dan puluhan pohon besar tumbang. Angin tersebut terus menuju Tasikmalaya dan merusak puluhan rumah lainnya Ridha, 2007.
7.3.3.2. Gelombang Badai Pasang
Gelombang merupakan faktor fisik dominan di perairan Pantai Selatan pansela  Jawa Barat, karena sebagian besar perairan ini mempunyai tinggi
gelombang cukup besar di perairan lepas pantai yaitu antara 2-5 m, sehingga menghambat    budidaya perikanan dan berpotensi menimbulkan bahaya bagi
wisata pesisir. Berdasarkan sumbernya, gelombang di pantai selatan dapat dibedakan dari    jenis    gelombang    swell    gelombang rambat,  wind waves
gelombang  angin dan gelombang tinggi  yang terjadi akibat  super posisi  swell dan    wind wave  Latief, 2008.
Selain akibat superposisi  tersebut, fenomena gelombang badai pasang  dapat terjadi sewaktu-waktu pada lokasi tertentu
karena badai atau tiupan angin yang sangat kencang pada saat pasang di lautan fenomena meteorologi sering terjadi melanda pansela Ciamis Hadi, 2008.
7.3.3.3. Abrasi
Panjang garis pantai shoreline pesisir selatan provinsi Jawa Barat membentang dari  kabupaten  Ciamis sampai  dengan kabupaten Sukabumi
dengan panjang pantai sekitar 355 km.  Pengikisan gisik atau abrasi yang telah berlangsung selama 15 tahun terakhir telah meningkat antara kurun waktu 2001
sekitar 30,05 hatahun dan  pada tahun 2003 meningkat menjadi 35,35 hatahun Pengikisan pantai ini dijumpai di bagian Barat Pangandaran sepanjang 1 km
Puradimadja, 2007.
7.3.3.4. Erosi
Erosi yang dijumpai  di lokasi penelitian  adalah erosi permukaan yang terjadi akibat adanya  aliran air permukaan yang mengerosi material hasil
pelapukan. Jenis erosi lainnya adalah erosi sungai umumnya terjadi pada sungai- sungai besar yang mengalir di daerah timur Pesisir Selatan Jawa Barat. Erosi ini
umumnya secara alami terjadi pada sungai dengan morfologi tua dan salah satu cirinya adalah erosi mendatar melebar serta terjadi proses pendangkalan. Erosi
yang terjadi mengancam tebing sungai dan tanggul-tanggul yang dibuat, terutama pada alur sungai yang membelok kelokan sungai. Selain secara
alami, aktivitas manusia dapat pula mempercepat proses erosi tersebut. Aktivitas yang dapat mempercepat proses ini adalah pertambanganpenggalian bahan
bangunan pasir, kerikil, batukali. Aktivitas ini mempercepat arus sungai dan proses sedimentasi dengan cepat sehingga menambah laju erosi. Dalam
beberapa kasus aktivitas ini  membahayakan keberadaan infrastruktur yang berada di sungai seperti jembatan dan tanggul-tanggul
.
7.3.3.5. Gerakan Tanah
Salah satu jenis gerakan tanah yaitu  longsorkeruntuhan  tanah  land slide  kerap  terjadi  di  Ciamis yang  merupakan  daerah dengan pegunungan
terjal. Keruntuhan tanah ini sering  terjadi akibat faktor alam seperti curah hujan yang tinggi dan kegiatan manusia yang bersifat destruktif.  Ada beberapa faktor
penyebab tingginya potensi keruntuhan tanah di Jawa Barat Puradimaja, 2007: •
Banyaknya  batuan dari endapan gunung api  seperti lava  dengan tanah penutup yang tebal dan subur dimana air sering menumpang di atasnya,
tanah jenis ini terdapat di Ciamis Selatan. •
Antara September-MaretApril ditandai oleh curah hujan yang relatif tinggi yakni rata-rata 220-650 mmbulan  dan hujan harian pernah mencapai 92
mmhari. Kejadian tanah  runtuh  umumnya berlangsung pada musim hujan dan puncaknya pada Oktober-Januari yang dimulai dengan hujan lebih dari
dua hari berturut-turut dengan curah hujan harian berkisar antara 46-76 mm; •
Tata lahan di lereng atas, banyak ditanami jenis tanaman berakar kurang kuat seperti lahan basah sawah dan perladangan. Hal ini menyebabkan
tanah menjadi jenuh air sehingga sangat potensial terjadinya keruntuhan.
