Pemanfaatan Kegiatan Teknologi Perlindungan Penetapan Ketersediaan

136 data tidak dikategorikan sebagai faktor penentu dalam penyusunan rekomendasi, namun perlu diperhatikan sebagai faktor penentu dalam skenario. Pada masa yang akan datang ketersediaan basis data diprediksi terdapat 4 kemungkinan yang akan terjadi yaitu; 1 Tetap belum tersedia; 2 Sudah tersedia tetapi belum diperbaharui secara berkala; 3 Tersedia dan diperbaharui secara berkala; 4 Tersedia dan dapat diakses secara luas oleh semua pihak yang berkepentingan. Kemungkinan perubahan kondisi masing-masing faktor strategis dalam pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dapat dilihat pada Tabel 35 Tabel 35 Perubahan kondisi faktor-faktor kuncipenentu dalam pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah 1ssperbatasan Kalimantan Barat . Keadaan state masa depan faktor No. Faktor Strategis 1A 1B 1C 1D

1. Pemanfaatan

hasil hutan bukan kayu Tetap Seperti sekarang Pemanfaatan hasil hutan selain kayu meningkat Adanya wisata alam Perdagangan karbon Carbon trade 2A 2B 2C 2D

2. Kegiatan

ladang berpindah Meningkat karena bertambahnya jumlah penduduk, program pemberdayaan masyarakat tidak berjalan Tetap, dapat dikendalikan dengan adanya regulasi pemerintah Menurun karena program pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan yang berjalan dengan baik 3A 3B 3C 3D

3. Teknologi

mitigasi bencana kebakaran hutan Tetap tidak tersedia Tersedia tapi hanya pada kawasan tertentu saja Tersedia dan tersebar di seluruh kawasan hutan 4A 4B 4C 4D

4. Perlindungan

biota langka Hanya biota yang mendapat dukungan dana internasional Semua biota yang memiliki nilai ekonomi Semua biota langka 5A 5B 5C 5D

5. Penetapan

dan pengukuhan kawasan hutan Hanya ditetapkan fungsi kawasannya saja Ada tapal batas pada setiap kawasan Ada tapal batas dan Pos Pengamanan Penegakan hukum secara adil dan konsisten tentang batas dan fungsi kawasan 6A 6B 6C 6D

