6
merupakan kebutuhan pokok yang mempunyai pengaruh langsung terhadap inflasi Susila, 2005. Hal ini menimbulkan dugaan ketidaktepatan kebijakan pergulaan
di Indonesia, terutama pada era proteksi dan promosi pada periode 2003 hingga 2005. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk menganalisa
perkembangan kebijakan pergulaan nasional dan menilai secara sistematis terhadap dampak yang ditimbulkan dari kebijakan pergulaan nasional serta
menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi harga gula domestik sehingga dapat mengetahui pengaruh kebijakan pergulaan nasional. Dengan demikian,
ketiga analisis ini dapat digunakan sebagai informasi dalam membuat langkah- langkah yang dapat dipertimbangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan daya
saing gula domestik.
1.2. Perumusan Masalah
Industri gula merupakan salah satu industri perkebunan tertua di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari sejarah dimulainya industri gula sejak abad ke
17 pada zaman pemerintahan Belanda di Indonesia Mubyarto, 1984. Pada tahun 1930-an industri gula berhasil menjadi eksportir gula terbesar kedua di dunia
sehingga dapat menguasai pasar Internasional. Pada masa sekarang kondisi industri gula mengalami perubahan yang drastis, dari negara eksportir menjadi
negara importir terbesar pertama di Asia dan terbesar kedua dunia setelah Rusia. Kondisi ini berkaitan dengan konsumsi gula nasional yang terus
meningkat dengan laju 1,8 persen per tahun tetapi terjadi penurunan produksi gula nasional mencapai -0,9 persen per tahun selama tahun 1993 hingga 2005.
Ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi ini mendorong pemerintah
7
untuk melakukan impor gula yang cenderung meningkat dengan laju 5,7 persen per tahun, yaitu dari 260.791 ton pada tahun 1993 menjadi 1.149.812 ton pada
tahun 2005. Impor gula terbesar dialami oleh Indonesia pada tahun 1999 yang mencapai 2.187.133 ton Sekretariat Dewan Gula Indonesia, 2006. Namun,
impor ini menjadi ancaman bagi industri gula nasional karena harga impor gula lebih murah daripada gula domestik. Hal ini disebabkan karena adanya kebijakan
pergulaan internasional yang terdistori. Kondisi ini menunjukkan bahwa gula domestik dihadapkan pada persaingan bebas yang tidak adil. Industri gula hanya
dilindungi oleh kebijakan tarif impor 25 persen. Perdagangan bebas yang tidak adil membuat pemerintah menerapkan
kebijakan proteksi dan promosi bagi industri gula. Akan tetapi, kebijakan pemerintah ini menimbulkan adanya gejala penurunan daya saing gula domestik.
Hal ini ditunjukkan oleh kenaikan harga gula domestik di tingkat eceran yang lebih tinggi dari kenaikan harga impor gula.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan kebijakan pergulaan nasional selama periode 1975 hingga 2005?
2. Bagaimana penilaian dampak kebijakan pergulaan nasional terhadap kondisi pergulaan di Indonesia?
3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi harga gula domestik di Indonesia?
8
4. Kebijakan apa yang dapat direkomendasikan untuk pemerintah agar gula domestik mampu bersaing di pasar domestik?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian