Hipotesis Tindakan Subjek Penelitian Simpulan

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan menjelaskan petunjuk suatu alat siswa tunagrahita ringan SMPLB-C Semarang akan meningkat dan terjadi perubahan perilaku positif setelah dilakukan pembelajaran menjelaskan petunjuk suatu alat melalui metode demonstrasi dengan media telepon. 40 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas PTK. Penelitian ini berbasis kelas yang melibatkan beberapa komponen, yaitu guru, siswa, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan strategi pembelajaran. Semua itu terangkum dalam proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara profesional. Melalui penelitian ini dapat dilihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam pembelajaran sehingga diharapkan tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal. Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rancangan mengajar, termasuk mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP. Selanjutnya peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dengan melaksanakan tindakan yang akan dilakukan pada penelitian. Setelah dilakukan tindakan, peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Tahap terakhir peneliti melakukan refleksi kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan. Kelebihan yang ada pada siklus I akan dipertahankan, sedangkan kekurangan dalam siklus I akan diperbaiki pada siklus II. Tripp dalam Subyantoro 2012: 34, proses penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 3.1 Hubungan siklus I dan siklus II

3.1.1 Prasiklus

Prasiklus merupakan kondisi penguasaan siswa terhadap kemampuan menjelaskan petunjuk sebelum dilaksanakan tindakan. Nilai prasiklus diperoleh peneliti melalui pretes sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan disertai tindakan. Pengambilan nilai prasiklus bertujuan untuk mengetahui penguasaan awal siswa terhadap kemampuan menjelaskan petunjuk.

3.1.2 Siklus I

Proses siklus I meliputi empat tahap. Keempat tahap tersebut adalah 1 perencanaan; 2 tindakan; 3 observasi; dan 4 refleksi. Hal ini bertujuan agar tindakan pada siklus I berjalan baik mulai dari perencanaan hingga refleksi. Proses penelitian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

3.1.2.1 Perencanaan

Tahap ini dimulai dengan refleksi awal. Kegiatan yang dilakukan berupa renungan atau pemikiran terhadap wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMPLB-C Widya Bhakti Semarang. Kegiatan dilanjutkan dengan perencanaan pembelajaran yang dilakukan sebagai upaya memecahkan permasalahan yang ditemukan pada refleksi awal. Selain itu, dalam perencanaan peneliti juga mempersiapkan segala sesuatu yang perlu dilakukan pada tahap tindakan. Perencanaan yang dilakukan yaitu 1 meminta izin penelitian pada pihak sekolah yang bersangkutan; 2 melakukan kalaborasi dengan guru mata pelajaran SMPLB-C Widya Bhakti Semarang untuk bekerjasama dalam penelitian yang akan dilakukan; 3 menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang berisi langkah-langkah sesuai dengan tindakan yang dilakukan; 4 menyiapkan materi yang relevan dengan pembelajaran menjelaskan petunjuk; 5 mempersiapkan instrumen tes dan nontes yang digunakan, antara lain berupa pedoman penilaian, wawancara, observasi, jurnal, dan dokumentasi; 6 mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, yang meliputi media pembelajaran dan peralatan untuk kegiatan belajar mengajar; dan 7 berkalaborasi dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan teman sejawat tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pertama, meminta izin penelitian kepada pihak sekolah yang bersangkutan. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting. Tujuannya agar peneliti dapat melakukan penelitian di SMPLB-C Widya Bhakti Semarang. Kerjasama dengan pihak sekolah akan mempermudah peneliti melakukan penelitian. Kedua, melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran untuk kerjasama dalam penelitian yang akan dilakukan. Peneliti mempelajari kelas yang diteliti dengan melakukan tanya jawab dengan guru mata pelajaran, khususnya guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain mempelajari kondisi kelas, peneliti mudah untuk menguasai kelas. Peneliti juga menerima masukan dari guru yang bersangkutan tentang materi yang diajarkan. Ketiga, menyusun rencana pembelajaran menjelaskan petunjuk suatu alat melalui metode demonstrasi dengan media telepon. Langkah ini juga sangat penting dalam keberhasilan peneliti melakukan pembelajaran menjelaskan petunjuk. Langkah ini sebagai gambaran peneliti melakukan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, rencana pelaksanaan pembelajaran harus dilaksanakan secara maksimal dengan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Keempat, menyiapkan materi pembelajaran. Materi pembelajaran yang akan disampaikan harus dikuasai secara maksimal. Materi juga disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini bertujuan untuk mendukung peningkatan kemampuan menjelaskan petunjuk. Kelima, menyiapkan intrumen tes dan nontes. Hasil siswa selama pembelajaran didapat dari intrumen tes. Langkah ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menjelaskan petunjuk sehingga dapat dilakukan perbaikan pada pertemuan selanjutnya. Instrumen nontes digunakan pada tahap observasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas serta tanggapan siswa selama pembelajaran menjelaskan petunjuk berlangsung, sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki dalam pertemuan berikutnya. Keenam, mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas. Fasilitas dan sarana dapat berupa kelas, lembar tugas, dan media pembelajaran. Semua itu harus dipersiapkan secara matang agar pada saat pengambilan data dapat berjalan dengan lancar. Ketujuh, menyiapkan tim penelitian untuk mengambil data. Tim ini dapat dibentuk dari rekan sejawat atau siapa pun yang mampu membantu dalam penelitian ini. Penelitian tindakan kelas ini tidak berjalan secara lancar tanpa bantuan dari rekan peneliti lainnya. Kegiatan observasi yang dibantu oleh rekan kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia yang sudah dibentuk untuk mengambil foto dan alat observasi yang lain.