6. Ketersediaan

basis data Tetap belum tersedia Tersedia tapi data belum diperbaharui secara berkala Tersedia dan diperbaharui secara berkala Tersedia dan dapat diakses secara luas oleh semua pihak yang berkepentingan 137 Berdasarkan hasil diskusi pakar terlihat bahwa perubahan keadaan state pada setiap faktor belum tentu terjadi bersamaan. Tabel 36 menunjukan keadaan dari faktor yang tidak mungkin terjadi bersamaan mutual incompatible. Garis yang menghubungkan 2 keadaan pada faktor yang berbeda menunjukan bahwa keadaan tersebut tidak mungkin berada pada skenario yang sama. Tabel 36. Incompatible antar keadaan state dari keenam faktor penting dalam pengelolaan sumberdaya hutan di kawasan perbatasan Kalimantan Barat jangka waktu 5 Tahun Keadaan state masa depan faktor No. Faktor Strategis 1A 1B 1C 1D 1. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu Tetap seperti sekarang Pemanfataan hasil hutan selain kayu meningkat Adanya wisata alam Perdagangan karbon Carbon trade 2A 2B 2C 2. Kegiatan ladang berpindah Meningkat karena bertambahnya jumlah penduduk, program pemberdayaan masyarakat tidak berjalan Tetap, dapat dikendalikan dengan adanya regulasi pemerintah Menurun karena program pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan yang berjalan dengan baik 3A 3B 3C 3. Teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan Tetap tidak tersedia Tersedia tapi hanya pada kawasan tertentu saja Tersedia dan tersebar di seluruh kawasan hutan 4A 4B 4C 4. Perlindungan biota langka Hanya biota yang mendapat dukungan dana internasional Semua biota yang memiliki nilai ekonomi Semua biota langka 5A 5B 5C 5D 5. Penataan dan pengukuhan kawasan hutan Hanya ditetapkan fungsi kawasannya saja Ada tapal batas setiap kawasan A da tapal batas dan Pos Pengamanan Penegakan hukum secara adil dan konsisten tentang batas dan fungsi kawasan 6A 6B 6C 6D 6. Ketersediaan basis data Tetap belum tersedia Tersedia tapi data belum diperbaharui secara berkala Tersedia dan diperbaharui secara berkala Tersedia dan dapat diakses secara luas oleh semua pihak yang berkepentingan Berdasarkan Tabel 36 diatas, disusun skenario yang kemungkinan terjadi di masa depan. Hasil diskusi dari pakar menyatakan 5 skenario yang mungkin 138 terjadi dalam waktu 5 tahun ke depan. Tabel 37 menyajikan skenario yang mungkin terjadi di masa depan. Tabel 37. Hasil analisis skenario strategi pengelolaan sumberdaya hutan di kawasan perbatasan Kalimantan Barat No. Skenario Strategi Urutan Faktor 1. Menunggu kehancuran dan menuai bencana. 1A; 2A; 3A; 4A; 5A; 6A 2. Mencari peluang yang tidak maksimal 1B; 2A; 3A; 4A; 5B; 6B 3. Bertahan sambil mencari peluang 1B; 2A; 3B; 4B; 5B; 6A 4. Perbaikan secara menyeluruh dan terpadu 1C; 2B; 3B; 4B; 5B; 6C 5. Memanfaatkan hutan sebagai aset masa depan 1D; 2C; 3C; 4C; 5D; 6D Tabel 37 menunjukkan lima skenario yang mungkin terjadi di masa yang akan datang dalam pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat. Tabel 38 menyajikan keterangan masing-masing skenarion strategi tersebut. Tabel 38. Keterangan masing-masing skenario strategi pengelolaan sumberdaya hutan di kawasan perbatasan Kalimantan Barat No. Skenario Keterangan 1. Menunggu kehancuran dan menuai bencana. 1A pemanfaatan hasil hutan bukan kayu tetap seperti sekarang. 2A kegiatan ladang berpindah meningkat 3A teknologi mitigasi bencana tidak tersediatetap, 4A perlindungan biota langka hanya terhadap biota yang mendapat dukungan dana internasional 5A penataan dan pengukuhan kawasan hutan hanya ditetapkan fungsi kawasannya saja 6A basis data tidak tersedia. Jika skenario ini terjadi, maka diprediksi sumberdaya hutan akan mengalami kerusakan sehingga akan terjadi bencana ekologis berupa banjir, kekeringan, pemanasan global, kepunahan flora dan fauna langka kehilangan sumberdaya genetikplasma nutfah. 2. Mencari peluang yang tidak maksimal 1B pemanfaatan hasil hutan selain kayu meningkat 2A kegiatan ladang berpindah meningkat, 3A Teknologi mitigasi bencana tidak tersediatetap 4A perlindungan biota langka hanya terhadap biota yang mendapat dukungan dana internasional 5B penataan dan pengukuhan kawasan hutan sudah dilakukan dan disertai dengan tapal batas 6B ketersediaan basis data tersedia tapi belum diperbaharui secara berkala. Jika skenario ini terjadi, maka diprediksi upaya untuk melestarikan sumberdaya hutan belum memperoleh hasil yang maksimal karena kayu masih dipandang sebagai komoditas hasil hutan utama yang memberikan manfaat ekonomi, walaupun dalam waktu yang bersamaan upaya untuk memanfaakan sumberdaya hutan selain kayu sudah dimulai 139 3. Bertahan sambil mencari peluang 1B pemanfaatan hasil hutan selain kayu meningkat 2A kegiatan ladang berpindah meningkat, 3B teknologi mitigasi bencana tersedia tapi hanya haya pada kawasan tertentu 4B perlindungan biota langka baru terbatas pada biota yang memiliki nilai ekonomi saja 5B penataan dan pengukuhan kawasan hutan sudah dilakukan dan disertai dengan tapal batas 6A basis data tidak tersediatetap Jika skenario ini terjadi, maka diprediksi keberadaan SDH juga belum terjaga dengan baik, karena kebijakan yang diambil tidak didasari dengan ketersediaan basis data yang memadai. 4. Perbaikan secara menyeluruh 1C pengembangan wisata alam 2B kegiatan ladang berpindah tetap ada tapi dapat dikendalikan dengan regulasi pemerintah 3B teknologi mitigasi bencana tersedia tapi hanya pa da kawasan tertentu 4B perlindungan biota langka baru terbatas pada biota yang memiliki nilai ekonomi saja 5B penataan dan pengukuhan kawasan hutan sudah dilakukan dan ada tapal batas disetiap kawasan 6C basis data tersedia dan diperbaharuhi secara secara berkala Jika skenario ini terjadi, maka Dalam kondisi yang demikian upaya pelestarian sumberdaya hutan sudah dilakukan secara menyeluruh pada semua faktor dan kayu bukan lagi menjadi komoditas hasil hutan utama yang hanya memberikan manfaat ekonomi saja. 5. Memanfaat kan hutan sebagai aset masa depan 1D perdagangan karbón carbon trade 2C kegiatan ladang berpindah menurun karena program pemberdayaan masyarakat berjalan dengan baik 3C teknologi mitigasi bencana tersedia dan tersebar diseluruh kawasn hutan 4C perlindungan biota dilakukan pada semua biota langka 5D penataan dan pengukuhan kawasan hutan sudah disertai dengan tapal batas dan pos pengemanan pada setiap kawasan hutan 6D basis data tersedia dan dapat diakses dengan mudah oleh semua pihak yang membutuhkannya Jika skenario ini terjadi berarti sumberdaya hutan sudah dipandang sebagai satu kesatuan ekosistem yang dapat memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan sehingga perlu dilestarikan agar generasi yang akan datang juga dapat menikmatinya. 