kontak (hubungan) yang baik antara mikroorganisme dengan limbah cair; 3. Ketersediaan oksigen;

4. Ketersediaan nutrien; dan

5. Pemeliharaan kondisi lingkungan lainnya seperti : suhu, pH dan lainnya.

Tempat berlangsungnya proses biokimia (bioproses) sering diistilahkan

dengan ”reaktor”. Ada dua macam reaktor, yakni reaktor alami dan buatan. Reaktor alami yang terjadi dalam periode waktu lama seperti sungai atau danau, dan reaktor alami yang terjadi secara spontan sesudah turun hujan seperti genangan atau kolam. Sedangkan tempat berlangsungnya proses biokimia buatan manusia dapat didesain untuk proses fermentasi maupunaktivated sludge(Wisjnuprapto, 1995).

Berdasarkan sistim pengolahannya, reaktor terbagi menjadi dua, reaktor sistim

batch (RB) yang bersifat tertutup dan reaktor sistim kontinyu yang bersifat terbuka yang memungkinkan limbah cair yang akan diproses dapat masuk ke dalam tangki dan efluen yang dihasilkan dapat dikeluarkan selama proses pengolahan berlangsung. Pada reaktor sistim batch, bahan yang diproses dapat tercampur sempurna. RB mengandung nutrien dalam suspensi tertentu. Tidak ada material yang ditambahkan ke dalam atau dihilangkan dari reaktor. Pada sistem ini, nutrien akan menjadi habis dan pertumbuhan menjadi terbatas. Lingkungan RB dapat dikarakterisasikan sebagai lingkungan yang berubah secara kontinyu. Di lingkungan RB, konsentrasi nutrien, dan massa sel berbeda dari satu saat ke saat lainnya (Wisjnuprapto, 1995). Reaktor jenis ini menjadi sangat sesuai apabila produk dari bioproses akan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Secara visual, reaktor sistim batch disajikan pada Gambar 2 dan pola pertumbuhan bakteri disajikan pada Gambar 3.


(48)

Gambar 2. Reaktor sistembatch(Wisnujprapto, 1995)

Gambar 3. Kurva pertumbuhan bakteri (Metcalf & Eddy, 2003)

Salah satu upaya untuk menambahkan oksigen ke dalam air limbah dapat dilakukan dengan memasukkan udara ke dalam air limbah. Proses memasukkan udara atau oksigen murni ke dalam air limbah dapat dilakukan dengan menggunakan

benda porous atau “nozzle”. Apabila “nozzle” diletakkan di tengah-tengah, maka akan meningkatkan kecepatan gelembung udara tersebut berkontak dengan air limbah sehingga proses pemberian oksigen akan berjalan lebih cepat. Oleh karena itu,

biasanya “nozzle” diletakkan pada dasar bak aerasi. Udara yang dimasukkan berasal

dari udara luar yang dipompakan ke dalam air limbah oleh pompa tekan. Di dalam bak aerasi, bakteri aerob akan memakan bahan organik dengan bantuan O2. Upaya

penyediaan oksigen ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan lingkungan sehingga bakteri pemakan bahan organik dapat tumbuh dan berbiak dengan baik dan terjamin kelangsungan hidupnya. Pengalaman menunjukkan bahwa 43–123 m3udara


(1)

Tabel Lampiran 21. Nilai TDS, pH, kadar Mn dan Ca pada sentrat dari percobaan pembuatan bahan pupuk cair dari lindi dengan penambahan kapur dan KMnO4

Parameter

Dosis

Ulangan Tanpa Kapur

+ CaO

+ Ca(OH)2

Tanpa Kapur

+ CaO

+ Ca(OH)2 KMnO4

(%)

TDS (ppm)

0

1 2870 2450 2430 2950 2490 2460

2 2560 2480 2440 2610 2450 2440

0,01%

1 2950 2750 2730 2990 2730 2670

2 2630 2590 2560 2630 2640 2650

0,02%

1 2790 2530 2510 2880 2870 2850

2 2900 2880 2880 2900 2590 2560

0,03%

1 3290 2970 2970 3150 2940 2840

2 2540 2460 2450 2880 2560 2600

pH

0

1 8,6 10,3 10,5 9,0 10,4 10,3

2 9,2 10,8 10,3 8,7 10,5 10,4

0,01%

1 9,0 9,6 9,6 8,4 9,6 9,8

2 8,6 10,4 10,0 8,9 10,3 10,1

0,02%

1 8,6 9,6 10,0 8,3 9,6 9,9

2 9,0 10,4 9,5 8,9 10,2 9,5

0,03%

1 8,4 9,6 9,9 8,3 9,4 9,3

2 9,2 10,3 9,5 8,9 10,4 10,0

Mn (ppm)