3.1.2.2 Tindakan

Pada tahap tindakan dilakukan pembelajaran seperti yang ditulis dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Peneliti menyampaikan materi menjelaskan petunjuk penggunaan suatu alat melalui metode demonstrasi dengan media telepon. Pelaksanaan penelitian akan dilakukan dalam dua siklus. Tindakan tersebut terdiri atas tiga kegiatan yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan dilakukan dengan tujuan mengondisikan siswa untuk siap menerima pembelajaran. Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan bertegur sapa, dan guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti terdiri atas beberapa kegiatan yaitu pembelajaran diawali dengan memberikan materi tentang menjelaskan petunjuk suatu alat sesuai dengan kompetensi dasar, selanjutnya guru mendemonstrasikan menjelaskan petunjuk telepon. Dengan cara ini maka siswa mengetahui bagaimana arah kegiatan sehingga mereka paham bagaimana harus bertindak. Dalam tahap ini peneliti berkalaborasi dengan guru pengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Kegiatan penutup antara lain siswa dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan hasil pembelajaran pada pertemuan tersebut. Siswa dan guru melakukan refleksi. Siswa diminta untuk mengisi jurnal siswa.

3.1.2.3 Observasi

Observasi adalah kegiatan mengamati reaksi dan perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi atau pengamatan dilaksanakan untuk mengumpulkan data mengenai penggunaan metode demonstrasi dan media telepon selama proses pembelajaran berlangsung. Pengambilan data dilakukan melalui tes dan nontes. Proses pengambilan data tes dilakukan untuk melihat kemampuan siswa dalam menyerap materi dan kemampuan siswa dalam menjelaskan petunjuk. Kegiatan yang berupa tes individu dalam menjelaskan petunjuk serta peningkatan setelah dilakukannya dua siklus. Selain itu, proses pengambilan data nontes dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui proses pembelajaran dan perilaku siswa selama pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon. Data nontes dilakukan untuk mengetahui respon yang dihasilkan dari penelitian dengan menggunakan tindakan yang dilakukan. Hal-hal yang diamati yaitu, 1 keintensifan proses internalisasi penumbuhan minat siswa dalam pembelajaran menjelaskan petunjuk; 2 keaktifan siswa dalam proses tanya jawab; 3 kekondusifan kondisi siswa ketika memperhatikan telepon sebagai media menjelaskan petunjuk suatu alat; 4 keintensifan siswa dalam menjelaskan petunjuk; 5 keaktifan siswa saat proses menjelaskan petunjuk; 6 keantusiasan siswa saat pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon; dan 7 keberanian dan kepercayaan diri siswa saat menjelaskan petunjuk di depan kelas.

