Waktu dan tempat penelitian Pengambilan Sampel Larutan Sampel I Larutan Sampel II Penetapan Kadar Vitamin C dalam Sampel Identifikasi Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar vitamin C dari buah Kedondong secara volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol.

3.1 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Oktober 2012 - Desember 2012. 3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Alat-alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah buret 50 ml, mikroburet 5 ml, neraca analitik Bueco Germany, pisau, blender National, kertas saring, statif dan klem, pipet volum 2 ml, pipet volum 5 ml, pipet ukur 10 ml, botol timbang Pyrex dan alat-alat gelas laboratorium.

3.2.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini kecuali dinyatakan lain berkualitas pro analisis dari E.Merck yaitu 2,6-diklorofenol indofenol, asam metafosfat, asam asetat glasial 96, natrium bikarbonat, aquadest PT. Rudang dan asam askorbat BPFI. Universitas Sumatera Utara

3.3 Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling purposif yaitu sampel dipilih sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Sampel yang digunakan adalah buah kedondong segar yaitu buah kedondong Bangkok dan buah kedondong Kendeng yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan Provinsi Sumatera Utara Medan. 3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Pembuatan Pereaksi Pembuatan pereaksi berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV: 1. Larutan 2,6-diklorofenol indofenol Ditimbang seksama 25 mg natrium 2,6-diklorofenol indofenol P, tambahkan 25 ml larutan NaHCO 3 , kocok kuat, dan jika sudah terlarut, tambahkan aquadest hingga 100 ml. Saring ke dalam botol bersumbat kaca berwarna coklat. 2. Larutan asam metafosfat-asetat Dilarutkan 15 g asam metafosfat P dalam 40 ml asam asetat glasial P dan encerkan dengan aquadest secukupnya hingga 500 ml. Simpan di tempat dingin, hanya boleh digunakan dalam 2 hari. 3. Larutan NaHCO 3 0,084 Dilarutkan 84 mg NaHCO 3 dalam 100 ml aquadest. Universitas Sumatera Utara

3.4.2 Perhitungan Kesetaraan Pentiter 2,6-Diklorofenol Indofenol

Ditimbang seksama 50 mg asam askorbat BPFI, dan pindahkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan larutan asam metafosfat- asetat LP, dicukupkan sampai garis tanda. Dipipet 1 ml, dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan larutan asam metafosfat-asetat 6 ml. Kemudian Titrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol hingga warna merah muda mantap tidak kurang dari 5 detik. Titrasi blanko dilakukan dengan menambahkan 7 ml asam metafosfat-asetat dan dititrasi dengan larutan 2,6- diklorofenol indofenol hingga warna merah muda mantap. Kadar larutan baku 2,6-diklorofenol indofenol dinyatakan dengan kesetaraan dalam mg asam askorbat Ditjen POM, 1995. Menurut Horwitz 2002, perhitungan kesetaraan dapat dihitung dengan rumus: Kesetaraan mg Vb Vt Vc kadar W Va − × × × = Keterangan: Va = Volume aliquot ml W = Berat vitamin C mg Vt = Volume titrasi ml Vb = Volume blanko ml Vc = Volume labu tentukur ml Contoh perhitungan dan hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 37. 3.4.3 Penyiapan Larutan Sampel 3.4.3.1 Larutan Sampel Kedondong bagian Daging Sampel dibersihkan, kemudian di kupas, dipisahkan bagian daging dan bagian kulit, kemudian bagian daging ditimbang seksama 125 g lalu dipotong Universitas Sumatera Utara kecil-kecil dan ditambahkan 50 ml larutan asam metafosfat-asetat dan diblender, ditimbang seksama 7 g dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan ditambahkan asam metafosfat-asetat sampai garis tanda, dihomogenkan, kemudian disaring.

3.4.3.2 Larutan Sampel Kedondong bagian Kulit

Sampel dibersihkan, kemudian di kupas, dipisahkan bagian daging dan bagian kulit, kemudian bagian kulit ditimbang seksama 125 g lalu dipotong kecil-kecil dan ditambahkan 50 ml larutan asam metafosfat-asetat dan diblender, ditimbang seksama 7 g dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan ditambahkan asam metafosfat-asetat sampai garis tanda, dihomogenkan, kemudian disaring.