140 Penentuan strategi prioritas dilakukan kembali oleh responden pakar yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya hutan seperti yang terlihat pada tabel 39. Tabel 39. Responden Pakar Untuk Analisis Prospektif. No. Responden Jumlah orang 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kepala Dinas Kehutanan di 2 Kabupaten wilayah perbatasan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat Dosen Fakultas Ke hutanan Universitas Tanjungpura Pengusaha industri pengolahan kayu Badan Persiapan Pengelolaan Kawasan Perbatasan LSM bidang kehutanan Petugas di wilayah perbatasan dengan Negara Malaysia Masyarakat di sekitar wilayah hutan 2 1 3 5 1 2 1 2 Jumlah 17 Berdasarkan jawaban responden, sebanyak 38,27 menjawab strategi perbaikan secara menyeluruh merupakan strategi prioritas utama dalam pengelolaan sumberdaya hutan di kawasan perbatasan Kalimantan Barat. Kemudian secara berturut-turut diikuti oleh strategi bertahan sambil mencari peluang 24,13, mencari peluang yang tidak maksimal 21,76, dan memanfaatkan sumberdaya hutan sebagai aset masa depan 15,84. Secara rinci urutan strategi berdasarkan skala prioritas dapat dilihat pada tabel 40. Tabel 40 . Persentase pendapat responden terhadap masing-masing skenario No. Skenario Strategi Persentase Peringkat 1. Menunggu kehancuran dan menuai bencana 5 2. Mencari peluang yang tidak maksimal skenario pesimis 21,76 3 3. Bertahan sambil mencari peluang skenario moderat 24,13 2 4. Perbaikan secara menyeluruh skenario Optimis 38,27 1 5. Memanfaatkan sumberdaya hutan sebagai aset masa depan 15,84 4 Jumlah 100 141 Berdasarkan Tabel 40. maka terlihat bahwa meskipun pada awalnya pakar sepakat menyatakan terdapat 5 skenario yang akan terjadi, namun pada akhirnya terpilih 4 skenario. Dari 4 skenario terpilih, terlihat bahwa skenario perbaikan secara menyeluruh Optimis menempati peringkat 1 disusul skenario bertahan sambil mencari peluang Moderat dan skenario mencari peluang yang tidak maksimal Pesimis. Skenario 4 memanfaatkan sumberdaya hutan sebagai aset masa depan skenario ideal menduduki peringkat terakhir. Bila dilihat dari keadaan pada masing-masing faktor untuk tiap skenario terpilih, maka skenario 4 merupakan tujuan akhir dari pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat. Jika skenario 4 ini terjadi berarti sumberdaya hutan sudah dipandang sebagai satu kesatuan ekosistem yang dapat memberikan man faat ekonomi, sosial, dan lingkungan sehingga perlu dilestarikan agar generasi yang akan datang juga dapat menikmatinya. Analisis keadaan terhadap terhadap skenario lainnya menunjukan bahwa skenario 4 akan terwujud melalui tercapainya skenario 1, 2 ataupun 3. Skenario 4 merupakan output yang diinginkan dari model pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan. Berdasarkan hasil analisis kondisi saat ini terlihat bahwa pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan kalimantan Barat secara multidimen si masuk dalam kategori kurang berkelanjutan. hasil Rap-Insusforma menunjukan ke 5 dimensi belum mencapai tahap berkelanjutan yang baik. Hasil analisis prospektif menunjukan ke 5 faktor dominan yang perlu diperhatikan jika ingin mencapai tujuan pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan. Alternatif skenario yang muncul menunjukan bahwa skenario 4 ideal akan dicapai melalui skenario lainnya 1, 2, 3. Gambar 31 menunjukan alur skenario yang akan terjadi di masa depan dalam rangka pencapaian tujuan pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat. 142 MDS Prospektif Gambar 31. Alur skenario berdasarkan state 5 tahun ke depan Berikut ini akan dijelaskan deskripsi, implikasi, serta cara pencapaian tujuan pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan SKENARIO 1 : Perbaikan secara menyeluruh dan terpadu Optimis Tabel 41 menyajikan deskripsi keadaan 6 faktor dominan pada skenario optimis skenario 1 Tabel 41. Deskripsi keadaan faktor penggerak untuk skenario 1 No Faktor penggerak State 1 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pengembangan wisata alam 2 Kegiatan ladang berpindah kegiatan ladang berpindah tetap ada tapi dapat dikendalikan dengan regulasi pemerintah 3 Teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan teknologi mitigasi bencana tersedia tapi hanya pada kawasan tertentu 4 Perlindungan biota langka perlindungan biota langka baru terbatas pada biota yang memiliki nilai ekonomi saja 5 Penataan dan pengukuhan kawasan hutan penataan dan pengukuhan kawasan hutan sudah dilakukan dan ada tapal batas disetiap kawasan 6 Ketersediaan basis data basis data tersedia dan diperbaharuhi secara secara berkala Situasi saat ini Faktor penggerak 1.Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu 2.Kegiatan ladang berpindah 3.Teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan 4.Perlindungan biota langka 5.Penataan dan pengukuhan kawasan hutan Skenario 1 Perbaikan menyeluruh Optimis Skenario 2 Bertahan sambil mencari peluang Moderat Skenario 3 Mencari peluang yang tidak maksimal Pesimis Skenario 4 Memanfaat akan SDH sebagai aset masa depan Ideal 143 Seperti telah diterangkan sebelumnya, hanya fakto r yang memiliki pengaruh tinggi pada kinerja sistem dengan ketergantungan antar faktor rendah yang menjadi faktor penggerak tercapainya pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan. Tabel 41 menunjukan perubahan keadaan 5 faktor penggerak sebagai berikut : Faktor pemanfaatan hasil hutan bukan kayu sudah dikembangkan pemanfaatannya menjadi wisata alam., faktor kegiatan ladang berpindah walaupun tetap ada tetapi sudah dapat dikendalikan melalui melalui regulasi pemerintah. Upaya perlindungan biota langka sudah dilakukan walaupun baru terbatas pada biota langka yang memiliki nilai ekonomi saja. Faktor ketersediaan teknologi mitigasi bencana kebakaran sumberdaya hutan sudah tersedia walaupun masih dalam kawasan tertentu. Faktor penataan dan pengukuhan kawasan hutan sudah dilakukan dan sudah ada tapal batas di setiap kawasan. Jika skenario ini terjadi, maka dalam kondisi yang demikian upaya pelestarian sumberdaya hutan sudah dilakukan relatif menyeluruh pada semua faktor. Kayu bukan lagi dipandang menjadi komoditas hasil hutan utama. Skenario ini merupakan skenario optimis yang menghasilkan kondisi dimana semua stakeholders sudah ikut berperan aktif guna tercapainya perbaikan secara menyeluruh dalam pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat. Bila dibandingkan dengan kondisi saat ini, maka terjadi perubahan skor pada masing -masing atribut pengelolaan sumberdaya hutan seperti terlihat pada tabel 42. Tabel 42. Perubahan nilai skor faktor berpengaruh dalam pengelolaan SDH di wilayah Perbatasan Kalimantan Barat 5 tahun kedepan skenario 1 No Faktor berpengaruh Skor kondisi awal Skor pada skenario 1 1 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu 2 2 Kegiatan ladang berpindah 3 1 3 Teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan 1 4 Perlindungan biota langka 1 2 5 Penataan dan pengukuhan kawasan hutan 1 2 144 Perubahan nilai skor pada Tabel 42 skenario 1 akan berimplikasi terhadap dimensi keberlanjutan sebagai berikut: 1. Ekologi Skenario akan berdampak positif terhadap dimensi ekologi di mana perlindungan terhadap biota langka yang mendapatkan dana internasional maupun biota langka yang memiliki nilai ekonomi sudah dilakukan. Penataan dan pengukuhan kawasan hutan sudah dilakukan dengan adanya tapal batas di setiap kawasan serta sudah adanya pengembangan wisata alam dan juga dapat mengendalikan kegiatan ladang berpindah, sehingga kelestarian sumberdaya hutan dapat dijaga dan waktu suksesi hutan dapat lebih panjang. 