3.1.2.4 Refleksi

Refleksi adalah mengkaji, melihat, mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan. Setelah proses pembelajaran siklus I berakhir, peneliti melakukan analisis hasil tes, wawancara, observasi, dan jurnal. Hasil analisis didapat hasil pembelajaran pada siklus I dan akan diketahui kemampuan siswa dalam menjelaskan petunjuk, sikap siswa selama mengikuti pembelajaran menjelaskan petunjuk, dan kendala yang dialami siswa maupun guru dalam melakukan proses pembelajaran. Setelah itu dilakukan refleksi mengenai kemampuan menjelaskan petunjuk, pengungkapan sikap siswa dalam pembelajaran, dan pengungkapan tindakan yang telah dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran. Dari kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I dilakukan perbaikan pada siklus II, sedangkan kelebihannya dipertahankan.

3.1.3 Siklus II

Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I dengan tetap mempertahankan kelebihan-kelebihan yang ada pada siklus I. Langkah-langkah pada pembelajaran siklus II akan dipaparkan berikut ini.

3.1.3.1 Perencanaan

Perencanaan pada siklus II ini merupakan perbaikan dari perencanaan siklus I dan merupakan upaya perbaikan dari kekurangan-kekurangan yang ditemukan setelah refleksi pada siklus I. Perbaikan dilakukan setelah peneliti melakukan diskusi dan koordinasi dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Perbaikan yang dilakukan pada siklus ini meliputi perbaikan rencana pembelajaran, perbaikan media pembelajaran, dan perbaikan instrumen penelitian. Kegiatan yang dilakukan pada perencanaan adalah melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mengenai penelitian yang dilakukan. Selanjutnya menyusun rencana pembelajaran menjelaskan petunjuk suatu alat melalui metode demosntrasi dengan media telepon siklus II. Kemudian peneliti mempersiapkan instrumen penelitian berupa rubrik penilaian, pedoman observasi, pedoman wawancara, pertanyaan jurnal siswa dan guru, serta pedoman dokumentasi foto dan video.

3.1.3.2 Tindakan

Tindakan pada siklus II merupakan perbaikan dari tindakan pada siklus I. Pada siklus II, peneliti memperhatikan jurnal dan catatan harian siswa serta hasil tes siswa untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi oleh siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus II kegiatan yang dilakukan meliputi pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan dilakukan dengan tujuan mengondisikan siswa untuk siap menerima pembelajaran. Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan bertegur sapa, dan guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Inti pembelajaran pada siklus II ini diawali dengan diskusi dan tanya jawab guru dengan siswa tentang kesulitan dan kendala-kendala yang dihadapi siswa saat dilaksanakan pembelajaran menjelaskan petunjuk. Kemudian guru memberikan tambahan materi sesuai dengan kekurangan pada siklus I. Guru memberikan pengulangan dan penekanan pada pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon, selanjutnya dilakukan pembelajaran menjelaskan petunjuk. Kegiatan penutup pembelajaran siklus II dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon, selanjutnya guru mengadakan refleksi pembelajaran menjelaskan petunjuk dengan meminta siswa memberikan komentar dan pendapatnya tentang kegiatan pembelajaran menjeaskan petunjuk.

3.1.3.3 Observasi

Observasi dilakukan setelah pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang diamati dalam observasi siklus II ini yaitu, 1 keintensifan proses internalisasi penumbuhan minat siswa dalam pembelajaran menjelaskan petunjuk; 2 keaktifan siswa dalam proses tanya jawab; 3 kekondusifan kondisi siswa ketika memperhatikan telepon sebagai media menjelaskan petunjuk suatu alat; 4 keintensifan siswa dalam menjelaskan petunjuk; 5 keaktifan siswa saat proses menjelaskan petunjuk; 6 keantusiasan siswa saat pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon; dan 7 keberanian dan kepercayaan diri siswa saat menjelaskan petunjuk di depan kelas.

3.1.3.4 Refleksi

Refleksi pada siklus II berupa perenungan selama penelitian berlangsung. Kelemahan-kelemahan tentang pembelajaran menjelaskan petunjuk ditemukan mulai dari awal perencanaan hingga hasil akhir siklus II. Refleksi yang dilakukan peneliti adalah melihat, mengkaji, dan mempertimbangkan hasil serta dampak dari tindakan. Refleksi untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode demonstrasi dan media telepon dalam pembelajaran menjelaskan petunjuk. Selain itu, refleksi pada siklus II ini digunakan untuk mengetahui kualitas proses pembelajaran menjelaskan petunjuk, peningkatan pembelajaran menjelaskan petunjuk dari siklus I ke siklus II, serta perubahan perilaku yang terjadi pada siswa selama pembelajaran menjelaskan petunjuk dengan metode demonstrasi dan media telepon.

