Pendahuluan STUDI POTENSI BENCANA ALAM DI WILAYAH PESISIR JAWA BARAT
Identifikasi potensi bencana alam disamping potensi sumberdaya alam merupakan salah satu aspek penting dalam pertimbangan perumusan kebijakan
pengembangan wilayah. Dengan memahami potensi bencana alam yang mungkin terjadi maka langkah preventif proaktif dan kesiapsiagaan sebelum
terjadinya bencana, serta langkah penanggulangan ketika terjadi bencana, dan langkah pemulihan setelah terjadi bencana dapat dimasukkan dalam rumusan
kebijakan pengembangan wilayah. Sejauh ini, identifikasi potensi bencana alam di kawasan pesisir belum dilakukan secara komprehensif. Hal ini terbukti dalam
kebijakan pengembangan wilayah pesisir yang pada umumnya belum berdasarkan pada mitigasi bencana Forum Mitigasi Bencana, 2007. Penelitian
tahap ini bertujuan untuk mengetahui jenis bencana alam yang berpotensi terjadi di pesisir, dengan mengambil kasus pantai utara pantura di Kabupaten
Indramayu dan pantai selatan pansela di Kabupaten Ciamis.
7.2.
Model Analisis Potensi Bencana Alam di Wilayah Pesisir Provinsi Jawa Barat
Model analisis sumber potensi bencana digunakan untuk menentukan potensi bencana dengan menggunakan metode interpretrative structural
modelling ISM. Untuk itu perlu ditentukan dahulu elemen pembentuk ISM, yaitu jenis bencana yang potensial terjadi di pesisir pantura dan pansela, serta
menentukan keterkaitan pengaruh antara masing-masing elemen tersebut melalui diskursus dengan para pakar VAXO.
Gambar 35. Garis besar alat analisis ISM
Sumber : Saxena dalam Marimin 2005 Penentuan elemen pembentuk ISM
Penilaian ISM berdasarkan nilai VAXO Proses Pembentukan SSIM dan RM rata-rata
Proses Revisi SSIM dan RM rata-rata Hasil ISM :
SSIM dan RM final, Lokasi kuadran masing-masing elemen dan Elemen kunci
Selanjutnya menetapkan hubungan kontekstual antarelemen dan menyusun structural selfinteraction matrix SSIM dan reachability matrix RM.
Setelah RM diperoleh, bencana yang paling potensial untuk pantura dan pansela akan dapat ditetapkan. Secara garis besar metode ISM Saxena dalam Marimin,
2005 dapat dilihat pada Gambar 35. Metode ISM yang berbasis komputer ini digunakan untuk membantu
mengidentifikasi hubungan antara ide dan struktur tetap pada isu yang kompleks. Tahapan ISM antara lain: inisialisasi pakar, elemen, dan data antarelemen,
agregasi model, dan penentuan elemen driver power sumber bencana. Sumber potensi bencana ditentukan berdasarkan elemen yang mempunyai driver- power
tertinggi dan dependence terendah Marimin, 2005. Data sumber potensi bencana merupakan basis data yang dirancang
berkaitan dengan penentuan driver power dari penyebab potensi bencana yang diolah pada model sumber potensi bencana. Data tersebut terdiri dari data pakar
tentang sumber potensi bencana, dan pendapat pakar mengenai hubungan kontekstual antarsumber potensi bencana sesuai dengan teknik yang digunakan
pada model ini yaitu ISM. Marimin 2005 menyebutkan bahwa hubungan kontekstual antarelemen dalam hal ini sumber potensi bencana berupa label V,
A, X, dan O dengan pengertian : V : Jika sumber potensi pertama mempengaruhilebih penting
dari sumber potensi ke dua A : Jika sumber potensi ke dua mempengaruhilebih penting
dari sumber potensi pertama X : Jika sumber potensi pertama dan sumber potensi ke dua
sama sama mempengaruhisama penting O : Jika tidak ada hubungan kontekstual diantara kedua sumber
potensi bencana Setelah elemen disusun berdasarkan VAXO tersebut, ditetapkan
hubungan kontekstual antarsubelemen dan dilanjutkan menyusun structural self interaction matrix SSIM. Tabel reachability matrix dihasilkan setelah
dilakukan pengecekan dengan transivity, agar diketahui adanya hubungan antarsub elemen. Hasil revisi SSIM dan matriks yang memenuhi aturan transivity
diolah guna menetapkan pilihan berjenjang dan diklasifikasikan dalam 4 sektor dengan matrik Marimin, 2005 seperti pada Gambar 36:
Sektor 1 Weak driver–weak dependent variable autonomous. Variabel sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem
Sektor 2 Weak driver–strongly dependent variable dependent. Variabel sektor ini merupakan variabel tidak bebas.
Sektor 3 Strong driver–strongly dependent variable linkage. Hubungan antarvariabel tidak stabil.
Sektor 4 Strong driver – weak dependent variable independent. Variabel sektor ini merupakan variabel bebas.
DDDD
Gambar 36. Matrik driver power-dependence dalam analisis ISM
Sumber : Marimin 2005
Adapun langkah penyusunan model terlihat seperti pada Gambar 37 berikut ini :
Gambar 37. Diagram alir model sumber potensi bencana
Sumber : Diolah dari Marimin 2005