2. Ekonomi Skenario 1 akan berdampak positif terhadap dimensi ekonomi. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang sudah dikembangkan menjadi wisata alam menunjukkan bahwa sumberdaya hutan pemanfaatannya tidak terfokus hanya pada hasil hutan kayu saja. Disisi lain, pengembangan wisata alam akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan serta sekaligus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. 3. Sosial Budaya Skenario 1 akan berdampak positif terhadap dimensi sosial. Kegiatan ladang berpindah sudah dapat dikendalikan dengan regulasi pemerintah. Pena taan dan pengukuhan kawasan hutan telah dilakukan dan ditandai dengan adanya tapal batas di setiap kawasan. Hal ini menyebabkan jarak pemukiman dengan kawasan hutan dapat dijaga dan memudahkan pemerintah dalam mensosialisasikan peraturan ataupun teknologi dalam pengelolaan SDH. 4. Teknologi Skenario 1 akan berdampak positif terhadap dimensi teknologi. Tersedianya teknologi mitigasi bencana meskipun baru di kawasan tertentu diharapkan dapat mendeteksi secara dini terjadinya kebakaran hutan pada setiap kawasan. Terkendalinya kegiatan peladang berpindah akan dapat memudahkan aksesibilitas pemerintah dalam mendiseminasikan teknologi pengolahan hasil hutan. 5. Hukum dan Kelembagaan Skenario 1 juga akan berdampak positif terhadap dimensi hukum dan kelembagaan. Dengan telah ditatanya kawasan sumberdaya hutan sesuai 145 dengan peruntukannya, dan dengan adanya tapal batas di setiap kawasan akan memudahkan konsistensi pemerintah dalam menegakkan hukum, sehingga intensitas pelanggaran hukum dapat dikurangi. Perubahan nilai skor pada atribut keberlanjutan akan dianalisis kembali dengan Rap-Insusforma. Perubahan indeks keberlanjutan menunjukan perubahan pada hasil model pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan kalimantan Barat. SKENARIO 2 : Bertahan sambil mencari peluang Skenario Moderat Tabel 43 menyajikan deskripsi keadaan 6 faktor dominan pada skenario Moderat skenario 2 Tabel 43. Faktor penggerak dan state 5 tahun kedepan skenario 2 No Faktor penggerak State 1 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pemanfaatan hasil hutan selain kayu meningkat 2 Kegiatan ladang berpindah kegiatan ladang berpindah meningkat karena bertambahnya jumlah penduduk 3 Teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan teknologi mitigasi bencana tersedia tapi hanya pada kawasan tertentu 4 Perlindungan biota langka perlindungan biota langka baru terbatas pada biota yang memiliki nilai ekonomi saja 5 Penataan dan pengukuhan kawasan hutan penataan dan pengukuhan kawasan hutan sudah dilakukan dan ada tapal batas disetiap kawasan 6 Ketersediaan basis data basis data tidak tersediatetap Seperti telah diterangkan sebelumnya, hanya faktor yang memiliki pengaruh tinggi pada kinerja sistem dengan ketergantungan antar faktor rendah yang menjadi faktor penggerak tercapainya pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan. Tabel 43 menunjukan perubahan keadaan 5 faktor penggerak sebagai berikut : Faktor pemanfaatan hasil hutan bukan kayu sudah mulai meningkat, faktor kegiatan ladang berpindah juga mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya penduduk. Upaya perlindungan biota langka sudah dilakukan walaupun baru terbatas pada biota langka yang memiliki nilai ekonomi saja. 146 Faktor ketersediaan teknologi mitigasi bencana kebakaran sumberdaya hutan sudah tersedia walaupun masih terbatas pada kawasan tertentu. Faktor penataan dan pengukuhan kawasan hutan sudah dilakukan dan sudah ada tapal batas di setiap kawasan. Jika skenario ini terjadi, maka dalam kondisi yang demikian diprediksi keberadaan SDH belum terjaga dengan baik. Meskipun sudah ada perubahan state dari faktor pemanfaatan hasil hutan non kayu yang makin meningkat tetapi karena kegiatan peladang berpindah juga meningkat maka akan mengganggu keberadaan sumberdaya hutan dan berdampak pada dimensi dimensi lainnya. Skenario ini merupakan skenario moderat dimana pemerintah berperan aktif tapi tidak maksimal dalam memfasilitasi tercapainya pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat. Bila dibandingkan dengan kondisi saat ini, maka terjadi perubahan skor pada masing -masing atribut pengelolaan sumberdaya hutan seperti terlihat pada tabel 44. Tabel 44. Perubahan nilai skor faktor berpengaruh dalam pengelolaan SDH di wilayah Perbatasan Kalimantan Barat 5 tahun kedepan skenario 2 No Faktor berpengaruh Skor kondisi awal Skor pada skenario 2 1 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu 1 2 Kegiatan ladang berpindah 3 3 3 Teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan 1 4 Perlindungan biota langka 1 2 5 Penataan dan pengukuhan kawasan huta n 1 2 Perubahan nilai skor pada Tabel 44 skenario 2 akan berimplikasi terhadap dimensi keberlanjutan sebagai berikut: 1. Ekologi Terhadap dimensi ekologi skenario 2 akan berdampak positif tapi juga berdampak negatif. Upaya perlindungan terhadap biota lang ka baik biota langka yang mendapatkan dana internasional maupun biota langka yang memiliki nilai ekonomi secara tidak langsung akan berdampak baik terhadap keberadaan SDH di wilayah perbatasan. Begitu juga dengan faktor penataan dan pengukuhan kawasan hutan yang sudah dilakukan dengan baik akan 147 dapat menjaga keberadaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan. Namun dengan meningkatnya kegiatan ladang berpindah karena bertambahnya jumlah penduduk akan berdampak negatif terhadap dimensi ekologi, karena dapat mengancam kelestarian SDH. 2. Ekonomi Skenario 2 akan berdampak positif terhadap dimensi ekonomi. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang sudah meningkat akan memberikan peluang kepada masyarakat disekitar kawasan hutan untuk meningkatkan pendapatannya sehingga masyarakat memiliki kesempatan kerja dan tidak akan terjerat dalam kemiskinan yang berkepanjangan. 