3.2 Subjek Penelitian

Penelitian ini berupaya untuk meningkatkan kemampuan menjelaskan petunjuk. Subjek yang menjadi sasaran penelitian kemampuan menjelaskan petunjuk suatu alat melalui metode demonstrasi dengan media telepon pada siswa kelas VII. Sumber data penelitian ini yaitu siswa kelas VII SMPLB-C Widya Bhakti Semarang yang berjumlah 7 siswa, terdiri atas 4 siswa putri, dan 3 siswa putra. Tingkat intelegensi masing-masing siswa sebagai berikut. Tabel 3.1 Tingkat Intelegensi Siswa No. Responden Jenis Kelamin Tingkat IQ 1. R1 P 57 2. R2 L 63 3. R3 L 60 4. R4 P 58 5. R5 L 67 6. R6 P 67 7. R7 P 66 Kompetensi menjelaskan petunjuk merupakan salah satu kompetensi dasar aspek berbicara kebahasaan yang harus dicapai siswa kelas VII. Penentuan subjek penelitian tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan berikut ini. 1 Kemampuan menjelaskan petunjuk suatu alat merupakan kompetensi dasar aspek berbicara kebahasaan SMPLB-C kelas VII. 2 Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII yang mengatakan bahwa sebagian besar siswa masih memiliki kemampuan menjelaskan petunjuk suatu alat yang rendah. 3 Selama ini pembelajaran menjelaskan petunjuk di kelas VII SMPLB-C Widya Bhakti Semarang belum begitu efektif, salah satunya belum adanya media pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan perkembangan zaman.

3.3 Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu kemampuan menjelaskan petunjuk suatu alat dan metode demonstrasi dengan media telepon. Penggunaan dua variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut ini.

3.3.1 Variabel Menjelaskan Petunjuk suatu Alat

Variabel kemampuan menjelaskan petunjuk suatu alat dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menggambarkan atau menyajikan informasi secara lisan kegunaan suatu alat. Sebelum menjelaskan petunjuk suatu alat siswa terlebih dahulu harus paham kegunaan suatu benda yang akan didiskripsikan. Kemampuan menjelaskan petunjuk alat ini sesuai dengan yang tercantum dalam kurikulum SMPLB-C Widya Bhakti Semarang kelas VII, yaitu menjelaskan petunjuk penggunaan suatu alat dengan bahasa yang sederhana. Target tingkat keberhasilan masing-masing siswa yaitu siswa dapat menjelaskan petunjuk dengan urutan yang baik, ketepatan ucapan, dan pilihan kata diksi, kenyaringan suara, dan kelancaran. Peningkatan kemampuan menjelaskan petunjuk siswa dibandingkan antara hasil tes prasiklus, siklus I, dan siklus II. Target keberhasilan pembelajaran yaitu nilai rata-rata kelas pada hasil tes pembelajaran menjelaskan petunjuk tiap siklus sebesar 75.

3.3.2 Variabel Metode Demonstrasi dengan Media Telepon

Variabel metode demonstrasi pada dasarnya merupakan metode yang dikembangkan untuk membantu siswa mengenal dan mengamati benda telepon yang akan didemonstrasikan. Setelah benda telepon tersebut didemonstrasikan, maka siswa diminta untuk menjelaskan penggunaan petunjuk telepon di depan teman-temannya.

3.4 Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu hal. Indikator kinerja yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas indikator data kuantitatif dan indikator data kualitatif. Indikator tersebut dapat diuraikan berikut ini.

3.4.1 Indikator Data Kuantitatif

Dalam indikator ini, penilaian dilakukan berdasarkan tes unjuk kerja. Indikator kuantitatif penelitian ini adalah ketercapaian target menjelaskan petunjuk dengan memperhatikan aspek urutan yang baik, ketepatan ucapan, pilihan kata diksi, kenyaringan suara, dan kelancaran. Siswa dinyatakan berhasil melakukan pembelajaran menjelaskan petunjuk apabila nilai yang diperoleh sesuai dengan target yang ditentukan. Pencapaian target nilai ketuntasan adalah 75. Keberhasilan klasikal adalah siswa yang mencapai nilai 75 setidaknya berjumlah 75 dari jumlah seluruh siswa yang diteliti. Nilai ketuntasan penelitian sebesar 75 disesuaikan dengan KKM yang telah ditetapkan sekolah, yaitu 75 sehingga dapat dipastikan kemampuan siswa meningkat. Siswa yang memperoleh nilai minimal 75 dinyatakan tuntas, sementara siswa yang memperoleh nilai kurang dari 75 dinyatakan belum tuntas. Tabel 3.2 Kategori Tingkat Keberhasilan Siswa No. Rentang Skor Kategori 1. 85-100 Sangat baik 2. 75-84 Baik 3. 65-74 Cukup 4. 55-64 Kurang 5. 0-54 Sangat kurang

