1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada Pasal 1 Butir 1 menyatakan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Undang-undang tersebut dirumuskan dengan berlandaskan pada dasar
falsafah negara Pancasila yang menjadi sumber utama dan penentu arah yang akan dicapai dalam kurikulum.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pengertian kurikulum dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 Pasal 1 ayat 9, ialah
“seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.” Sedangkan menurut Oemar Hamalik 2010: 91 kurikulum adalah :
Rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan
pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat
pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peratutan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta didik dalam
mengambangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu.
Imas Kurniasih 2014: 1 menyatakan kurikulum di Indonesia tercatat sudah mengalami sembilan kali perubahan kurikulum pasca kemerdekaan Indonesia.
Pada kurikulum periode tahun 1947 sampai tahun 1994, kurikulum di Indonesia bersifat sentralistik, sedangkan penerapan kurikulum secara desentralistik terjadi
ketika diberlakukan kurikulum KBK 2004 dan KTSP 2006. Kurikulum secara desentralistik adalah kurikulum di mana sekolah mempunyai tanggung jawab
mengembangkan kurikulum untuk diterapkan di setiap satuan pendidikan masing- masing.
Menurut Oemar Hamalik 2002: 58 pembuatan keputusan dalam pembinaan kurikulum bukan saja menjadi tanggung jawab para perencana
kurikulum, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab para guru di sekolah. Demikian pula guru harus mampu membuat aneka macam keputusan dalam
pembinaan kurikulum. Pada dasarnya betapa pun baiknya suatu kurikulum, berhasil atau tidaknya akan sangat bergantung kepada tindakan-tindakan guru di
sekolah dalam melaksanakan kurikulum itu. Tidak jarang kegagalan implementasi kurikulum disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Konsep kurikulum 2013 menekankan pada aspek kognitif pengetahuan,
afektif sikap, dan psikomotorik gerak melalui penilaian berbasis test dan portofolio menurut Ahmad Sudrajat 2013: 6. Siswa tidak lagi menjadi obyek
pendidikan, tetapi dituntut menjadi subyek dengan ikut aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi dalam pembelajaran.
Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah dengan niatan untuk perbaikan sistem pendidikan.
Meskipun pada kenyataannya setiap kurikulum pasti memiliki kekurangan dan kelebihan yang perlu dievaluasi serta diperbaiki agar tujuan pendidikan
nasional tercapai dengan baik. Kemendikbud memutuskan bahwa kurikulum 2013 tidak akan diterapkan secara serentak di seluruh sekolah di Indonesia. Implikasi
dari pernyataan tersebut adalah penyusunan dan pelaksanaan kurikulum 2013 oleh satuan pendidikan harus memperhatikan kebutuhan, karakteristik dan potensi
satuan pendidikan internal serta lingkungan di daerah setempat. Standar kurikulum 2013 yang menekankan siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran menuntut guru untuk melaksanakan pembelajaran yang berbasis tematik integratif. kurikulum 2013 juga menuntut guru untuk melakukan
pembelajaran berbasis pendekatan sains. Guru juga dituntut untuk tidak hanya memiliki kompetensi profesional, namun juga harus memiliki kompetensi
pedagogik, sosial, dan kepribadian. Kompetensi pedagogik guru perlu untuk diketahui karena kompetensi tersebut berkaitan dengan pengembangan kurikulum
serta proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran sesuai kurikulum 2013, peran TIK
menjadi sangat penting bagi guru dan peserta didik dalam mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, menyebarkan data dan informasi dalam rangka untuk
mendukung kelancaran proses pembelajaran. Pemberlakuan Proyek Rintisan kurikulum 2013 pada beberapa sekolah di
Indonesia berdampak pada kesiapan dan peran guru yang dalam proses
pembelajaran, salah satunya sesuai dengan ketentuan baru mengenai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2014 tentang Peran Guru
Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Guru Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi dalam Implementasi kurikulum 2013, dimana guru TIK
harus mencari,
mengolah, menyiapkan,
mendistribusikan, menyajikan,
menginformasikan serta memanfaatkan data dan informasi dalam berbagai cara untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran untuk membimbing peserta
didik, menggunakan TIK untuk persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah guna memfasilitasi sesama
guru, serta memfasilitasi tenaga kependidikan dalam menerapkan dan mengembangkan sistem informasi manajemen sekolah berbasis TIK.
Layanan bimbingan TIK sebagai Proyek Rintisan berbasis kurikulum 2013 sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 68 tahun
2014 merupakan program bimbingan dan fasilitasi TIK bagi peserta didik, sesama guru mata pelajaran dan tenaga kependidikan di sekolah untuk memanfaatkan TIK
sebagai sumber danatau sarana belajar di sekolah. Layanan bimbingan TIK dapat dilaksanakan dengan klasikal atau kelompok dan individu dengan beban kerja
guru TIK melakukan bimbingan paling sedikit 150 seratus lima puluh peserta didik pertahun pada 1 satu atau lebih satuan pendidikan.
Layanan bimbingan TIK yang dilakukan di sekolah dimaksudkan untuk mempersiapkan
peserta didik
agar mampu
mengantisipasi pesatnya
perkembangan teknologi, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan TIK dengan baik dan benar sesuai keahliannya. Namun layanan bimbingan TIK bukan hal
yang gampang diimplementasikan karena berhubungan dengan guru yang berkualifikasi akademik TIK dan bersertifikat pendidik TIK. Apabila guru tidak
berkualifikasi akademik TIK tetapi telah bersertifikat pendidik TIK dan di sekolah tidak terdapat guru TIK yang memiliki kualifikasi akademik TIK maka yang
bersangkutan tetap dapat mengajar TIK pada kelas IX SMP untuk tahun pelajaran 20142015 sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru TIK dan KKPI.
SMP Negeri 2 Kendal merupakan salah satu sekolah yang menjadi Proyek Rintisan Kurikulum 2013 dan satu-satunya sekolah yang telah memberlakukan
layanan bimbingan TIK di Kabupaten Kendal. Dari hasil observasi di lapangan dengan guru Mata Pelajatan TIK serta
pengamatan di dalam kelas VIII SMP Negeri 2 Kendal pada tahun pelajaran 20142015, diketahui bahwa Keterlaksanaan layanan bimbingan TIK terhadap
Guru dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 2 Kendal belum sepenuhnya dilaksanakan dan dipahami oleh Guru Mata Pelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru TIK, kurangnya persiapan pembelajaran dengan mengembangkan sumber belajar melalui media
pembelajaran berdampak pada minat siswa dalam menerima materi yang diajarkan, sehingga siswa akan merasa bosan apabila materi pembelajaran hanya
disampaikan melalui metode ceramah tanpa ada pengembangan belajar melalui media pembelajaran. Tentunya hal ini berpengaruh terhadap penilaian
pembelajaran dan pelaporan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan langkah-langkah persiapan
pembelajaran efektif dengan adanya inovasi melalui penerapan teknologi. Untuk
itu, perlu adanya layanan bimbingan TIK dari guru TIK terhadap guru mata pelajaran lain agar persiapan pembelajaran melalui penggunaan media
pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian pembelajaran dan pelaporan hasil belajar dapat berjalan dengan baik dan efektif.
Dari pemecahan masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “ Keterlaksanaan Layanan Bimbingan TIK
Terhadap Guru dalam Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Kendal ”.
1.2. Identifikasi Masalah