0

1 0,01 0,003 0,005 0,03 0,002 0,002

2 0,03 0,007 0,009 0,05 0,004 0,004

0,01%

1 0,32 0,05 0,07 1,02 0,17 0,18

2 0,58 0,09 0,11 0,48 0,25 0,3

0,02%

1 1,09 0,14 0,21 1,65 0,23 0,34

2 0,81 0,20 0,29 1,57 0,37 0,6

0,03%

1 1,09 0,11 0,25 1,65 0,21 0,59

2 1,21 0,27 0,49 2,13 0,47 0,49

Ca (ppm) 0

1 3,02 2,73 3,33 5,43 3,62 1,98

2 4,04 1,99 1,52 4,43 1,69 1,27

0,01%

1 1,65 1,29 1,31 1,72 1,65 1,63

2 1,93 1,59 1,33 2,14 1,87 1,25

0,02%

1 0,72 0,51 0,43 1,52 0,71 0,56

2 1,20 0,77 0,75 1,12 0,83 0,94

0,03%

1 0,78 0,28 0,18 0,65 0,78 0,43


(2)

190

Tabel Lampiran 22. Kadar logam mikro dan bahan organik pada endapan dari percobaan pembuatan bahan pupuk cair darilindidengan penambahan kapur dan KMnO4

Parameter

Dosis KMnO4

(%)

Ulangan Tanpa Kapur

+

CaO + Ca(OH)2

Tanpa Kapur

+

CaO + Ca(OH)2

Cu (ppm) 0

1 7,89 8,65 8,76 5,67 4,32 5,67

2 11,43 11,01 12,32 6,29 8,94 7,59

0,01%

1 11,27 13,44 12,98 6,21 11,64 13,21

2 16,23 20,00 16,16 9,37 13,90 10,87

0,02%

1 17,35 14,11 13,87 10,98 10,34 12,48

2 12,87 17,57 9,49 11,26 13,26 8,82

0,03%

1 14,89 15,23 9,06 11,23 8,98 5,87

2 17,03 12,17 7,54 15,29 12,58 8,77

Zn (ppm) 0

1 11,21 39,64 30,65 7,56 20,43 19,43

2 13,83 31,72 42,73 8,82 28,29 33,41

0,01%

1 22,21 36,72 40,76 11,98 32,76 29,65

2 16,35 42,12 35,64 13,94 28,34 28,07

0,02%

1 23,34 29,49 27,87 22,25 25,21 28,31

2 25,00 33,25 30,11 13,77 32,35 24,07

0,03%

1 23,21 20,86 17,56 29,31 26,42 18,56

2 27,43 30,90 21,68 12,35 16,08 20,12

Mn (ppm)

0 1 128,32 223,87 264,32 132,98 132,45 187,35 2 202,84 305,75 174,74 120,04 260,21 159,51 0,01% 1 398,21 412,23 398,54 456,65 454,43 378,44 2 472,33 446,27 447,82 379,77 367,31 426,22 0,02% 1 423,45 412,65 413,45 467,89 398,76 432,39 2 481,31 472,33 465,57 395,05 449,78 404,95 0,03% 1 468,98 432,65 476,89 423,76 432,87 412,56 2 484,20 508,13 450,75 489,22 486,61 452,56

Fe (ppm)

0 1 239,60 325,67 365,34 265,87 287,67 303,34 2 283,70 370,81 285,02 216,01 299,63 255,72 0,01% 1 347,45 376,23 374,23 276,54 312,23 297,56 2 286,07 349,41 326,01 241,20 299,53 264,14 0,02% 1 354,34 376,87 342,65 327,13 312,67 265,87 2 324,92 332,77 317,21 289,29 286,85 248,01 0,03% 1 356,78 354,32 299,65 327,65 245,87 234,80 2 339,70 320,50 281,05 311,65 221,29 190,62

Pb (ppm)

0 1 15,02 16,76 14,73 8,86 9,67 7,12

2 10,74 10,30 13,77 5,24 4,63 9,98

0,01% 1 14,89 18,05 16,09 11,23 16,09 13,34

2 13,03 14,45 14,67 8,63 12,55 11,24

0,02% 1 15,98 16,02 15,56 13,95 13,98 12,32

2 13,32 13,94 12,60 8,35 8,56 10,40

0,03% 1 17,45 16,12 14,03 13,99 11,38 10,23


(3)

Lanjutan Tabel Lampiran 22.