3.4.2 Indikator Data Kualitatif

Indikator data kualitatif penelitian ini adalah perubahan sikap dan perilaku siswa yang diketahui melalui hasil nontes. Data tersebut diambil dari hasil observasi, jurnal guru, dan jurnal siswa, wawancara, serta dokumentasi foto. Hasil nontes ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang berlangsung serta perubahan perilaku siswa. Proses pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon, antara lain 1 keintensifan proses internalisasi penumbuhan minat siswa dalam pembelajaran menjelaskan petunjuk; 2 keaktifan siswa dalam proses tanya jawab; 3 kekondusifan kondisi siswa ketika memperhatikan telepon sebagai media menjelaskan petunjuk suatu alat; dan 4 keintensifan siswa dalam menjelaskan petunjuk. Siswa dinyatakan berhasil melaksanakan pembelajaran menjelaskan petunjuk dengan baik apabila tingkah laku siswa berubah kearah yang positif. Perilaku siswa selama melaksanakan pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon harus memenuhi beberapa karakter positif, antara lain 1 keaktifan siswa saat proses menjelaskan petunjuk; 2 keantusiasan siswa saat pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon; dan 3 keberanian dan kepercayaan diri siswa saat menjelaskan petunjuk di depan kelas.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk mengungkapkan data mengenai peningkatan kemampuan menjelaskan petunjuk siswa, sedangkan instrumen nontes digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran dan perubahan perilaku siswa. Berikut akan diuraikan kedua jenis instrumen tersebut.

3.5.1 Instrumen Tes

Instrumen tes dilakukan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa. Aspek-aspek yang dinilai yaitu: 1 urutan yang baik; 2 ketepatan ucapan, 3 pilihan kata diksi; 4 kenyaringan suara; dan 5 kelancaran. Dalam penilaian tiap aspek ditentukan skor maksimum, dan tiap aspek memiliki skor maksimum yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesulitannya. Penelitian ini dikatakan berhasil, jika skor yang diraih siswa meningkat. Peningkatan skor siswa dilihat pada saat siklus I dan siklus II. Penilaian pada instrumen dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.3 Rubrik Penilaian Kemampuan Menjelaskan Petunjuk No. Aspek Penilaian Rentang Skor Bobot Bobot X Skor 1 2 3 4 5 1. Urutan yang baik 5 25 2. Ketepatan ucapan 5 25 3. Pilihan kata diksi 4 20 4. Kenyaringan suara 4 20 5. Kelancaran 2 10 Jumlah 20 100 Aspek-aspek yang dinilai dengan rentang skor dan kategori penilaian dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Tiap Aspek No. Aspek Nilai Kriteria Kategori 1. Urutan yang baik 85-100 Tata urutan petunjuk sistematis, informatif, komunikatif, dan tidak menimbulkan penafsiran ganda SB 75-84 Tata urutan petunjuk sistematis, informatif, kurang komunikatif, dan tidak menimbulkan penafsiran ganda B 65-74 Tata urutan petunjuk sistematis, kurang informatif, kurang komunikatif dan tidak menimbulkan penafsiran ganda C 55-64 Tata urutan petunjuk tidak sistematis, tidak informatif, kurang komunikatif dan menimbulkan penafsiran ganda K 0-54 Tata urutan petunjuk tidak sistematis, tidak informatif, dan menimbulkan penafsiran ganda SK 2. Ketepatan ucapan 85-100 Ucapan, tekanan, nada, dan intonasi selalu tepat SB 75-84 Ucapan, tekanan, nada, dan intonasi sering tepat kesalahan tidak lebih dari tiga kali B 65-74 Ucapan, tekanan, nada, dan intonasi cukup tepat kesalahan tidak lebih dari lima kali C 55-64 Ucapan, tekanan, nada, dan intonasi kurang tepat kesalahan lebih dari delapan kali K 0-54 Ucapan, tekanan, nada, dan intonasi tidak tepat kesalahan lebih dari sepuluh kali SK 3. Pilihan kata diksi 85-100 Berbicara dengan pilihan kata dan struktur kalimat yang sangat tepat, sangat jelas, sangat logis, dan sangat bervariasi SB 75-84 Berbicara dengan pilihan kata dan struktur kalimat yang tepat, jelas, logis, dan bervariasi B 65-74 Berbicara dengan pilihan kata dan struktur kalimat yang cukup tepat, cukup jelas, cukup logis, dan cukup bervariasi C 55-64 Berbicara dengan pilihan kata dan struktur kalimat yang kurang tepat, kurang jelas, kurang logis dan kurang bervariasi K 0-54 Berbicara dengan pilihan kata dan struktur kalimat yang tidak tepat, tidak jelas, tidak logis dan tidak bervariasi SK 4. Kenyaringan suara 85-100 Suara terdengar sangat nyaring SB 75-84 Suara terdengar nyaring B 65-74 Suara terdengar cukup nyaring C 55-64 Suara terdengar kurang nyaring K 0-54 Suara tidak terdengar sama sekali SK 5. Kelancaran 85-100 Menjelaskan petunjuk penggunaan telepon sangat lancer SB 75-84 Menjelaskan petunjuk penggunaan telepon dengan lancer B 65-74 Menjelaskan petunjuk penggunaan telepon cukup lancer C 55-64 Menjelaskan petunjuk K penggunaan telepon kurang lancer 0-54 Menjelaskan petunjuk penggunaan telepon tidak lancer SK Penilaian dilakukan pada tiap siklus untuk mengukur kemampuan menjelaskan petunjuk. Pedoman penilaian tersebut dapat dibuat sebagai kategori kemampuan siswa. Siswa dikatakan mencapai kategori sangat baik SB jika mendapatkan nilai antara 85-100, kategori baik B jika nilai siswa antara 75-84, kategori cukup C jika nilai siswa antara 65-74, kategori kurang K jika nilai siswa antara 55-64, dan kategori sangat kurang SB jika nilai siswa antara 0-54.

