1.2 Permasalahan
Sebagaimana telah diuraikan di dalam latar belakang tersebut di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan kondom pada pria dalam pencegahan penyakit menular seksual PMS di lokalisasi Bukit Maraja Kabupaten Simalungun?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kondom pada pria dalam pencegahan penyakit menular seksual PMS di lokalisasi Bukit
Maraja Kabupaten Simalungun Tahun 2013.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui faktor pengetahuan, sikap, ketersediaan kondom, dukungan pekerja seksual, dukungan petugas kesehatan, dan dukungan media yang
mempengaruhi penggunaan kondom pada pria dalam pencegahan penyakit menular
seksual PMS di Lokalisasi Bukit Maraja Kabupaten Simalungun.
1.4. Hipotesis
1. Ada pengaruh faktor pengetahuan terhadap penggunaan kondom pada pria dalam
pencegahan penyakit menular seksual PMS di Lokalisasi Bukit Maraja Kabupaten Simalungun.
Universitas Sumatera Utara
2. Ada pengaruh faktor sikap terhadap penggunaan kondom pada pria dalam
pencegahan penyakit menular seksual PMS di Lokalisasi Bukit Maraja Kabupaten Simalungun.
3. Ada pengaruh faktor dukungan pekerja seksual terhadap penggunaan kondom
pada pria dalam pencegahan penyakit menular seksual PMS di Lokalisasi Bukit Maraja Kabupaten Simalungun.
4. Ada pengaruh faktor dukungan petugas kesehatan terhadap penggunaan kondom
pada pria dalam pencegahan penyakit menular seksual PMS di Lokalisasi Bukit Maraja Kabupaten Simalungun.
5. Ada pengaruh faktor dukungan media terhadap penggunaan kondom pada pria
dalam pencegahan penyakit menular seksual PMS di Lokalisasi Bukit Maraja Kabupaten Simalungun.
1.5. Manfaat penelitian
1.5.1 Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan penggiat kesehatan masyarakat dalam menentukan kebijakan untuk meningkatkan penggunaan kondom untuk
mencegah penyakit menular seksual PMS. 1.5.2 Bagi Lembaga Swadaya Masyarakat dan Lembaga pendidikan terkait dapat
digunakan menjadi sumbang-pikir dalam menetapkan metode sosialisasi dan silabus yang tepat dan konstruktif dalam menggagas penggunaan kondom yang
efektif.
Universitas Sumatera Utara
1.5.3 Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat dipakai sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku 2.1.1 Definisi Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar Notoatmodjo, 2007.
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo 2007, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner
ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green 1980 dalam Notoatmodjo 2007, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, antara lain :
1. Faktor predisposisi predisposing factor, yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor pendukung enabling factor, yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana- sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3. Faktor pendorong reinforcing factor yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2.2 Kondom 2.2.1 Definisi Kondom
Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama. Kondom biasanya dibuat dari
bahan karet latex, berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma. Kondom dipakai
pada alat kelamin pria pada keadaan ereksi sebelum bersenggama bersetubuh atau hubungan seksual BKKBN,2006.
Kondom adalah selubung lateks tipis yang menutupi penis yang sedang ereksi dan mencegah semen masuk ke dalam vagina Wulansari, 2007. Menurut Everret
2007 kondom merupakan bentuk kontrasepsi yang mudah didapat serta memungkinkan pria berbagai dan mengambil tanggung jawab untuk mencegah
kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Sejarah Kondom
Kondom adalah salah satu jenis alat kontrasepsi tertua. Alat yang berbahan dasar olahan karet ini pertama kali diperkenalkan sekitar 1000 tahun sebelum masehi
oleh orang-orang mesir. Seorang bernama Gabrielle Fallopius melakukan percobaan pembuatan kondom pada tahun 1500-an, pria berkebangsaan Itali ini
mengembangkan kondom yang terbuat dari bahan kain linen untuk mencegah penularan penyakit kelamin pada laki-laki.
