31
dari permukaan laut. Di atas ketinggian 1.000 m tidak dapat berkembang baik, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak
memungkinkan bagi kehidupan nyamuk tersebut Depkes RI , 2010.
2.1.2.6 Ekologi Vektor
Ekologi vektor adaah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara vektor dengan lingkungannya. Lingkungan vektor ada 3 macam yaitu lingkungan
fisik, biologik dan sosial Depkes RI, 2010. 1
Lingkungan Fisik Lingkungan fisik yang mempengaruhi kehidupan nyamuk Aedes aegypti
antara lain : a
Tempat penampungan air Tempat perindukan utama nyamuk adalah pada genangan-genangan air.
Pemilihan tempat peletakkan telur dilakukan oleh nyamuk betina dewasa. Pemilihan tempat yang disenangi sebagai tempat perkembangbiakan
dilakukan secara turun temurun oleh seleksi alam. Tempat penampungan ini terdiri dari tempat penempungan air TPA seperti macam kontainer
dengan karakteristiknya, bukan tempat penempungan air Non TPA seperti tempat minum hewan, vas bunga, barang-barang bekas ban, kaleng, botol,
dan lain-lain, dan tempat penampungan air alamiah seperti sumur gali termasuk sumur disini adalah bahan dinding sumur, letak, keberadaan
penutup, kebersihan air dan sebagainya.
32
b Ketinggian tempat
Telah diketahui, tiap kenaikan 100 meter maka selisih suhu udara dengan tempat semula adalah 0,5
C. Bila perbedaan tempat cukup tinggi, maka perbedaan suhu udara juga cukup banyak dan akan mempengaruhi faktor-
faktor yang lain seperti penyebaran nyamuk, siklus pertumbuhan parasit di dalam tubuh nyamuk, siklus pertumbuhan parasit di dalam tubuh nyamuk dan
musim penularan Depkes RI, 2007 c
Curah Hujan Telur-telur yang diletakkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang pernah
menghisap darah penderita DBD atau seseorang yang dalam darahnya mengandung virus dengue pada akhir musim hujan sebelumnya berpotensi
untuk terinfeksi virus dengue secara transovarial dari induknya pada musim hujan berikutnya. Suhu yang panas menyebabkan daur hidup arthropoda
menjadi lebih pendek sama dengan memendeknya periode inkubasi patogen, termasuk juga ketersediaan air sebagai tempat hidup larva Cecep Dani Sucipto,
2011 :53. d
Suhu Udara Nyamuk adalah binatang berdarah dingin dan karenanya proses-proses
metabolisme dan siklus kehidupannya tergantung pada suhu lingkungan. Nyamuk tidak dapat mengatur suhu tubuhnya sendiri terhadap perubahan-
perubahan di luar tubuhnya. Suhu rata-rata optimum untuk perkembangan nyamuk adalah 25
-27 C Depkes RI ,2007. Nyamuk tidak dapat mengatur
suhunya sendiri terhadap perubahan suhu di luar tubuhnya. Perkembangbiakan
33
nyamuk akan terhenti sama sekali pada suhu kurang dari 10 C atau lebih dari
40 C Cecep Dani Sucipto, 2011:54.
e Kelembaban Udara
Kelembaban udara nisbi adalah antara 75-93. Kelembaban udara mempengaruhi kebiasaan nyamuk meletakkan telurnya. Nyamuk Aedes aegypti
membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk tempat hinggap dan istirahat. Pada kelembaban kurang dari 60 umur nyamuk menjadi pendek, tidak bisa menjadi
vektor, tidak cukup waktu untuk perpindahan virus dari lambung ke kelenjar ludah sehingga tidak cukup untuk siklus perkembangbiakan virus dengue dalam
tubuh nyamuk Cecep Dani Sucipto, 2011:54. f
Kecepatan Angin Angin sangat mempengaruhi terbang nyamuk. Bila kecepatan angin 11-
14 meter perdetik atau 25-31 mil per jam akan menghambat penerbangan nyamuk. Secara langsung angin akan mempengaruhi penguapan evaporasi air
dan suhu udara konveksi. Dalam keadaan udara tenang mungkin suhu tubuh nyamuk ada beberapa fraksi satu derajat lebih tinggi dari suhu lingkungan, bila
ada angin evaporasi baik dan juga komveksi baik maka suhu tubuh nyamuk akan turun beberapa fraksi satu derajat lebih rendah dari suhu lingkungan
Depkes RI, 2007. 2
Lingkungan Biologi Penerapan pengendalian biologis yang ditujukan langsung terhadap jentik
vektor dengue dengan menggunakan predator, contohnya memelihara ikan pemakan jentik seperti ikan gupi, ikan mujair yang kemampuan dan efisiensinya
34
tergantung pada jenis penampungan airnya. Pertumbuhan larva dari instar ke instar dipengaruhi oleh air yang ada di dalam kontainer, pada kontainer dengan air
yang lama biasanya terdapat kuman patogen atau parasit yang akan mempengaruhi pertumbuhan larva tersebut. Lingkungan biologik yang
mempengaruhi penularan DBD yang lain adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan yang mempengaruhi pencahayaan dan kelembaban di dalam
rumah. 3
Lingkungan Kimia Bahan kimia telah banyak digunakan untuk pengendalian Aedes aegypti
sejak lama. Metode yang digunakan dalam pemakaian insektisida adalah dengan lavarsida untuk membasmi jentik-jentiknya dan pengasapan untuk nyamuk
dewasa. Pembrantasan jentik dengan bahan kimia dikenal dengan istilah abatisasi. Larvasida yang digunakan adalah temephos. Pengendalian nyamuk dewasa
dengan insektisida dilakukan dengan sistem pengasapan. Pengasapan dilakukan dua siklus dengan interval satu minggu.
2.1.2.7 Pengamatan Kepadatan Vektor