3. Sosial Budaya Skenario 2 juga akan berdampak positif terhadap dimensi sosial. Dengan meningkatnya pemanfaatan hasil hutan bukan kayu secara tidak langsung juga akan mencegah terjadinya konflik sosial karena disitu tersedia peluang kesempatan kerja bagi masyarakat disekitar kawasan hutan. Hanya saja, karena kegiatan ladang berpindah juga meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk, maka pada skenario 2 ini akan berdampak negatif terhadap keberadaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat. 4. Teknologi Skenario 2 akan berdampak positif terhadap dimensi teknologi karena Dengan telah tersedianya teknologi mitigasi bencana meskipun baru di kawasan tertentu maka skenario 2 akan memberikan dampak positif terhadap dimensi teknologi. Ketersediaan teknologi mitigasi bencana akan dapat mendeteksi secara dini terjadinya kebakaran hutan pada setiap kawasan. Sehingga kejadian rutin kebakaran hutan yang diringi dengan asap smoke setiap tahun di Kalimantan Barat bisa di eliminir. 5. Hukum dan Kelembagaan Skenario 2 juga akan berdampak positif terhadap dimensi hukum dan kelembagaan. Penataan dan pengukuhan kawasan hutan yang sudah dilakukan sesuai dengan peruntukannya disamping akan dapat menjaga keberadaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan juga akan memudahkan pemerintah dan aparat untuk menegakkan hukum secara konsisten sehingga dapat mengurangi intensitas pelanggaran hukum. 148 Perubahan nilai skor pada atribut keberlanjutan akan dianalisis kembali dengan Rap -Insusforma simulasi model. Perubahan indeks keberlanjutan menunjukan perubahan pada hasil model pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan kalimantan Barat. SKENARIO 3 : M encari peluang yang tidak maksimal Skenario Pesimis Tabel 45 menyajikan deskripsi keadaan 6 faktor dominan pada skenario Pesimis skenario 3 Tabel 45. Faktor penggerak dan state 5 tahun kedepan skenario 3 No Faktor penggerak State 1 Pemanfaatan has il hutan bukan kayu pemanfaatan hasil hutan selain kayu meningkat 2 Kegiatan ladang berpindah kegiatan ladang berpindah meningkat karena bertambahnya jumlah penduduk 3 Teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan teknologi mitigasi bencana tetaptidak tersedia. 4 Perlindungan biota langka perlindungan biota langka baru terbatas pada biota yang mendapat dukungan dana internasional. 5 Penataan dan pengukuhan kawasan hutan penataan dan pengukuhan kawasan hutan sudah dilakukan dan ada tapal batas disetiap kawasan 6 Ketersediaan basis data basis data tersedia tapi belum diperbaharui secara berkala. Skenario ini kondisinya lebih buruk dari skenario 2 . Seperti telah diterangkan sebelumnya, hanya faktor yang memiliki pengaruh tinggi pada kinerja sistem dengan ketergantungan antar faktor rendah yang menjadi faktor penggerak tercapainya pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan. Tabel 46 menunjukan perubahan keadaan 5 faktor penggerak sebagai berikut : Faktor pemanfaatan hasil hutan bukan kayu sudah dilakukan dan mulai meningkat, faktor kegiatan ladang berpindah juga mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya penduduk. Upaya perlindungan biota langka baru dilakukan sebatas pada biota langka yang mendapat dukungan dana internasional. Faktor ketersediaan teknologi mitigasi bencana kebakaran 149 sumberdaya hutan tetap tidak tersedia. Faktor penataan dan pengukuhan kawasan hutan sudah dilakukan dan sudah ada tapal batas di setiap kawasan. Jika skenario ini terjadi, maka dalam kondisi yang demikian diprediksi keberadaan SDH belum terjaga dengan baik. Meskipun sudah ada pemanfaatan hasil hutan non kayu, namun kegiatan peladang berpindah yang meningkat serta tidak tersedianya teknologi mitigasi bencana akan merusak keberadaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan Kalimantan barat. Skenario ini merupakan skenario pesimis dimana pemerintah tidak berperan optimal dalam memfasilitasi tercapainya pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat. Bila dibandingkan dengan kondisi saat ini, maka terjadi perubahan skor pada masing -masing atribut terhadap pengelolaan sumberdaya hutan seperti yang terlihat pada tabel 46. Tabel 46. Perubahan nilai skor faktor berpengaruh dalam pengelolaan SDH di wilayah Perbatasan Kalimantan Barat 5 tahun kedepan skenario 3 No Faktor berpengaruh Skor kondisi awal Skor pada skenario 3 1 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu 1 2 Kegiatan ladang berpindah 3 3 3 Teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan 4 Perlindungan biota langka 1 1 5 Penataan dan pengukuhan kawasan hutan 1 2 Perubahan nilai skor pada Tabel 47 akan berimplikasi terhadap dimensi keberlanjutan sebagai berikut: 1. Ekologi Skenario 3 akan berdampak negatif terhadap dimensi ekologi. Perlindungan terhadap biota langka meskipun sudah dilakukan namun masih tergantung pada biota langka yang hanya mendapat dukungan dana internasional saja. Kegiatan ladang berpindah yang meningkat karena bertambahnya jumlah penduduk dapat mengancam kelestarian SDH. Meskipun pemanfaatan hasil hutan bukan kayu meningkat namun karena teknologi mitigasi bencana tidak tersedia maka waktu suksesi hutan menjadi lebih singkat dan frekwensi kebakaran hutan mungkin akan meningkat. 150 2. Ekonomi Skenario 3 berdampak positif terhadap dimensi ekonomi. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang meningkat akan memberikan peluang meningkatnya pendapatan masyarakat disekitar kawasan hutan, serta membuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat.. 3. Sosial Budaya Terhadap dimensi sosial budaya skenario 3 juga akan berdampak positif. Meningkatnya pemanfaatan hasil hutan bukan kayu secara tidak langsung akan dapat mengeleminir terjadinya konflik sosial karena disitu tersedia peluang kesempatan kerja bagi masyarakat disekitar kawasan hutan. Hanya saja, karena kegiatan ladang berpindah juga meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk, maka pada skenario 3 ini akan berdampak negatif terhadap keberadaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat. 4. Teknologi. Skenario 3 akan berdampak negatif terhadap dimensi teknologi. Tidak tersedianya teknologi mitigasi bencana menunjukan bahwa selama ini dalam mengeksploitasi sumberdaya hutan faktor ketersediaan teknologi masih terabaikan. Dengan kondisi tidak tersedianya teknologi mitigasi bencana tetap seperti kondisi saat ini maka akan menimbulkan permasalahan dalam mendeteksi secara dini terjadinya bencana. 