Menurut Charles Panati, dalam bukunya Sexy Origins and Intimate Things, sarung untuk melindungi penis telah dipakai sejak berabad silam. Sejarah
menunjukkan orang-orang Roma, mungkin juga Mesir, menggunakan kulit tipis dari kandung kemih dan usus binatang sebagai “sarung”. Kondom primitif itu dipakai
bukan untuk mencegah kehamilan tapi menghindari penyakit kelamin. Untuk menekan kelahiran, sejak dulu pria selalu mengandalkan kaum perempuan untuk
memilih bentuk kontrasepsi, sehingga menurut persepsi kaum laki-laki pada saat itu tidak berpengaruh dalam pencegahan kehamilan.
Seiring perkembangan waktu pembuatan kondom mulai dikembangkan dan berubah bahan dari kain linen menjadi kondom yang terbuat dari usus domba. Hal ini
terbukti dari penemuan sisa-sisa kondom di reruntuhan Dudle Castle, dekat Birmingham Inggris. Diperkirakan perkembangan kondom di Inggris dimulai pada
tahun 1640-an, pada saat itu terjadi perang antar pengikut Oliver Cromwell dengan prajurit Raja Charles I, kerena peperangan tersebut berlangsung lama maka,
melibatkan banyak PSK dan menimbulkan banyak terjadi penularan penyakit kelamin
Universitas Sumatera Utara
yang mengakibatkan melemahnya daya gempur pasukan. Untuk menanggulanginya tabib kerajaan membuatkan pelindung untuk melindungi alat kelamin para prajurit,
yang disebut Kondom. Nama “kondom” berasal dari bahasa latin “Condon” yang berarti wadah.. Di
tahun 1980-an penggunaan kondom meningkat karena persebaran virus baru HIVAIDS. Pada saat itu kondom dirasa dapat menjadi alat yang bisa
menanggulanginya. Sampai saat ini kondom telah banyak ber-evolusi, dengan berbagai macam rasa dan bentuk agar lebih nyaman digunakan dan lebih variatif
dalam memberikan sensasi berhubungan seks, bahkan di era 1990-an sampai 2000-an telah diperkenalkan
2.2.3 Cara Menggunakan Kondom dengan Baik dan Benar
Cara menggunakan dengan baik dan benar: 1.
Pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan lalu dorong kondom dengan jari anda keposisi bawah. Tujuannya agar tidak robek saat membuka bungkusnya,
selanjutnya sobek bagian atas bungkus kondom. 2.
Dorong kondom dari bawah agar keluar dari bungkusnya, kemudian pegang kondom dan perhatikan bagian yang menggulung harus berada disebelah lua
Pencet ujung kondom agar tidak ada udara yang masuk dan letakkan pada kepala penis.
3. Baik pihak suami atau istri dapat memasangkan kondom ke penis, pada saat
kondom dipasang penis harus selalu dalam keadaan tegang. Pasanglah kondom
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan telapak tangan untuk mendorong gulungan kondom hingga pangkal penis jangan menggunakan kuku, karena kondom dapat robek.
4. Jangan ada kontak penis dengan vagina sebelum menggunakan kondom. Segera
setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina. Pegang pangkal penis dan lepaskan kondom dengan hati-hati selagi masih tegang jangan sampai ada cairan sperma
yang tercecer keluar. 5.
Ikat kondom agar cairan sperma tidak dapat keluar, dan buang ditempat yang aman. Jangan buang kondom bekas pakai di WC karena dapat menyumbat. Pilih
kondom yang paling cocok dengan selera dan ukuran penis anda BKKBN, 2006
2.2.4 Manfaat Kondom
Untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi menular lain seperti infeksi gonorrhea, chalamida, herpes hingga HIAIDS serta merupakan
metode lain dalam keluarga berencana
2.5.5 Efektifitas Kondom
Pelaksanaan program 100 penggunaan kondom di Kamboja dimulai pada Oktober 1998 di Sihanoukville, sebuah distrik yang banyak pekerja seksnya.
