Pentingnya Sumberdaya Pesisir Kondisi dan Permasalahan Pengelolaan Wilayah Pesisir

berbagai kepentingan multiple use sehingga menimbulkan konflik; 3. Di perairan pesisir masih terdapat pemahaman regime pengelolaan akses terbuka open access sehingga yang kuat sering lebih menguasai sumberdaya dan membatasi akses masyarakat pesisir dalam memanfaatkannya, sementara regime pengelolaan tradisional common property, pemilikan swasta quasi-private property serta penguasaan pemerintah state property masih berlaku. Wilayah pesisir memiliki beberapa bentuk dan tipe geomorfologi gisik beach atau pantai shore yang sangat bergantung pada letak, kondisi, dan posisi pantai itu seperti pantai terjal, pantai berbatu, pantai berpasir, pantai landai, pantai campuran, pantai dalam, pantai netral, pantai paparan, pantai pulau, pantai tenggelam, dan pantai timbul Pratikto, 2005, sebagai contoh: • Tipe pantai landai terdapat di pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera dan pantai selatan Kalimantan; • Tipe pantai campuran terdapat di Sulawesi dan Kepulauan Indonesia Timur; • Tipe pantai terjal terdapat di sebagian pantai selatan Jawa dan pantai barat Sumatera; • Pada pulau-pulau besar Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, sering terdapat sungai besar yang mengalir ke laut, yang sangat berpengaruh terhadap bentuk dan tipe pantai di sekitarnya serta material yang membentuknya, ada yang membentuk laguna Segara Anakan, delta Delta Mahakam atau gumuk pasir. Mengingat kondisi wilayah pesisir yang unik dengan berbagai tipe tersebut, maka faktor-faktor yang bekerja di wilayah pesisir seperti angin, gelombang, pasang surut, arus, dan salinitas jauh lebih berfluktuasi daripada di lautan atau perairan darat sungai dan danau. Besaran magnitude faktor tersebut berubah secara berangsur dari arah darat ke laut lepas. Karakteristik geomorfologi dan oseanografi yang sangat dinamis namun rentan terhadap dampak eksploitasi, inilah yang mendorong kebutuhan sehingga wilayah pesisir harus dikelola dan diatur pemanfaatannya secara khusus dan hati-hati Latief, 2008, baik itu untuk kepentingan pemanfaatan sumberdaya alamnya, maupun mitigasi bencana.

2.1.1. Pentingnya Sumberdaya Pesisir

Sampai tahun 2005, di Indonesia terdapat 45 kota besar dan 185 kabupaten berada di wilayah pesisir yang menjadi tempat pusat pertumbuhan ekonomi, industri , dan berbagai aktivitas lainnya. Di kota dan kabupaten pesisir ini marine cities and marine regencies, terdapat sekitar 80 dari industri Indonesia beroperasi yang memanfaatkan sumberdaya pesisir dan membuang limbahnya ke pesisir. Sampai tahun 2000, sekitar 30 PDB Indonesia berasal dari hasil pemanfaatan sumber daya pesisir dan jasa-jasa lingkungannya. Sumberdaya pesisir Indonesia merupakan pusat biodiversitas laut tropis terkaya di dunia, dimana 30 hutan bakau dunia ada di Indonesia; 30 terumbu karang dunia ada di Indonesia, 60 persen konsumsi protein berasal dari sumberdaya ikan, 90 ikan berasal dari perairan pesisir dalam 12 mil laut dari garis pantai shoreline Pratikto, 2005. Ekosistem pesisir dapat mengurangi dampak bencana alam yang sering menimpa Indonesia seperti tsunami, gelombang pasang, banjir, dan abrasi Dahuri et al., 1996.

2.1.2. Kondisi dan Permasalahan Pengelolaan Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir menyediakan sumberdaya alam bagi kelangsungan kegiatan ekonomi, sosial budaya dan jasa lingkungan yang penting bagi kehidupan bangsa. Menurut Ma’arif 2007 sumberdaya yang terkandung di wilayah pesisir berdasarkan nilai ekonomis meliputi : • Nilai ekosistem terumbu karang ikan karang, lobster memberikan nilainya 466 – 567 juta US, ekosistem mangrove sebesar 569 juta US, dan rumput laut sebesar 16 juta US; • Nilai ekspor udang mencapai Rp. 1 triliun dan ikan hias sebesar 32 juta USthn 1996. Sumbangan pada devisa negara sebesar 1,9 milyar US 2005; • 25 kegiatan perekonomian Indonesia dari kegiatan di pesisir Hopley Suharsono, 2000 dan mampu menyerap 14 juta tenaga kerja; • Nilai migas dari kawasan pesisir sebesar 5,2 trilliun ADB, 1995. Selain itu wilayah pesisir memiliki potensi SDA seperti emas, nodule, mangan, pasir besi, timah, lempung kaolin, dan pasir kuarsa; • Nilai ekonomi kegiatan pariwisata menyumbangkan 248 – 348 juta US. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah multiguna dan 14 sektor memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir. Pesisir sangat rentan terhadap perubahan lingkungan seperti abrasi dan penerima dampak dari daratan seperti deforestasi, erosi dan sedimentasi serta eutrofikasi. Wilayah pesisir saat ini mempunyai tingkat kerusakan biofisik mengkhawatirkan karena 42 terumbu karang rusak berat, 29 rusak, 23 baik dan 6 sangat baik, 40 mangrove telah rusak dan 40 gisik beach telah mengalami abrasi Pratikto, 2005.

2.2. Kebijakan Pembangunan Wilayah Pesisir