Parameter

Dosis KMnO4

(%)

Ulangan Tanpa

Kapur + CaO

+ Ca(OH)2

Tanpa Kapur

+ CaO

+ Ca(OH)2

Cd (ppm) 0

1 9,01 9,32 8,82 8,65 8,72 9,12

2 5,03 6,40 7,24 3,81 5,40 5,34

0,01%

1 11,12 10,29 9,34 9,65 11,21 8,98

2 7,06 8,95 7,90 6,81 6,47 6,86

0,02%

1 10,54 9,56 9,98 8,99 9,72 7,43

2 9,08 8,16 4,40 8,69 6,60 6,55

0,03%

1 12,01 9,76 8,03 11,27 8,98 7,87

2 8,69 6,40 5,23 7,75 6,46 4,43

Cr (ppm)

0

1 1,98 2,45 2,98 1,98 1,97 1,12

2 2,36 2,09 1,54 1,44 1,69 2,36

0,01%

1 2,05 2,65 2,64 2,76 1,99 1,59

2 1,91 2,21 2,12 1,58 1,75 1,99

0,02%

1 2,12 3,23 2,76 1,63 2,04 1,98

2 1,36 2,03 2,16 1,27 1,86 1,74

0,03%

1 1,87 2,99 2,65 1,41 2,45 1,87

2 0,97 2,57 2,53 1,01 2,17 2,43

Bahan Organik

(ppm)

0

1 800 1190 1160 720 1120 1120

2 1040 1410 1400 960 1320 1280

0,01%

1 780 1100 1080 700 1020 1060

2 1020 1220 1200 980 1140 1100

0,02%

1 760 1060 1020 680 900 860

2 980 1140 1140 960 1180 1180

0,03%

1 700 980 940 660 920 820


(4)

192

Tabel Lampiran 23. Kadar hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S),

E. coli

dan bahan organik pada pupuk cair berbahan dasar lindi

Pupuk Cair

N P K Ca Mg S E. coli

Bahan Organik

Berbahan

Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan

Dara Lindi

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

Lindi 5.89 6.57 11.04 13.60 80.46 94.20 92.46 102.46 93.49 88.63 7.54 9.30 590 470 130 170

Lindi disentrifugasi 114.18 128.66 28.17 34.69 825.42 865.94 402.18 385.02 257.42 271.58 16.12 17.48 4150 4410 950 890 Lindi dikocok 90.07 106.45 22.49 31.01 742.67 720.63 334.49 318.33 228.70 240.16 13.25 11.53 3840 4100 860 820 Lindi + 1000 ppm CaO disentrifugasi 383.42 368.24 128.47 114.41 953.28 942.94 8324.00 8276.00 942.80 976.20 46.47 50.59 2140 1920 1270 1330 Lindi + 1000 ppm CaO dikocok 317.45 331.63 91.47 104.05 836.49 818.87 7914.00 8026.00 864.12 883.84 35.12 39.92 1870 2010 1180 1260 Lindi + 0,01% KMnO4disentrifugasi 137.69 151.41 68.70 56.24 1032.48 1048.68 518.14 527.96 315.75 333.79 29.27 27.25 1850 1910 840 960 Lindi + 0,01% KMnO4dikocok 130.48 143.94 59.74 48.80 1022.48 1008.78 490.42 502.16 301.46 291.30 26.49 23.35 1640 1740 810 870 Lindi + 1000 ppm CaO + 0,01% KMnO4

disentrifugasi 314.47 298.33 97.12 90.68 1029.46 1016.70 8137.10 8155.10 893.42 901.58 38.12 40.34 1280 1240 1090 1230 Lindi + 1000 ppm CaO + 0,01% KMnO4dikocok 281.45 293.39 81.46 92.08 982.23 991.23 7624.30 7600.42 852.19 877.67 34.49 31.19 1090 1170 1020 1140


(5)

Tabel Lampiran 24. Tinggi tanaman, bobot brangkasan tanaman, jumlah buah, bobot buah dan kadar logam berat Pb, Cd dan Cr dalam buah hasil percobaan rumah kaca