5. Hukum dan kelembagaan Skenario 3 berdampak negatif terhadap dimensi hukum dan kelembagaan. Meningkatnya kegiatan peladang berpindah dan tidak tersedianya teknologi mitigasi bencana bisa jadi akan memicu terjadinya pelanggaran hukum dan konflik sosial di masyarakat.. Perubahan nilai skor pada atribut keberlanjutan akan dianalisis kembali dengan Rap -Insusforma simulasi model. Perubahan indeks keberlanjutan menunjukan perubahan pada hasil model pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan kalimantan Barat. 151 SKENARIO 4 : Memanfaatkan sumberdaya hutan sebagai aset masa depan Skenario ideal Tabel 47 menyajikan deskripsi keadaan 6 faktor dominan pada skenario ideal skenario 4 Tabel 47. Faktor penggerak dan state 5 tahun kedepan skenario 4 No Faktor penggerak State 1 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pemanfaatan hasil hutan melalui perdagangan karbon. carbon trade 2 Kegiatan ladang berpindah kegiatan ladang berpindah menurun karena program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan sudah berjalan dengan baik. 3 Teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan teknologi mitigasi bencana tersedia dan tersebar diseluruh kawasan hutan 4 Perlindungan biota langka perlindungan biota langka sudah dilakukan terhadap semua biota langka. 5 Penataan dan pengukuhan kawasan hutan penataan dan pengukuhan kawasan hutan sudah ditegakkan secara adil dan konsisten sesuai batas dan fungsi kawasan. 6 Ketersediaan basis data basis data tersedia dan dapat diakses secara luas oleh semua pihak yang berkepentingan. Seperti telah diterangkan sebelumnya, hanya faktor yang memiliki pengaruh tinggi pada kinerja sistem dengan ketergantungan antar faktor rendah yang menjadi faktor penggerak tercapainya pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan. Tabel 47 menunjukan perubahan keadaan 5 faktor penggerak sebagai berikut : Faktor pemanfaatan hasil hutan bukan kayu sudah pemanfaatannya dengan melakaukan perdagangan carbon. Faktor kegiatan ladang berpindah sudah menurun karena program pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah hutan sudah berjalan dengan baik. Upaya perlindungan biota langka sudah dilakukan terhadap semua biota langka. Faktor ketersediaan teknologi mitigasi bencana kebakaran sumberdaya hutan sudah tersedia dan tersebar di seluruh kawasan. Faktor penataan dan pengukuhan kawasan hutan sudah dilakukan secara adil dan konsisten sesuai dengan batas dan fungsi kawasa. 152 Jika skenario ini terjadi, maka dalam kondisi yang demikian berarti sumberdaya hutan sudah dipandang sebagai satu kesatuan ekosistem yang dapat memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan sehingga perlu dilestarikan agar generasi yang akan datang juga dapat menikmatinya. Skenario 4 merupakan skenario ideal dan menjadi tujuan akhir dari pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan Kalimantan barat. Bila dibandingkan dengan kondisi saat ini, nilai skor untuk faktor penggerak telah mencapai nila cukup berkelanjutan. Bila dibandingkan dengan kondisi saat ini, maka terjadi perubahan skor pada masing -masing atribut terhadap pengelolaan sumberdaya hutan seperti yang terlihat pada tabel 48. Tabel 48. Perubahan nilai skor faktor berpengaruh dalam pengelolaan SDH di wilayah Perbatasan Ka limantan Barat 5 tahun kedepan skenario 4 No Faktor berpengaruh Skor kondisi awal Skor pada skenario 4 1 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu 2 2 Kegiatan ladang berpindah 3 3 Teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan 1 4 Perlindungan biota langka 1 3 5 Penataan dan pengukuhan kawasan hutan 1 2 Perubahan nilai skor pada Tabel 48 akan berimplikasi terhadap dimensi keberlanjutan sebagai berikut: 1. Ekologi Skenario 4 akan berdampak sangat positif terhadap dimensi ekologi, dikarenakan perlindungan terhadap biota langka yang selama ini hanya terfokus pada perlindungan biota yang hanya mendapat dukungan dana internasional maupun biota langka yang memiliki nilai ekonomi, pada kondisi ini sudah dilakukan pada semua biota langka. Memanfaatkan sumberdaya hutan dengan menjual karbon carbon trade akan mendapatkan keuntungan ganda yaitu dapat melestarikan sumberdaya hutan yang dimiliki sehingga generasi akan datang juga dapat menikmati, juga akan mendapatkan sumberdana pembangunan. 2. Ekonomi Skenario 4 akan berdampak sangat positif terhadap dimensi ekonomi. Kegiatan ladang berpindah telah dapat dikendalikan dan sudah menurun 153 karena program pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah hutan sudah berjalan dengan baik. Penataan dan pengukuhan kawasan hutan se suai dengan peruntukannya dan dilaksanakan dengan penegakan hukum secara adil dan konsisten tentang batas dan fungsi kawasan akan memberikan implikasi positif terhadap pembangunan ekonomi. Perdagangan carbon trade dapat dijadikan sebagai daya saing Indonesia sebagai negara tropika akan memberikan dampak yang signifikan terhadap ekonomi Indonesia 3. Sosial budaya. Skenario 4 akan berdampak sangat positif terhadap dimensi sosial. Kegiatan ladang berpindah yang sudah menurun menunjukan kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi sumberdaya hutan bagi generasi yang akan datang. Disisi lain, dengan telah dilakukan penataan dan pengukuhan kawasan hutan secara adil dan konsisten akan terjaga jarak pemukiman dengan kawasan hutan. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang sudah sampai pada keadaan menjual karbon akan dapat memberikan akses masyarakat terhadap sumberdaya hutan. 4. Teknologi. Skenario 4 akan berdampak positif terhadap dimensi teknologi karena telah terbangun teknologi mitigasi bencana yang tersebar di seluru h kawasan hutan, sehingga frekwensi terjadinya kebakaran dapat dikurangi. Dengan telah terkendalinya kegiatan ladang berpindah telah dapat memudahkan aksesibilitas pemerintah dalam mendiseminasikan teknologi pengolahan hasil hutan. 5. Hukum dan kelembagaan Skenario 4 berdampak sangat positif terhadap dimensi hukum dan kelembagaan. Penegakan hukum secara adil dan konsisten tentang batas dan fungsi kawasan akan dapat menurunkan terjadinya gejolak sosial, pelanggaran hukum dan frekwensi konflik dimasyarakat. Perubahan nilai skor pada atribut keberlanjutan akan dianalisis kembali dengan Rap -Insusforma simulasi model. Perubahan indeks keberlanjutan menunjukan perubahan pada hasil model pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat. 154 5.2.5. Simulasi model pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat. Rangkuman perubahan skor untuk ke 4 empat skenario disajikan pada Tabel 49. Tabel 49. Perubahan nilai skor faktor penggerak pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah Perbatasan Kalimantan Barat 5 tahun kedepan No Faktor Penggerak Kondisi awal Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4 1 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu 2 1 1 2 2 Kegiatan ladang berpindah 3 1 3 3 3 Teknologi mitigasi bencana 1 1 1

