seorang manajer keperawatan menentukan besarnya tingkah laku yang mempengaruhi orangorang yang terlibat.
I. Intervensi Konflik.
Setelah seorang manajer keperawatan mengetahui adanya konflik di dalam tempat kerjanya, manajer tersebut harus bisa menentukan apakah
konflik tersebut perlu diberikan intervensi atau perlu diabaikan. Jika konflik yang ada hanya kecil dan hanya melibatkan dua orang individu,
dan tidak mengakibatkan pelayanan ke pasien terganggu serta individu yang terlibat tersebut mampu menyelesaikannya tanpa bantuan, maka
manajer bisa mengabaikan masalah tersebut.
Sebaliknya jika konflik itu mengenai masalah pelayanan pasien, cepat meluas, mempengaruhi karyawan lain yang terlibat dan mengganggu tim
kerja, manajer sebaiknya segera menghindari menyelesaikan supaya masalah tidak berlanjut dan pelayanan kepada pasien tetap berjalan
lancar.
Jika seorang manajer memandang bahwa intervensinya dibutuhkan untuk mengatasi konflik, maka seorang manajer harus menjadi mediator
suatu konflik tersebut. Dalam masalah ini manajer tidak perlu menggunakan power politiknya. Untuk menjadi mediator diperlukan
perencanaan secara hatihati untuk memilih intervensi yang tepat. Peran manajer dalam menjadi mediator konflik ini dapat meningkatkan skill
kepemimpinannya. Jika suatu masalah yang dihadapi oleh manajer bersifat konflik dan sulit diidentifikasi, maka seorang manajer perlu
berkonsentrasi terhadap masalah tersebut.
Karena konflik selalu ada, seorang pemimpin mempunyai kekuatan untuk menggerakkan konflik ke penyelesaian masalah yang bersifat
membangun konstruktif atau bersifat merusak destruktif. Pada
19
pendekatan konstruktif, hasilnya mengakibatkan pertumbuhan individu dan atau kelompok, peningkatan kesadaran dan pemahaman diri dan
orang lain, dan perasaan positif kearah hasil interaksi. Resolusi destruktif mengakibatkan pengembangan konflik dan perasaan negatif terhadap diri
dan atau orang lain.
Strategi jangka pendek yang dapat dilakukan untuk mengatasi konflik adalah dengan cara; 1 Melibatkan diri, 2 Memisahkan, 3 Mendengar
dan mendengarkan, 4 Menjelaskan, 5 Mengkonsultasi, dan 6 Memantau. Strategi ini dapat efektif dilaksanakan tetapi harus
diperhatihan tingkatan, dan jenis konflik yang terjadi. Tingkatan penyelesaian konflik juga harus benarbenar diperhatikan apakah cukup
diselesaikan pada tingkatan individu, kelompok atau organisasi.
J. Teknik Manajemen Konflik.