72
Dari luas tersebut hanya 3.210 hektar yang memiliki sarana irigasi semi teknis, sederhana, dan irigasi desa, sedangkan 11.215 hektar masih mengandalkan
curah hujan sebagai sumber airnya. Sawah yang memiliki sarana irigasi belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Data statistik menunjukkan
bahwa hanya 46,39 persen dari lahan sawah beririgasi yang dimanfaatkan untuk kegiatan usahatani padi dan palawija. Belum optimalnya pemanfaatan lahan di
wilayah perbatasan juga tercermin dari luasnya lahan yang belum dimanfaatkan oleh masyarakat lahan tidur. Dari 2.490.491 hektar luas lahan di wilayah
perbatasan, ada sekitar 402 hektar 19,75 berupa lahan tidur, yang terdiri atas 6.000 hektar lahan sawah dan 396.000 hektar bukan lahan sawah BPS
Kalimantan Barat, 2004. Masih luasnya lahan produktif yang belum dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk kegiatan usahatani menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah di masing-masing kabupaten di wilayah perbatasan. Dampak dari rendahnya
produktivitas lahan akan bermuara pada rendahnya tingkat pendapatan masyarakat. Masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tidak memiliki
kegiatan usahatani tetap akan memiliki kecenderungan untuk mencari sumber penghasilan dari sumberdaya hutan terutama kayu secara ilegal.
4.5. Kondisi Kawasan Hutan di Wilayah Perbatasan.
Luas wilayah Kalimantan Barat adalah 14.680.700 hektar. Kalimantan barat memiliki sumberdaya hutan seluas 9.178.760 hektar. Kalimantan Barat
Dalam Angka, 2004. Menurut data Badan Pemantapan Kawasan Hutan BPKH wilayah III Kalimantan Barat, luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan
status kawasan terdiri dari kawasan konservasi seluas 1.459.603 Ha, kawasan lindung seluas 2.436.925 Ha, dan kawasan produksi seluas 5.140.396 Ha,
sedangkan luas kawasan non hutan yang dimanfaatkan sebagai areal penggunaan lain seluas 5.502.000 Ha. Sebagian besar wilayah perbatasan
Kalimantan Barat merupakan kawasan hutan dengan prosentase 77 dari total wilayah darat yang ada.
Berdasarkan Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Wilayah Provinsi Kalimantan Barat luas kawasan hutan di wilayah perbatasan seluas
5.103.343 hektar dengan rincian, kawasan hutan produksi HP seluas 1.089.856 hektar , hutan produksi terbatas HPT 1.260.481 hektar, hutan lindung seluas
1.491.619 hektar, hutan lindung yang dapat dikonversi seluas 173.217 hektar,
73
cagar alam seluas 91.074 hektar, taman nasional seluas 960.199 hektar, dan taman wisata alam seluas 26.996 hektar Tabel 10.
Tabel 10. Luas wilayah kawasan hutan berdasarkan fungsipenggunaan berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 259Kpts-II2000.
No. Peruntukan Kawasan
Luas Kawasan Hutan Kalimantan
Barat Ha
Luas Kawasan Hutan Wilayah Perbatasan
Ha A.
B. C.
D. E
Kawasan suaka alam 1. Cagar Alam
2. Taman Nasional 3. Taman Wisata Alam
Hutan Lindung Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi yang
dapat di Konversi 153.275
1.252.895 29.310
2.307.045 2.265.800
2.445.985 514.350
91.074 960.199
26.996 1.491.619
1.089.856 1.260.481
173.217 Jumlah
9.178.760 5.103.343
Persentase 100
55,61 Sumber: Statistik Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat, 2003
Dari lima Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat yang memiliki wilayah yang berbatasan langsung dengan Serawak Malaysia Timur, terdapat dua
kabupaten yaitu Kabupaten Kapuashulu yang letaknya paling hulu, dan Kabupaten Sanggau yang letaknya di hilir dari ibukota Provinsi Kalimantan Barat.