7.3.3.6. Gempa bumi
Perihal  gempa bumi  telah dijelaskan terdahulu merujuk kepada Hilman 2008.  Indonesia dan sekitarnya merupakan daerah yang memiliki konvergensi
lempeng yang sangat rumit, dimana terdiri dari subduksi,  collision,  back-arc thrusting,  back-arc and opening faults. Berdasarkan kondisi tersebut apabila
ditinjau dari sudut pandang geofisik, hal ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu daerah yang paling aktif di dunia  Latief, 2008, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 38. Tidak    kurang    dari    460    gempa bumi    dengan    magnitudo    M  4.0
terjadi  setiap tahunnya Hilman, 2008. Banyak diantara  gempa bumi  besar tersebut yang menimbulkan kerusakan serta jumlah korban sangat besar Latief,
2008. Banyak diantara  gempa bumi  dangkal yang besar yang terjadi di bawah laut membangkitkan tsunami berkekuatan besar. Dalam  Gambar 44, tampak
bahwa Indonesia berada pada kawasan rawan  gempa bumi, hal ini ditunjukkan dengan titik-titik merah sebagai catatan kejadian  gempa bumi  dengan
kedalaman  yang  relatif  dangkal,  selain  itu  juga  kawasan  Indonesia dipenuhi oleh titik hijau untuk gempa bumi kedalaman sedang serta titik biru untuk gempa
bumi dengan sumber gempa pada kedalaman yang relatif dalam.
Gambar 44. Tektonik lempeng Asia Tenggara termasuk Indonesia
Sumber : Hall,1997 dalam Bapeda Provinsi Jawa Barat, 2007.
Gambar 45 .
Plot Gempa bumi yang terjadi di Indonesia dari 1960-2000
Sumber : Triyoso dalam  Bapeda Provinsi Jawa Barat, 2007
Dari sudut pandang  geologi, Indonesia  ditempatkan  sebagai kawasan yang rawan  bencana  alam yang disebabkan oleh pergerakan dari lempeng-
lempeng bumi  yang dikenal sebagai subduksi subduction.  Pergerakan  ini diantaranya ada yang menujam dan dapat membangkitkan aktivitas vulkanik
sehingga  secara   keseluruhan  dapat  menyebabkan  rangkaian  bencana  alam gempa bumi, gunung merapi bahkan tsunami Puradimaja, 2007.
Gambar 46. Proses penunjaman lempeng subduction
Sumber : Bapeda Provinsi Jawa Barat, 2007
7.3.3.7. Tsunami
Tsunami adalah gelombang laut dengan periode panjang berupa gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut. Gangguan impulsif itu bisa
berupa  Gempa bumi  tektonik, erupsi vulkanik, atau longsorkeruntuhan land slide di dasar laut. Bencana   tsunami  yang  terjadi  di  Ciamis  mengakibatkan
terjadinya kerusakan besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada  Tabel  26. Tabel  26. Jenis sarana dan tingkat kerusakan di Ciamis  akibat  tsunami
No. Jenis sarana
Tingkat kerusakan Keterangan
Ringan Berathancur
1. Rumah
703 703
2. Sekolah
1 2
3. Hotelpenginapan
- 346
4. Perahu
- 229 unit
5. Alat tangkap ikan
- 947
6. Jalan
8.500 m
2
11.700 m
2
7. Jembatan
1 unit 5 unit
8. Sarana ibadah
3 12
9. Puskemas
- 1
10. Kantor pemerintah
- 41
11. Sawah
- 110 ha
Hancur 12.