Kemudian menjadi program nasional pada tahun 2001. Program ini berhasil menurunkan prevalensi HIV dan IMS di kalangan pekerja seks dan klien. Program ini
juga dilaksanakan di beberapa negara asia lainnya, seperti Filipina dan Vietnam. Negara Asia lain yang menjalankan program 100 penggunaan kondom adalah
Myanmar pada awal tahun 2001 di kota Bago, Pyay, Kwathaung dan Tachileik, kemudian berkembang ke 152 kota lainnya pada awal 2006. Terdapat laporan
Universitas Sumatera Utara
penggunaan kondom pada pekerja seks meningkat dari 60,7 2001 menjadi 91,0 2002, terdapat penurunan prevalensi sifilis dari 6 menjadi 3
Rojanapithayakorn, 2008.
2.2.6 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Kondom 1. Keuntungan
a. Sangat efektif sebagai alat kontrasepsi bila digunakan dengan benar.
b. Tidak menganggu produksi ASI bagi ibu yang menyusui
c. Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seksual
termasuk HIVAIDS d.
Tidak memerlukan pemeriksaan medis atau pengawasan yang ketat e.
Murah dan dapat dibeli secara umum f.
Metode sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda g.
Pria ikut secara aktif dalam program keluarga berencana.
2. Kerugian
a. Angka kegagalan relatif tinggi
b. Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seksual
guna memasang kondom. c.
Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati, dan terus menerus pada setiap senggama.
d. Beberapa wanita dapat alergi terhadap bahan karet kondom sehingga
menimbulkan keputihan dan iritasi
Universitas Sumatera Utara
2.3 IMS Infeksi Menular Seksual 2.3.1 Pengertian IMS
Infeksi Menular Seksual IMS didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, dan parasit yang sebagian
besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis Aprilianingrum, 2002. Wells 2009 menyatakan bahwa Infeksi Menular
Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan seks ini termasuk hubungan seks lewat liang
senggama, lewat mulut atau lewat dubur. IMS adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksualdan akan semakin beresiko apabila berganti-gati pasangan
baik melalui vagina, oral maupun anal Sjaiful, 2007 Kebanyakan IMS membahayakan organ reproduksi pada wanita dan pria.
Pada wanita IMS dapat merusak dinding vagina atau leher rahim dan pada pria yang terinfeksi lebih dulu adalah saluran air kencing. IMS yang tidak diobati dapat
mempengaruhi organ-organ reproduksi bagian dalam dan menyebabkan kemandulan baik pada pria tau wanita Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
2009. Terdapat lebih kurang 30 jenis mikrobabakteri, virus, dan parasit yang dapat
ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, chlamydia, syphilis,trichomoniasis, chancroid, herpes genital,
infeksi human immunodeficiensy virus HIV dan hepatitis B. HIV dan syphilis juga
Universitas Sumatera Utara
dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama kehamilan dan kelahiran, dan juga melalui darah serta jaringan tubuh.
2.3.2 Jenis Penyakit IMS
IMS ada banyak sekali jenisnya. Beberapa diantaranya yang paling penting adalah : GO atau kencing nanah, Klamidia, Herpes kelamin, Sifilis atau raja singa,
Jengger ayam, Hepatitis, dan HIVAIDS
Nama Gejala Umum
Gejala Khusus Jenis Tes
Klamidia Nyeri saat Kencing
Keluar cairan lendir
bening dari kemaluan, terasa
gatal berwarna kuning atau
kehijauan dan bau Pemeriksaan
cairan atau lendir
Raja Singa sifilis
Bintil-bintil berair seperti cacar
disertai timbulnya luka yang terasa
nyeri di sekitar kelamin
Pada stadium lanjut akan
nampak kelamin kulit seperti
koreng berwarna merah
luka terbuka Tes darah
Kencing Nanah GO
Nyeri yang sangat saat kencing
Tampak cairan berupa nanah
kental pada kemaluan. Cairan
juga bisa keluar dari dubur
Pemeriksaan Nanah
Herpes genital Badan lemes, nyeri