Parameter

Logam dalam buah

No. Perlakuan Ulangan

Tinggi BrangkasanBobot JumlahBuah BobotBuah

Pb Cd Cr

1 Kontrol

1 26,0 9,39 1 2,97 0,69 0,02 0,09

2 27,0 7,29 0 0 0,65 0,03 0,11

2 + 10% NPK

1 27,5 10,05 1 3,15 0,69 0,02 0,10

2 28,0 7,96 1 3,48 0,75 0,02 0,12

3 Lindi + Pengocokan tanpa NPK

1 27,0 9,27 1 3,13 0,81 2 0,14

2 29,0 8,99 1 3,59 0,75 0,03 0,10

4 Lindi + Sentrifugasi tanpa NPK

1 27,5 10,08 1 3,09 0,82 0,03 0,12

2 29,5 8,17 2 6,24 0,78 0,02 0,16

5 Lindi + Pengocokan + 10% NPK

1 32,0 14,56 3 9,04 0,84 0,02 0,12

2 30,0 10,28 2 6,26 0,79 0,03 0,16

6 Lindi + Sentrifugasi + 10% NPK

1 32,0 10,43 3 11,24 0,86 0,03 0,20

2 31,0 15,21 2 7,24 0,79 0,03 0,16

7

Lindi + 0,01% KMnO4 + Pengocokan tanpa NPK

1 29,5 11,39 1 3,11 1,02 0,02 0,12

2 27,5 9,54 2 7,02 1,08 0,03 0,16

8

Lindi + 0,01% KMnO4 + Sentrifugasi tanpa NPK

1 27,0 9,72 3 9,26 1,08 0,03 0,16

2 30,0 11,77 1 3,37 1,13 0,04 0,14

9

Lindi + 0,01% KMnO4 + Pengocokan + 10% NPK

1 32,0 16,43 3 10,42 1,09 0,03 0,18

2 31,0 12,08 3 9,24 1,21 0,03 0,14

10

Lindi + 0,01% KMnO4 + Sentrifugasi + 10% NPK

1 31,5 17,61 4 15,16 1,18 0,04 0,17

2 32,5 13,96 3 9,89 1,29 0,04 0,15

11

Lindi + 1000 ppm CaO + Pengocokan tanpa NPK

1 28,0 11,08 2 6,29 0,72 0,02 0,16

2 29,0 10,76 2 6,13 0,78 0,03 0,18

12

Lindi + 1000 ppm CaO + Sentrifugasi tanpa NPK

1 30,0 13,08 3 10,27 0,73 0,03 0,18

2 28,0 11,49 2 6,56 0,88 0,03 0,20

13

Lindi + 1000 ppm CaO + Pengocokan + 10% NPK

1 31,5 17,48 6 22,93 0,84 0,04 0,19 2 32,5 15,26 4 12,48 0,91 0,03 0,15

14

Lindi + 1000 ppm CaO + Sentrifugasi + 10% NPK

1 33,0 15,84 7 23,38 0,89 0,03 0,23 2 32,0 18,63 7 25,07 0,96 0,04 0,19


(6)

194

Lanjutan Tabel Lampiran 24

No. Perlakuan Ulangan

Parameter Logam

Tinggi

Bobot Jumlah Bobot dalam Buah

Brangkasan Buah Buah Pb Cd Cr

15 Lindi + 0,01% KMnO4 + 1000 ppm CaO + pengocokan tanpa NPK

1 27,5 9,45 2 7,89 0,86 0,02 0,15

2 29,5 11,82 1 3,21 0,93 0,03 0,19

16

Lindi + 0,01% KMnO4 + 1000 ppm CaO + Sentrifugasi tanpa NPK

1 29,0 10,13 2 6,72 0,92 0,03 0,18

2 29,0 13,02 3 9,84 1,02 0,03 0,2

17

Lindi + 0,01% KMnO4 + 1000 ppm CaO + Pengocokan + 10% NPK

1 32,5 14,93 5 18,92 1,24 0,02 0,16

2 31,5 17,22 5 16,35 1,26 0,03 0,20

18

Lindi + 0,01% KMnO4 + 1000 ppm CaO + Sentrifugasi + 10% NPK

1 33,0 18,67 7 24,06 1,38 0,04 0,23

2 31,0 14,86 6 20,71 1,47 0,04 0,27

19 LAUXIN

1 33,0 15,63 4 15,36 0,71 0,03 0,14

2 31,0 18,23 2 7,12 0,77 0,02 0,10

20 ALAMI

1 31,0 15,12 6 20,73 0,72 0,02 0,12

2 34,0 18,06 6 18,63 0,66 0,02 0,10

21 KONTANIK

1 33,0 18,21 7 24,46 0,79 0,02 0,14

2 35,0 17,59 7 26,61 0,73 0,03 0,10

22 PETROVITA

1 32,0 18,72 6 20,22 0,72 0,02 0,09