4 Perlindungan

biota langka 1 2 2 1 2 5 Penataan dan pengukuhan kawasan hutan 1 2 2 2 3 Perubahan pada nilai skor atribut akan mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan. Berikut ini disampaikan hasil analisis keberlanjutan un tuk masing- masing skenario. a. Skenario 1 1. Simulasi perubahan nilai skor skenario 1 Pada tabel 50 terlihat disimulasikan perubahan dari nilai skor skenario optimis. Tabel 50. Simulasi perubahan nilai skor faktor penggerak pengelolaan sumberdaya hutan d i wilayah Perbatasan Kalimantan Barat 5 tahun kedepan untuk skenario 1 No Faktor Penggera k Dimensi AtributFaktor NilaiSkor Run simulasi 1 Pemanfaa tan hasil hutan bukan kayu Ekonomi Sosial Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu Akses masyarakat lokal terhadap SDH rendah 1 rendah 2 3 2 Kegiatan ladang berpindah Ekologi Sosial Kegiatan ladang berpindah. Jarak pemukiman dengan kawasan hutan 3 banyak dekat 1 1 155

3 Teknologi

mitigasi bencana Teknologi Ekologi Ketersediaan Teknologi mitigasi bencana Frekwensi kebakaran hutan Tidak tersedia 2 Terjadi setiap tahun saat musim kemarau 1 1 4 Perlindu- ngan biota langka Ekologi Sosial Perlindungan biota langka Akses masyarakat terhadap SDH 1 dilakukan terhadap biota langka yang hanya didukung dana internasion al 1 rendah 2 3 Intensitas pelanggaran hukum 2 sering terjadi 1 Ketersediaan peraturan perundang- undangan pengelolaan SDH 1 sedikit 2 Konsistensi penegakan hukum tidak konsisten 2 5 Penataan dan pengukuh- an kawasan hutan Hukum kelembagaan Ekologi Ketersediaan zonasi untuk berbagai pengelolaan hutan 1 tersedia tapi tidak dipatuhi 2 2. Hasil simulasi perubahan nilai skor skenario 1 masing-masing dimensi Hasil simulasi masing-masing dimensi pada skenario 1 dapat dilihat pada Gambar 32, 33, 34, 35, 36 dan 37. 156 RAPFISH Ordination 52.12 -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Other Distingishing Features Real Fisheries References Anchors Gambar 32. Hasil simulasi Rap-Insusforma yang menunjukan nilai indeks status keberlanjutan dimensi ekologi pada skenario 1 RAPFISH Ordination 63.84 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Other Distingishing Features Real Fisheries References Anchors Gambar 33. Hasil simulasi Rap-Insusforma yang menunjukan nilai indeks status keberlanjutan dimensi ekonomi pada skenario 1 Rap-insusforma Rap-insusforma 157 RAPFISH Ordination 58.96 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 2 0 4 0 6 0 8 0 100 120 F i s h e r i e s S u s t a i n a b i l i t y Real Fisheries References Anchors Gambar 34. Hasil simulasi Rap -Insusforma yang menunjukan nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial pada skenario 1 RAPFISH Ordination 43.39 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Other Distingishing Features Real Fisheries References Anchors Gambar 35. Hasil simulasi Rap -Insusforma yang menunjukan nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi pada skenario 1 Rap-insusforma Rap-insusforma 158 RAPFISH Ordination 42.09 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Other Distingishing Features Real Fisheries References Anchors Gambar 36. Hasil simulasi Rap -Insusforma yang menunjukan nilai indeks keberlanjutan dimensi hukum Kelembagaan pada skenario 1 RAPFISH Ordination 52.94 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Other Distingishing Features Real Fisheries References Anchors Gambar 37. Hasil simulasi Rap -Insusforma yang menunjukan nilai indeks keberlanjutan multidimensi pada skenario 1 Rap-insusforma Rap-insusforma 159 Hasil simulasi perhitungan indeks pada skenario 1 menunjukan adanya peningkatan indeks status keberlanjutan pada masing masing dimensi seperti terlihat pada Tabel 51. Tabel 51. Perubahan nilai Indeks keberlanjutan sumberdaya hutan di wilayah Perbatasan Kalimantan Barat 5 tahun kedepan skenario 1 No Dimensi Nilai Indeks saat ini Nilai Indeks jika skenario 1 terjadi Perubahan ∆ 1 Ekologi 36,11 52,12 16,01 2 Ekonomi 53,17 63,84 10,67 3 Sosial Budaya 40,44 58,96 18,52 4 Teknologi 23,17 43,39 20,22 5 Hukum dan Kelembagaan 26,09 42,09 16 6 Multidimensi 36,85 52,93 16,08 3. Rekomendasi skenario 1 Berdasarkan tabel 51 terlihat adanya peningkatan indeks pada masing- masing dimensi yang pada akhirnya meningkatkan indeks multidimensi. Hal ini bera rti kinerja sistem meningkat tapi belum mencapai optimal skenario 4. Untuk mencapai hasil yang diharapkan ideal maka rekomendasi yang disarankan adalah sebagai berikut: a. Kegiatan ladang berpindah harus diturunkan dengan melaksanakan program pemberdayaan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan secara terencana. b. Penataan dan pengukuhan kawasan hutan yang sudah dilakukan sesuai peruntukannya dengan adanya tapal batas ditingkatkan lagi dengan membangun pos pengamanan pada masing masing kawasan serta menegakkan hukum secara adil dan konsisten tentang batas dan fungsi kawasa. Penentuan rekomendasi tersebut secara kuantitatif dapat dilihat pada Tabel 52 di bawah ini. 160 Tabel 52. Rekomendasi skenario 1 untuk bisa mencapai skenario 4 secara kuantitatif dalam pengelolaan SDH di wilayah Perbatasan Kalimantan Barat 5 tahun kedepan No Faktor berpengaruh Skor skenario 1 Rekomendasi 1 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu 2 2 2 Kegiatan ladang berpindah 1 3 Teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan 1 1 4 Perlindungan biota langka 2 2 5 Penataan dan pengukuhan kawasan hutan 2 3 b. Skenario 2 1. Simulasi perubahan nilai skor skenario 2 Pada tabel 53 terlihat disimulasikan perubahan dari nilai skor skenario moderat. Tabel 53. Simulasi perubahan nilai skor faktor penggerak pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah Perbatasan Kalimantan Barat 5 tahun kedepan untuk skenario 2 No Faktor Penggerak Dimensi AtributFaktor NilaiSkor Run simulasi