sendi pada daerah terinfeksi, demam
Tampak kelainan kulit yang
berbenjol-benjol, bulat atau
lonjong kecil sebesar 2-5 mm
Tes darah
Universitas Sumatera Utara
Kutil Kelamin Timbul kutil pada
daerah terinfeksi Dalam kasus lanjut,
kutil bergerombol
seperti jengger ayam di daerah
kemaluan dan daerah anus
Pemeriksaan jaringan dan
tes darah
HIVAIDS Virus walaupun
sudah ada di dalam darah tidak
menunjukkan gejala sama sekali
Penderita yang sudah
menunjukkan gejala AIDS,
nampak gejala yang sangat
kompleks, yang sulit
dibedakan dengan penderita
kanker stadium lanjut
Tes darah untuk
mendeteksi virus HIV :
Elisa dan Western
Blood
1. Klamidia
Penyakit in disebabkan oleh Chamydia trachomatis. Masa tanpa gejala berlangsung 7-21 hari. Gejalanya adalah timbul peradangan pada alat
reproduksi laki-laki dan perempuan. Pada perempuan, gejalanya bisa berupa keluarnya cairan alat kelamin atau keputihan encer berwarna putih
kekuningan, rasa nyeri di rongga panggul dan perdarahan setelah hubungan seksual Sjaiful, 2007
2. Sifilis
Kuman penyebanya disebut Troponema palladium. Masa tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu, kadang sampai 13 minggu kemudian timbul
benjolan disekitar alat kelamin. Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan gejala apa-apa atau disebut masa laten. Setelah 5-10 tahun penyakit sifilis akan menyerang susunan saraf otak, pembuluh darah dan
jantung. Pada perempuan hamil sifilis dapat ditularkan kepada bayi yang dikandungnya Sjaiful,2007
3. GO
Penyebabnya adalah Bakteri Neisseria Gonorrhea. Masa inkubasi penyakit ini 2-10 hari setelah kuman masuk ke tubuh. Gejala pada pria meliputi uretra
lubang kencing keluar cairan berwarna putih, kuning kehijauan, rasa gatal, panas dan nyeri, mulut uretra bengkak dan agak merah. Gejala pada wanita
adalah penyakit radang panggul, kemungkinan kemandulan, infeksi mata pada yang dilahirkan, memudahkan penularan HIV, lahir muda, cacat, dan lahir
mati 4.
Herpes Genetalis Penyebabnya adalah Virus Herpes Simplex, dengan masa Inkubasi: 4-7 hari
setelah virus masuk tubuh, dimulai dengan rasa terbakar atau rasa kesemutan pada tempat virus masuk. Akibat yang ditimbulkan yaitu rasa nyeri berasal
dari syaraf, dapat ditularkan pada bayi waktu lahir, dapat menimbulkan infeksi baru, penularan pada bayi dan menyebabkan lahir muda, cacat bayi
dan lahir mati, memudahkan penularan HIV, dan kanker leher rahim 5.
Kutil Kelamin Penyebanya adalah human papiloma virus. Pada perempuan mengenai kulit
daerah kelamin sampai dubur. Kutil kelamin dapat mengakibatkan kanker
Universitas Sumatera Utara
leher rahim atau kanker kulit di sekitar kelamin. Pada laki-laki mengenai kelamin dan saluran kencing bagian dalam Sjaiful, 2007
6. HIV AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immuno Deficiency Virus. Virus ini menurunkan sampai merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Setelah
beberapa tahun jumlah virus semakin banyak sehingga sistem kekebalan tubuh tidak lagi mampu melawan penyakit yang masuk. Selajutnya AIDS
adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome atau kumpulan berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV
2.3.3 Penularan Infeksi Menular Seksual
Cara penularan IMS adalah dengan cara kontak langsung yaitu kontak dengan eksudat infeksius dari lesi kulit atau selaput lendir pada saat melakukan hubungan
seksual dengan pasangan yang telah tertular. Cara penularan lainnya secaraperinatal, yaitu dari ibu ke bayinya, baik selama kehamilan, saat kelahiran ataupun setelah lahir.
Bisa melalui transfuse darah atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah.
Perilaku seks yang dapat mempermudah penularan PMS adalah : 1.
Berhubungan seks yang tidak aman tanpa menggunakan kondom. 2.
Gonta-ganti pasangan seks. 3.
Prostitusi.