3.5.2 Instrumen Nontes

Instrumen nontes digunakan untuk mengetahui sikap siswa ketika mengalami pembelajaran menjelaskan petunjuk suatu alat melalui metode demonstrasi dengan media telepon. Bentuk instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi foto.

3.5.2.1 Pedoman Observasi

Pedoman observasi memuat segala tingkah laku siswa selama pembelajaran menjelaskan petunjuk suatu alat melalui metode demonstrasi dengan media telepon. Aspek yang diamati, yaitu 1 keintensifan proses internalisasi penumbuhan minat siswa untuk menjelaskan petunjuk; 2 keaktifan siswa dalam proses tanya jawab; 3 kekondusifan kondisi siswa ketika memperhatikan telepon sebagai media menjelaskan petunjuk suatu alat; 4 keintensifan siswa dalam menjelaskan petunjuk; 5 keaktifan siswa saat proses menjelaskan petunjuk; 6 keantusiasan siswa saat pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon; dan 7 keberanian dan kepercayaan diri siswa saat menjelaskan petunjuk di depan kelas.

3.5.2.2 Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai proses pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon. Hal-hal yang ditanyakan pada siswa dalam wawancara yaitu 1 minat siswa dalam pembelajaran menjelaskan petunjuk yang berlangsung; 2 pendapat siswa mengenai media telepon yang digunakan dalam menjelaskan petunjuk; 3 perasaan siswa mengenai metode demonstrasi yang digunakan dalam pembelajaran menjelaskan petunjuk; 4 kesulitan dan kemudahan yang dialami siswa ketika diminta untuk menjelaskan petunjuk dengan media telepon; dan 5 kesan, pesan dan saran mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan.

3.5.2.3 Jurnal

Aspek yang diungkap melalui jurnal siswa meliputi 1 pemahaman siswa selama mengikuti pembelajaran menjelaskan petunjuk menggunakan metode demonstrasi dengan telepon; 2 perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan telepon; dan 3 letak kesulitan atau hambatan siswa dalam mengikuti pembelajaran menjelaskan petunjuk. Aspek yang diungkap dalam jurnal guru meliputi 1 kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menjelaskan petunjuk; 2 keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran; 3 kesan guru terhadap pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon; 4 respon siswa terhadap penggunaan metode demonstrasi dengan media telepon; 5 perkembangan kemampuan menjelaskan petunjuk siswa setelah menggunakan metode demonstrasi dengan media telepon; dan 6 kesan guru terhadap penampilan siswa.