Kabupaten Kapuas Hulu yang terletak dihulu sungai Kapuas merupakan salah satu kabupaten yang memiliki hutan yang luas. Luas wilayah Kabupaten
Kapuas Hulu adalah 3.118.413 Ha atau 21,24 dari luas Provinsi Kalimantan Barat 14.680.760Ha. Dari luas tersebut 774.569 Ha 24,84 dari luas wilayah
merupakan hutan produksi dan 832.612 Ha atau 26,69 merupakan kawasan lindung serta kawasan konservasi sebesar 936.105 Ha 30,01 . BPKH
Wilayah III Provinsi Kalimantan Barat, 2004. Luas kawasan hutan di wilayah perbatasan antara Kabupaten Kapuas
Hulu dengan Malaysia Timur terdiri dari Taman Nasional 930.940 Ha 76,31 , hutan lindung 103.173 Ha 8,43 , Hutan produksi terbatas 38.440 Ha 3,15 ,
hutan produksi 136.829 Ha 11,21 dan hutan produksi konversi 10.624 Ha 9,87 . BPKH Wilayah III, 2004
Sejak tahun 2003, Kabupaten Kapuas Hulu telah mencanangkan diri sebagai Kabupaten Konservasi. Luasnya wilayah yang dicanangkan
sebagai kawasan konservasi menyebabkan terbatasnya wilayah yang
74 dapat dikembangkan untuk pembangunan daerah. Hal ini menjadi beban
tersendiri bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas Hulu karena hingga saat ini kondisi perekonomian masyarakat Kapuas Hulu, khususnya yang
tinggal di sekitar wilayah hutan masih rendah dan tingkat ketergantungan mereka terhadap sumberdaya hutan sebagai sumber kehidupan sangat
tinggi. Hal ini menjadi pendorong meningkatnya eksploitasi sumberdaya hutan. Akibatnya, berbagai macam kerusakan lingkungan terjadi. Kabri,
2004.
Pada tahun 2002, luas lahan kritis mencapai 461.063 ha atau 15,5 dari luas kabupaten. Sebesar 361.856 ha luas lahan kritis berada di dalam kawasan
hutan, sedangkan 90.207 ha ada di luar kawasan hutan. Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Putussibau, kerusakan sumberdaya hutan
pada tahun 2003 terutama disebabkan oleh aktivitas penebangan liar illegal logging. Kabri, 2004. Pada tahun 2002, kerusakan sumberdaya hutan telah
mengakibatkan bencana tanah longsor di 5 kecamatan dan bencana banjir di 14 kecamatan. Kerusakan di daerah hulu akan berdampak pada daerah hilir.
Kabupaten Sanggau yang juga berbatasan langsung dengan Serawak Malasia Timur letaknya mendekati hilir dari Ibukota Provinsi Kalimantan Barat.
Luas wilayah Kabupaten Sanggau 1.262.476 Ha atau 8,60 dari total luas Provinsi Kalimantan Barat. Dari luas tersebut kawasan konservasi seluas 1.214
Ha 0,10 , kawasan lindung 93.929 Ha 7,44 , kawasan produksi 483.094 Ha 38,26 dan luas kawasan non hutan yang digunakan untuk areal lain
seluas 684.239 Ha 54,20. BPKH Wilayah III Provinsi Kalimantan Barat, 2004.
Luas kawasan hutan di wilayah perbatasan Kabupaten Sanggau terdiri dari cagar alam 592 Ha 0,59 , hutan lindung 35.984 35,99 , hutan produksi
terbatas 22.063 Ha 22,07 dan hutan produksi 41.338 41,35.BPKH wilayah III, 2004
Keberadaan pintu gerbang border gate resmi dan aksesbilitas infrastruktur jalan yang dimiliki kabupaten ini untuk menuju border Entikong relatif
baik. Penjualan kayu ilegal melalui wilayah perbatasan ini juga terus meningkat karena masih lemahnya penegakan hukum di wilayah perbatasan. Setiap harinya
rata-rata terdapat 50 truk yang mengangkut kayu melintasi jalur Entikong untuk menuju Tebedu Serawak Kusmayadi, 2003.
75
4.6. Kondisi Daerah Aliran Sungai DAS di Wilayah Perbatasan.