Universitas Sumatera Utara
4. Melakukan hubungan seks anal dubur, perilaku ini akan menimbulkan luka atau
radang karena epitel mukosa anus relative tipis dan lebih mudah terluka disbanding epitel dinding vagina.
5. Penggunaan pakaian dalam atau handuk yang telah dipakai penderita PMS
Hutagalung, 2002.
2.3.4 Cara Mencegah Infeksi Menular Seksual IMS
Menurut Depkes RI 2006 langkah terbaik untuk mencegah IMS adalah menghindari kontak langsung, yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Menunda kegiatan seks bagi remaja abstinensi
2. Menghindari berganti-ganti pasangan seksual
3. Memakai kondom dengan benar dan konsisten
1.2 Faktor yang memperngaruhi Penggunaan Kondom
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kondom dalam Pencegahan IMS
Faktor-faktor ini mencakup mengenai pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan. Contohnya : agar seorang waria mau menggunakan kondom
diperlukan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tersebut tentang kondom. 1.
Pengetahuan Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting bagi terbentuknya
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan cenderung tidak bersifat langgeng atau berlangsung lama Notoatmojo, 2007. Selanjutnya menurut Soekidjo pengetahuan
adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
Universitas Sumatera Utara
terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Selanjutnya menurut Soekidjo pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
Pengetahuan terdiri dari 6 enam tingkatan, yaitu: a. Tahu know
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah kembali recall terhadap suatu
yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami Comprehension
Memahami diartikan sebagai suatu untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi dan dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi Application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku-buku, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
Universitas Sumatera Utara
d. Analisa Analysis Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau objek analisa
komponen-komponen tetapi di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesa Synthesis Sintesa menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada.
f. Evaluasi Evaluation Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Pengetahuan merupakan faktor yang mempermudah perubahan perilaku
masyarakat. Dengan pengetahuan yang baik tentang kondom, maka individu akan lebih mudah merubah perilaku untuk menggunakan kondom dalam mencegah
penyakit menular seksual Berikut hasil penelitian pengaruh tentang pengetahuan terhadap penggunaan
kondom. Penelitian yang dilakukan Soelistijani Tahun 2003 di Bali menyatakan bahwa pengetahuan tentang HIVAIDS menunjukkan hubungan yang bermakna
dengan perilaku responden dalam penggunaan kondom p = 0,008. Hasil penelitian yang dilakukan Evianty terhadap PSK di Lokalisasi Teleju Kota Pekan Baru Tahun
2008 menunjukkan bahwa ada pengaruh pengetahuan terhadap tindakan Pekerja Seks komersial PSK menggunakan kondom p = 0,005.
Universitas Sumatera Utara
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesediaan untuk bertindak dan
bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi
yang bersifat
emosional terhadap
stimulus sosial
Notoatmodjo, 2007. Newcomb dalam Notoatmodjo 2007, menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek
di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap mempunyai berbagai tingkatan yakni: Sikap terdiri dari berbagai
tingkatan menurut Wawan dan M. Dewi 2010 yakni : a.
Menerima receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan objek. b.
Merespon responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut
Universitas Sumatera Utara
c. Menghargai valuing
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah
d. Bertanggung jawab responsible
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.
3. Ketersediaaan kondom
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya tempat pembelian kondom, tempat konsultasi,
tempat berobat, ketersediaan kondomkemudahan mendapatkan kondom dan sebagainya. Untuk perilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasana
pendukung, misalnya penggunaan kondom. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor – faktor ini disebut
faktor pendukung atau faktor pemungkin. Hasil penelitian yang dilakukan Mardjan 1996 di lokalisasi Singkawang
Propinsi Kalimantan Barat membuktikan bahwa ketersediaan kondom dan sikap pelanggan merupakan faktor utama yang dapat memengaruhi penggunaan kondom
dikalangan para WTS pada lokalisasi Singkawang Kabupaten Sambas Propinsi 4.
Dukungan Faktor pendorong yang memberi dukungan secara terus-menerus untuk
kelangsungan perilaku individu atau kelompok. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat toma, tokoh agama toga, sikap dan perilaku
Universitas Sumatera Utara
para petugas termasuk petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
2.5 Landasan Teori