Operasionalisasi Model Model Konseptual dan Operasionalisasi Model Pengelolaan

182

5.3. Model Konseptual dan Operasionalisasi Model Pengelolaan

Sumberdaya Hutan Berkelanjutan di Wilayah Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat. 5.3.1. Model Konseptual Model konseptual pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dimulai dengan identifikasi aktor yang berperan dalam pengelolaan sumberdaya hutan, Aktor-aktor tersebut merupakan seluruh stakeholders yang berperan dalam pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan. Aktor terdiri dari: Pemerintah, pengusaha industri pengolahan kayu, LSMpemerhati bidang kehutanan, masyarakat yang bermukim disekitar wilayah perbatasan, Perguruan tinggi serta institusi Badan Persiapan Pengelolaan Kawasan Perbatasan BP2KP. Setelah aktor teridentifikasi maka perlu dilakukan stakeholders assessment dalam rangka mendapatkan kebutuhan setiap aktor dalam pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan. Selain itu pada tahap ini dilakukan juga penilaian indeks keberlanjutan pada kondisi saat ini. Hasil integrasi antara analisis kebutuhan dan analisis keberlanjutan menunjukan faktor – faktor yang berpengaruh dalam pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan. Faktor ini di sebut sebagai “entry point” dalam model pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan. Berdasarkan “entry point” yang didapatkan, dicari faktor penggerakkunci yang akan menjadi dasar pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan. Alternatif skenario untuk pencapaian tujuan merupakan basis usulan rekomendasi.

5.3.2. Operasionalisasi Model

Berdasarkan kebijakan pengelolaan sumberdaya hutan saat ini dilakukan identifikasi aktor – aktor yang berperan dalam pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan. Aktor-aktor tersebut adalah Pemerintah, pengusaha industri pengolahan kayu, LSMpemerhati bidang kehutanan, masyarakat yang bermukim disekitar wilayah perbatasan, Perguruan tinggi serta institusi Badan Persiapan Pengelolaan Kawasan Perbatasan BP2KP. BP2KP tahap berikutnya adalah melakukan stakeholders assessment untuk menentukan kebutuhan masing -masing aktor dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan. Pada saat yang bersamaan, dilakukan analisis keberlanjutan secara 183 multidimensional dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi, hukum dan kelembagaan. Hasil dari analisis kebutuhan dan keberlanjutan menghasilkan 12 entry points untuk pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan. Ke 12 entry points tersebut adalah: penegakan hukum, pemberdayaan Masyarakat disekitar hutan, pengamanan Hutan, kegiatan ladang berpindah, teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, penataan dan pengukuhan hutan, penyediaan lapangan kerja, program reboisasi, perlindungan biota langka, ketersediaan basis data sumberdaya hutan, frekuensi kejadian kebakaran hutan. Berdasarkan entry points yang didapat, akan dipilih faktor penggerakkunci dalam pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan. Dalam kajian ini ke 5 faktor kunci tersebut adalah: 1 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, 2. Kegiatan ladang berpindah, 3. Teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan, 4. Perlindungan biota langka, 5. Penataan dan pengukuhan kawasan hutan. Berdasarkan time frame yang dipilih 5 tahun ke depan disimulasikan skenario yang akan terjadi dalam rangka pencapaian tujuan pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan yang direpresentasikan dengan pemanfaatan sumberdaya hutan sebagai aset masa depan. Skenario yang disimulasikan adalah skenario optimis, moderat dan pesimis. Rekomendasi yang dihasilkan akan tergantung pada skenario yang terjadi. Operasionalisasi model memungkinkan untuk dilaksanakan dengan terlebih dahulu dijabarkan secara rinci dalam bentuk petunjuk pelaksanaan juklak maupun petunjuk teknis juknis.

5.3.3. Peran dan Tanggung jawab Stakeholders