3.5.2.4 Dokumentasi Foto dan Video

Hasil dokumentasi foto memuat sejumlah aktivitas pembelajaran dari awal hingga akhir. Aktivitas yang didokumentasikan selama pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon antara lain 1 guru memulai pembelajaran; 2 guru menerangkan pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon; 3 aktivitas siswa saat mengamati media telepon; 4 aktivitas siswa saat mengamati demonstrasi yang dilakukan oleh guru; dan 5 aktivitas siswa saat mendemonstrasikan telepon di depan kelas. Sementara itu hasil dokumentasi video memuat rekaman sampel hasil pembelajaran menjelaskan petunjuk.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan nontes. Teknik tes digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon. Teknik nontes digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon.

3.6.1 Teknik Tes

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes yang dilakukan sebanyak dua kali. Tes ini dijadikan sebagai tolak ukur peningkatan keberhasilan siswa dalam menjelaskan petunjuk setelah pembelajaran dengan menggunakan media dan metode dalam tindakan yang dilakukan. Dalam pelaksanaan tes ini, peneliti dibantu oleh guru kelas dan seorang rekan kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia. Masing-masing akan melakukan penilaian tes menjelaskan petunjuk.

3.6.2 Teknik Nontes

Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, jurnal guru, jurnal siswa, dan dokumentasi foto.

3.6.2.1 Observasi

Pada penelitian ini observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Observasi dilakukan dengan cara meminta bantuan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, satu rekan kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan peneliti sendiri sembari melakukan proses pembelajaran. Dalam melakukan observasi, observer mengisi pedoman observasi yang telah dibuat sesuai dengan aspek-aspek observasi.

3.6.2.2 Wawancara

Wawancara dilakukan dengan siswa yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan rendah. Wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa serta kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa. Peneliti melakukan wawancara pada tiap siklus, dengan siswa yang berbeda. Masing-masing siklus siswa yang diwawancara sebanyak tiga orang, yaitu satu orang yang memiliki nilai terbaik, satu orang yang memiliki nilai sedang, dan satu orang yang memiliki nilai terendah.

3.6.2.3 Jurnal

Jurnal merupakan catatan yang dimiliki siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Jurnal diisi oleh siswa, guru, dan peneliti pada setiap akhir pembelajaran. Jurnal siswa dibuat pada selembar kertas mengenai kesulitan dalam menjelaskan petunjuk, mengenai pembelajaran yang telah dilakukan, dan mengenai kesan siswa dalam pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon. Jurnal guru berisi tentang segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran yang meliputi tentang keaktifan siswa, tingkah laku siswa, respon siswa terhadap pembelajaran, pembelajaran yang sedang berlangsung, dan mengenai kesan guru tentang pembelajaran menjelaskan petunjuk suatu alat melalui metode demonstrasi dengan media telepon.

3.6.2.4 Dokumentasi Foto dan Video

Dokumentasi foto dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung. Pengambilan data berupa foto dilakukan oleh peneliti dengan bantuan rekan kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pengambilan video dilakukan saat pembelajaran pada masing-masing siklus berlangsung.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Teknik ini merupakan cara untuk memeroleh informasi mengenai tingkat pencapaian siswa dalam menjelaskan petunjuk secara kualitatif dan kuantitatif. Berikut ini dijelaskan kedua teknik tersebut.

3.7.1 Teknik Kualitatif

Teknik kualitatif ini diperoleh dari data nontes, yaitu: observasi, wawancara, jurnal, serta dokumentasi foto dan video. Data observasi dan jurnal kemudian dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek yang diteliti. Dalam hal ini, data observasi digunakan untuk memilih siswa yang mengalami kesulitan untuk dijadikan responden dalam wawancara. Data wawancara digunakan untuk mengetahui kesulitan belajar siswa, sehingga dapat dicari penyelesaiannya dalam meningkatkan kemampuan menjelaskan petunjuk, sedangkan dokumentasi foto dan video digunakan sebagai bukti autentik proses pembelajaran yang telah dilakukan.