Kebun -
27 ha Hancur
13. Pantai wisata
Pangandaran -
Rusak berat Sumber : KLH-UNEP-ITB. ESRI South Asia dan Almega Geosystems, 2006
Gambar 47. Pembangkitan tsunami oleh Gempa bumi tektonik dasar laut
Sumber : Latief 2008 Pusat Kajian Tsunami ITB
Gambar 48. Zona pembangkitan tsunami berdasarkan aktivitas seismik
Sumber : Latief 2008 Pusat Kajian Tsunami ITB
7.3.3.8. Banjir
Di daerah barat pesisir Selatan Jawa Barat daerah banjir hanya dijumpai disekitar sungai-sungai utama dan terjadi pada saat musim hujan. Kondisi yang
terjadi adalah debit air sungai melebihi volume maksimum kapasitas alur sungai. Biasanya banjir yang terjadi tidak berlangsung lama karena air cepat mengalir ke
daerah yang lebih rendah dan laut. Hal yang harus diwaspadai adalah adanya banjir bandang akibat perubahan lahan di daerah hulu.  berdasarkan  peta
prakiraan daerah potensi rawan banjir November-Desember, untuk wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007, yang terbilang tinggi tingkat potensi
banjirnya adalah daerah Bogor dan Ciamis. Memasuki Desember mendatang, daerah potensi rawan banjir yang termasuk tingkat potensi tinggi antara lain
Ciamis dan Indramayu. Besarnya sedimentasi pada aliran sungai utama mengakibatkan pendangkalan di daerah muara. Akibatnya semua aliran pada
anak sungai yang menginduk pada sungai utama tersebut ikut tertahan dan melimpah ke daerah sekitarnya Puradimaja, 2007.
7.3.3.9. Akresi
Perihal akresi telah dijelaskan terdahulu merujuk kepada Puradimaja 2007.  Majunya garis pantai  shoreline  terjadi akibat pendangkalan di muara
sungai, misalnya yang terjadi di Segara Anakan dan Teluk Tangkisan, Ciamis. Pendangkalan ini disebabkan oleh tingginya kandungan material yang
tersedimentasi. Material ini terdiri dari endapan aluvial dan aluvial pasiran yang berasal dari hasil erosi di bagian hulu. Selain dari tingginya material sedimentasi,
rendahnya gradien sungai serta melemahnya arus sungai di daerah muara mengakibatkan terjadinya banjir sungai. Pendangkalan yang terjadi karena
adanya banjir rutin dengan frekuensi yang cukup tinggi menghasilkan endapan limpah banjir setiap tahunnya dan berkembangnya muara sungai yang cukup
jauh kearah laut.
7.3.3.10. Intrusi Air Laut
Daerah pesisir Selatan secara umum masih merupakan daerah dengan tingkat kependudukan dan industri yang  rendah, kecuali pada beberapa lokasi
tertentu. Hal ini mengakibatkan pengambilan air tanah belum seintensif daerah pesisir pantai  utara Jawa Barat, sehingga intrusi air laut secara umum  relatif
belum terjadi. Kualitas air di muara yang bersifat payau merupakan kualitas alami air tanah daerah tersebut, mengingat daerah tersebut merupakan daerah pasang
surut dan ketersediaan air tanah sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Luasan pantai di sepanjang pesisir ini yang cenderung sempit, maka penggunaan air
tanah di sepanjang pesisir harus benar-benar diperhatikan untuk menghindari fenomena ini terjadi.
7.3.4. Aplikasi Metode  ISM dalam Studi Potensi Bencana  Alam Wilayah Pesisir Ciamis
Diskursus  terdahulu  dengan pakar menetapkan  bahwa  enam penyebab dan empat akibat bencana    yang sebagian besar memiliki keterkaitan,
seluruhnya dinilai sebagai sepuluh elemen bencana alam yang berpeluang besar terjadi di  Kabupaten  Ciamis, yaitu  gempa  bumi, tsunami,  abrasi,  gelombang
badai pasang,  angin kencangputing  beliung,  gerakan  tanah  jenis  longsor keruntuhan  land slide,  banjir,  erosi,   intrusi  air  laut,  dan  akresi.
Analisis ISM untuk Kabupaten Ciamis dalam aplikasi MKP2B2MB dimulai dengan  input  hubungan antarelemen  seperti  yang dapat dilihat pada  Gambar
49. Hasil penelitian mengenai tingkat level sub elemen potensi bencana alam di Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Gambar 50.
Gambar 49.  Contoh input hubungan antarelemen metode ISM dalam program MKP2B2MB untuk Kabupaten Ciamis
Gambar 50. Tingkat level sub elemen potensi bencana di Kabupaten Ciamis