3.4.4 Penetapan Kadar Vitamin C dari Larutan Sampel

Dipipet 10 ml larutan sampel lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 5 ml asam metafosfat-asetat. Dititrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu yang mantap sebagai titik akhir titrasi. Dilakukan penetapan blanko Ditjen POM, 1995. Menurut Horwitz 2002, kadar vitamin C dapat dihitung dengan rumus: Kadar vitamin C mgg = Bs Vp Vl Vb Vt × × × − Kesetaraan Keterangan: Vt : Volume titrasi ml Vb : Volume blanko ml Vl : Volume labu tentukur ml Vp : Volume pemipetan ml Bs : Berat sampel g Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 40. Universitas Sumatera Utara

3.4.5 Uji Perolehan Kembali Recovery

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali recovery analit yang ditambahkan Harmita, 2004. Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan Harmita, 2004. 3.4.5.1 Prosedur uji perolehan kembali recovery dengan metode adisi untuk kedondong Bangkok bagian daging a. Larutan Baku Vitamin C Baku ditimbang 40 mg, dilarutkan kedalam labu tentukur 100 ml dengan asam metafosfat hingga garis tanda. Maka diperoleh konsentrasi baku vitamin C = 0,4 mgml.

b. Larutan Sampel I

Sampel dibersihkan, kemudian di kupas, dipisahkan bagian daging dan bagian kulit, bagian daging ditimbang seksama 40 g lalu dipotong kecil-kecil dan ditambahkan 15 ml larutan baku vitamin C dalam asam metafosfat-asetat dengan konsentrasi 0,4 mgml kemudian diblender.

c. Larutan Sampel II

Ditimbang seksama 7 g larutan sampel, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan ditambahkan asam metafosfat-asetat sampai garis tanda, dihomogenkan, kemudian disaring, Filtrat pertama dibuang 10 ml. Universitas Sumatera Utara

d. Penetapan Kadar Vitamin C dalam Sampel

Dipipet 10 ml larutan sampel lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambah 5 ml asam metafosfat-asetat. Dititrasi dengan larutan 2,6- diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu yang mantap sebagai titik akhir titrasi. Data hasil analisis perolehan kembali persen recovery dapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 50.

3.5. Analisis Data Secara Statistik

3.5.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Diantara hasil yang diperoleh dari satu seri penetapan kadar terhadap satu macam sampel, ada kalanya terdapat hasil yang sangat menyimpang bila dibandingkan dengan yang lain tanpa diketahui kesalahannya secara pasti sehingga timbul kecenderungan untuk menolak hasil yang sangat menyimpang Rohman, 2007. Untuk memastikan hasil yang sangat menyimpang ditolak atau diterima, perlu dilakukan analisis data secara statistika. Pada taraf kepercayaan 95 α = 0,05, hasil analisis ditolak jika Q hitung Q tabel Rohman, 2007. Untuk menghitung nilai Q digunakan rumus: Q hitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat Nilai tertinggi – Nilai terendah Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q pada Tabel 1, apabila Q hitung Q kritis maka data tersebut ditolak. Universitas Sumatera Utara Tabel 1 : Nilai Q kritis pada Taraf Kepercayaan 95 Banyak Data Nilai Q kritis 4 0,831 5 0,717 6 0,621 7 0,570 8 0,524 Menurut Wibisino 2005, untuk menentukan kadar vitamin C di dalam sampel dengan taraf kepercayaan 95, α = 0,05, dk = n-1, dapat digunakan rumus μ = X ± t ½ α, dk SD √n Keterangan : µ = Interval kepercayaan X = Kadar rata-rata sampel t = Harga t tabel sesuai dengan dk = n-1 α = Tingkat kepercayaan SD = Standar deviasi n = Jumlah pengulangan Contoh perhitungan statistik kadar vitamin C dari sampel yang dianalisis dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 44.

3.5.2 Uji Ketelitian Presisi Metode Analisis

Uji presisi keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual yang diterapkan secara berulang pada sampel. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku relatif Relative Standard Deviation atau koefisien variasi Harmita, 2004. Universitas Sumatera Utara Menurut Harmita 2004, rumus perhitungan persen RSD adalah: RSD = × X SD 100 Keterangan: SD = standar deviasi X = kadar rata-rata sampel Data hasil perhitungan koefisien variasi RSD dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 51.

3.5.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata

Untuk mengetahui apakah kadar vitamin C berbeda pada tiap sampel, maka dilakukan uji beda rata-rata kadar sampel yang diuji dengan uji F menggunakan software SPSS. Data berbeda secara signifikan jika F hitung F tabel dan data tidak berbeda secara signifikan jika F hitung F tabel . Jika data yang diperoleh berbeda secara signifikan, maka dilanjutkan dengan analisis Duncan. Hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 52. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Biologi Bogor adalah Kedondong Bangkok Spondias dulcis Parkinson, Kedondong Kendeng Spondias dulcis Parkinson. Dari hasil identifikasi, LIPI tidak bisa mengidentifikasi sampel hingga ke varietas, tetapi LIPI hanya bisa menentukan nama jenis atau spesies dari sampel tersebut. Adapun ciri-ciri dari kedondong Bangkok memiliki buah berbentuk oval, besar, berdiameter 4-5 cm dan pada kedondong Kendeng buahnya bulat lonjong berukuran kecil dan berwarna hijau. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 31.

4.2 Penetapan kadar vitamin C dari buah Kedondong