3.7.2 Teknik Kuantitatif

Teknik kuantitatif dilakukan untuk menganalisis data yang diperoleh siswa setelah tes dilakukan. Tes dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Nilai masing-masing siswa pada setiap akhir sikklus dijumlahkan, kemudian jumlah tersebut dihitung persentase dengan menggunakan rumus : keterangan: NP= Nilai dalam persentase NK= Nilai komulatif R = Jumlah responden Hasil yang diperoleh dalam siklus I dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada siklus II, sehingga dapat diketahui peningkatan kemampuan menjelaskan petunjuk siswa. 139 BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian kemampuan menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon dapat disimpulkan berikut ini. 1 Proses pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I dan siklus II berlangsung dalam tahapan yang hampir sama. Namun, pada siklus II peneliti melakukan perbaikan proses pembelajaran berdasarkan refleksi siklus I. Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa aspek pertama, yaitu keintensifan proses internalisasi penumbuhan minat siswa dalam pembelajaran menjelaskan petunjuk mengalami peningkatan 14,3. Pada siklus I sebesar 85,7 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 100 yang menunjukkan sikap positif. Aspek kedua yaitu keaktifan siswa saat proses tanya jawab mengalami peningkatan 14,2. Pada siklus I diketahui sebesar 71,5 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi sebesar 85,7 yang menunjukkan sikap positif. Aspek ketiga, kekondusifan kondisi siswa ketika memperhatikan telepon sebagai media pembelajaran menjelaskan petunjuk mengalami peningkatan sebesar 14,3. Pada siklus I sebesar 85,7 dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 100 yang menunjukkan sikap positif. Aspek keempat yaitu keintensifan siswa saat menjelaskan petunjuk mengalami peningkatan sebesar 28,6. Pada siklus I sebesar 57,1 dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 85,7 yang menunjukkan sikap positif. 2 Kemampuan menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon siswa kelas VII SMPLB-C Widya Bhakti Semarang mengalami peningkatan. Nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa sebelum diberi tindakan sebesar 58,7 dan berada dalam kategori kurang. Pada siklus I, nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan sebesar 14,6 sehingga menjadi 73,3 dan berada dalam kategori cukup. Setelah dilakukan tindakan siklus II, nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan 13,4 sehingga menjadi sebesar 86,7 dan berada dalam kategori sangat baik. Peningkatan nilai rata-rata kelas dan ketuntasan siswa dalam menjelaskan petunjuk membuktikan keberhasilan pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon. 3 Perilaku siswa kelas VII SMPLB-C Widya Bhakti Semarang setelah melaksanakan pembelajaran menjelaskan petunjuk melalui metode demonstrasi dengan media telepon mengalami perubahan ke arah yang lebih positif. Perubahan perilaku siswa mencakup tiga karakter penting, yaitu keaktifan, keantusiasan, serta keberanian dan kepercayaan diri siswa. Perubahan perilaku siswa dibuktikan dengan data nontes yang berupa lembar observasi, jurnal guru dan siswa, serta dokumentasi foto dan video.

5.2 Saran

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAH BIDANG STUDI MATEMATIKA DENGAN MEDIA BENDA NYATA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II SLB C SHANTI YOGA KLATEN

0 4 61

MEREFLEKSI DIRI MELALUI VIDEO DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAKAN SHALAT PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN: Penelitian di SLBN Garut Kota Kelas VII SMPLB-C.

0 0 12

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI METODE KUPAS RANGKAI DENGAN TEKNIK REPOSISI BUNYI: Penelitian Subjek Tunggal Terhadap Anak Tunagrahita Ringan.

1 3 35

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA APLIKASI POWERPOINT.

1 19 45

METODE MULTISENSORI MELALUI MEDIA PASIR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

4 6 51

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO CERITA BERGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SPLB-C YPLB CIPAGANTI.

0 5 32

MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA POWERPOINT.

0 1 44

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PENDEKATAN PENGALAMAN BAHASA(LANGUAGE EXPERIENCE APPROACH) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS VII C SMPLB NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBILANG MELALUI MEDIA GRAFIS PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELAS II SDLB DI SLB C YAYASAN PENDIDIK ASUHAN ANAK LUAR BIASA (YPAALB) PRAMBANAN KLATEN.

0 2 216

MOZAIK SEBAGAI MEDIA PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 1 SDLB-C SLB NEGERI 2 YOGYAKARTA.

4 11 153