1 Pemanfaatan

hasil hutan bukan kayu Ekonomi Sosial Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu Akses masyarakat lokal terhadap SDH rendah 1 rendah 1 2 2 Kegiatan ladang berpindah Ekologi Sosial Kegiatan ladang berpindah. Jarak pemukiman dengan kawasan hutan 3 banyak dekat 3

3 Teknologi

mitigasi bencana Teknologi Ekologi Ketersediaan Teknologi mitigasi bencana. Frekwensi kebakaran hutan Tidak tersedia 2 Terjadi setiap tahun saat musim kemarau 1 1

4 Perlindungan

biota langka Ekologi Sosial Perlindungan biota langka Akses masyarakat terhadap SDH 1 dilakukan terhadap biota langka yang hanya didukung dana internasional 1 rendah 2 2 161 Intensitas pelanggaran hukum 2 sering terjadi 1 Ketersediaan peraturan perundang- undangan pengelolaan SDH 1 sedikit 2 Konsistensi penegakan hukum tidak konsisten 2 5 Penataan dan pengukuhan kawasan hutan Hukum kelembagaan Ekologi Ketersediaan zonasi untuk berbagai pengelolaan hutan 1 tersedia tapi tidak dipatuhi 2 2. Hasil simulasi perubahan nilai skor skenario 2 masing-masing dimensi. Hasil simulasi masing-masing dimensi pada skenario 2 dapat dilihat pada Gambar 38, 39, 40, 41, 42 dan 43. RAPFISH Ordination 41.46 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 80 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Other Distingishing Features Real Fisheries References Anchors Gambar 38. Hasil simulasi Rap -Insusforma yang menunjukan nilai indeks keberlanjutan ekologi pada skenario 2 Rap-insusforma 162 RAPFISH Ordination 58.74 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Other Distingishing Features Real Fisheries References Anchors Gambar 39. Hasil simulasi Rap -Insusforma yang menunjukan nilai indeks keberlanjutan ekonomi pada skenario 2 RAPFISH Ordination 52.63 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Other Distingishing Features Real Fisheries References Anchors Gambar 40. Hasil simulasi Rap -Insusforma yang menunjukan nilai indeks keberlanjutan sosial pada skenario 2 Rap-insusforma Rap-insusforma 163 RAPFISH Ordination 36.98 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Other Distingishing Features Real Fisheries References Anchors Gambar 41. Hasil simulasi Rap -Insusforma yang menunjukan nilai indeks keberlanjutan Teknologi pada skenario 2 RAPFISH Ordination 40.34 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Other Distingishing Features Real Fisheries References Anchors Gambar 42. Hasil simulasi Rap -Insusforma yang menunjukan nilai indeks keberlanjutan Hukum Kelembagaan pada skenario 2 Rap-insusforma Rap-insusforma 164 RAPFISH Ordination 49.50 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Other Distingishing Features Real Fisheries References Anchors Gambar 43 Hasil simulasi Rap -Insusforma yang menunjukan nilai indeks keberlanjutan multidimensi pada skenario 2 Hasil simulasi perhitungan indeks pada skenario 2 menunjukan adanya peningkatan indeks keberlanjutan pada masing masing dimensi seperti terlihat pada Tabel 54 Tabel 54. Perubahan nilai Indeks keberlanjutan sumberdaya hutan di wilayah Perbatasan Kalimantan Barat 5 tahun kedepan skenario 2 No Dimensi Nilai Indeks saat ini Nilai Indeks jika skenario 2 terjadi Perubahan ∆ 1 Ekologi 36,11 41,46 5,35 2 Ekonomi 53,17 58,74 5,57 3 Sosial Budaya 40,44 52.63 12,19 4 Teknologi 23,17 36,98 13,81 5 Hukum dan Kelembagaan 26,09 40,34 14,25 6 Multidimensi 36,85 49,50 12,65 3. Rekomendasi skenario 2 Skenario 2 merupakan skenario yang sebenarnya tidak diharapkan, namun mungkin terjadi di masa depan. Oleh karenanya apabila semua faktor kondisi mengarah pada terjadinya skenario 2, maka diperlukan tindakan strategis yang dapat mencegah terjadinya hal tersebut. Rap-insusforma 165 Berdasarkan tabel 62 terlihat adanya peningkatan indeks pada masing- masing dimensi yang pada akhirnya meningkatkan indeks multidimensi. Hal ini berarti kinerja sistem meningkat tapi peningkatannya lebih kecil dari peningkatan indeks pada skenario 1 dan belum mencapai optimal skenario 4. Untuk mencapai hasil yang diharapkan ideal maka rekomendasi yang disarankan adalah sebagai berikut: a. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu walaupun sudah meningkat perlu dikembangkan lagi kearah pengembangan wisata alam agar kelestarian keberadaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dapat lebih terjaga. b. Kegiatan ladang berpindah yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk harus dikendalikan dengan adanya regulasi pemerintah yang dijalankan dengan konsisten. c. Penataan dan pengukuhan kawasan hutan yang sudah dilakukan dan ada tapal batas disetiap kawasan perlu dilengkapi dengan adanya pos pengamanan di setiap kawasan. Penentuan rekomendasi secara kuantitatif pada skenario 2 dapat dilihat pada Tabel 55 dibawah ini. Tabel 55. Rekomendasi skenario 2 untuk bisa mencapai skenario 4 dalam pengelolaan SDH di wilayah Perbatasan Kalimantan Barat 5 tahun kedepan No Faktor berpengaruh Skor skenario 2 Rekomendasi 1 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu 1 2 2 Kegiatan ladang berpindah 3 3 Teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan 1 1 4 Perlindungan biota langka 2 2 5 Penataan dan pengukuhan kawasan hutan 2 3 166

c. Skenario 3