28
jantan yang cukup banyak merupakan indikasi adanya tempat perindukan disekitarnya Ditjen PP PL, 2007.
2.1.2.5 Bionomik Nyamuk Aedes aegypti
Bionomik adalah bagian dari ilmu biologi yang menerangkan pengaruh antara organisme hidup dengan lingkungannya yang dapat berupa kesenaangan
pada tempat-tempat dan perilaku tertentu. Bionomik pada nyamuk Aedes aegypti yang terdiri dari empat stadium yaitu stadium telur, larva, pupa dan stadium
dewasa meliputi : 1.
Tempat Perindukan Nyamuk Breeding Habit Tempat perindukan utama nyamuk adalah pada genangan-genangan air.
Pemilihan tempat peletakkan telur dilakukan oleh nyamuk betina dewasa. Pemilihan tempat yang disenangi sebagai tempat perkembangbiakan dilakukan
secara turun temurun oleh seleksi alam. Nyamuk Aedes aegypti biasanya tidak dapat berkembang biak di genangan air yang langsung bersentuhan dengan tanah
Ditjen PPPL, 2007. Jenis-jenis tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut Depkes, 2010:
a. Tempat Penampungan Air TPA
Penampungan ini biasanya dipakai untuk menampung air guna keperluan sehari-hari, keadaan airnya jernih, tenang dan tidak mengalir, seperti drum,
tempayan, bak mandi, bak WC, tanki reservoir, ember, dan lain-lain. b.
Bukan Tempat penampungan air Non TPA
29
Tempat yang bisa menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti tempat minuman hewan, vas bunga, perangkap semut, barang -barang
bekas ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain. c.
Tempat penampungan air alamiah Bukan tempat penampungan air tetapi secara alami dapat menjadi tempat
penampungan air seperti sumur, lubang pohon, pelepah daun, tempurung kelapa, dan lain-lain.
2. Perilaku bertelur
Jentik nyamuk Aedes aegypti akan selalu bergerak aktif dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas
kemudian turun, kembali ke bawah dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada di sekitar
dinding tempat penampungan air Ditjen PPPL, 2007. Setiap kali bertelur, nyamuk dapat menghasilkan telur sebanyak 100 butir.
Telur dapat bertahan di tempat yang kering sampai berbulan-bulan pada suhu -2 C sampai 42
C, dan ketika tempat tersebut tergenang dengan air atau kelembaban tinggi, telur dapat menetas lebih cepat. Hal ini yang memungkinkan
terjadinya KLB DBD di musim penghujan setelah kemarau Frida N , 2008 3.
Perilaku menggigit Kebiasaan menggigit nyamuk Aedes aegypti lebih banyak pada waktu siang
hari dari pada malam hari, lebih banyak menggigit pukul 08.00-12.00 dan pukul 15.00-17.00 dan lebih banyak menggigit di dalam rumah dari pada di luar
rumah. Tidak seperti nyamuk lain Aedes aegypti mempunyai kebiasaan
30
menghisap darah berulang kali multiple bites dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah nyamuk Aedes aegypti menyukai
tempat-tempat yang gelap dan lembab untuk beristirahat. Nyamuk Aedes aegypti suka hinggap pada benda-benda yang tergantung, seperti kelambu, pakaian, kain
dan lain sebagainya Depkes RI, 2010. 4.
Kesenangan Istirahat Resting Habit Setelah menggigit, selama menunggu waktu pematangan telur, nyamuk
akan berkumpul di tempat-tempat dimana terdapat kondisi yang optimum bagi setiap jenis nyamuk untuk beristirahat. Kesenangan istirahat nyamuk Aedes
aegypti lebih banyak di dalam rumah atau kadang-kadang di luar rumah dekat dengan tempat perindukannya yaitu di tempat yang agak gelap dan lembab. Di
tempat-tempat tersebut nyamuk menunggu proses pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakan
telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya Dijen PPPL, 2007. 5.
Jarak Terbang Fight Range Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan
selanjutnya ke tempat untuk beristirahat di tentukan oleh kemampuan terbang nyamuk. Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100
meter, namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh Saleha Sungkar, 2008:266.
Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub-tropis. Di Indonesia nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah maupun di tempat umum.
Nyamuk ini dapat hidup dan berkembang sampai ketinggian daerah ± 1.000 m
31
dari permukaan laut. Di atas ketinggian 1.000 m tidak dapat berkembang baik, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak
memungkinkan bagi kehidupan nyamuk tersebut Depkes RI , 2010.
2.1.2.6 Ekologi Vektor