50 Data sekunder diperoleh dari instansi terkait Bappenas, BNPB,
Departemen. Pekerjaan Umum, Departemen Kelautan dan Perikanan, LIPI, Bapeda Provinsi Jawa Barat, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat,
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, dan Satkorlak PBBPBD Provinsi Jawa Barat dalam bentuk peraturan perundangan. Adapun jenis dan
sumber data dalam penelitian ini secara lengkap disajikan pada Tabel 2.
3.2.2. Metode Pengumpulan Data
Dalam tahap implementasi rancangan, diperlukan data yang akurat sehingga dapat dilaksanakan validasi model dengan metode triangulasi
triangulation methods yaitu penelusuran datainformasi dari tiga sisi, yaitu: 1 melalui studi literatur, 2 melalui observasi lapangan, dan 3 melalui kuisioner
survey pakar expert survey methods. Penggunaan ketiga metode ini dapat
saling melengkapi complementary informasi yang dibutuhkan sehingga dalam menangkap realitas masalah lebih bisa diandalkan Eriyatno dan Sofyar, 2007.
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain: peta tematik baik dalam bentuk digital maupun hard copy, yang memuat land use, land cover, dan
topografi serta risiko bencana. Sedangkan alat yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain: software Model Kebijakan Pengembangan Wilayah
Pesisir yang Berkelanjutan dan Berperspektif Mitigasi Bencana MKP2BMB, serta personal computer dan scanner. Untuk merekam peristiwa penting akan
digunakan camera dan video recorder.
3.2.3. Metode Analisis Data
Persoalan yang dihadapi dalam model arahan kebijakan pengembangan wilayah pesisir yang berkelanjutan dan berperspektif mitigasi bencana sangat
kompleks, dinamis, dan probabilistik. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan permodelan. Menurut Eriyatno 2007 dan Marimin 2007 langkah-langkah
dalam permodelan meliputi:
o Rekayasa model, meliputi jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,
dan membuat model konseptual; o
Membuat kerangka analisis Gambar 19 o
Menentukan alat analisis, terdiri dari 5 metode yaitu pengetahuan berbasis manajemen sistem KBMS, gabungan AHP dan SWOT ASWOT,
permodelan interpretasi struktural ISM, perbandingan eksponensial MPE, dan analisis proses berjenjang AHP;
51 o
Merumuskan arahan kebijakan; o
Menentukan pakar dan membuat jadwal penelitian.
Gambar 19. Kerangka analisis Adapun model yang dirancang diberi nama KP2B2MB Gambar 20.
Gambar 20. Konfigurasi model arahan kebijakan pengembangan wilayah pesisir yang berkelanjutan dan berperspektif mitigasi bencana KP2B2MB
Faktor Sustainable Development dan Mitigation
Strategi yang diusulkan : Pro Growth, Pro Job, Pro Poor dan Pro Mitigation
Strategi Pem bangunan : Pro Growth, Pro Job dan Pro Poor
Identifikasi Upaya Mitigasi
dan Efektifitas Keberhasilan
ISM - MPE
Identifikasi Potensi
Bencana Alam di
Wilayah Pesisir
ISM
Identifikasi Potensi
Pengemban gan Wilayah
Pesisir
SWOT + AHP
Evaluasi Implementasi
Kebijakan Pengembang
Wilayah Pesisir
KBMS
Alternatif Kebijakan
Pengem Wil Pesisir Lanjutan
Berperspektif
Mitig Bencana AHP
Kebijakan Pengembangan Wilayah Pesisir yang Berkelanjutan dan berperspektif Mitigasi Bencana dengan karakteristik Pantura dan Panselat Pulau Jawa
INDIKATOR MKP2B2MB
Sub Model Kajian Efektivitas dan Penentuan
Mitigasi Bencana Sub Model Potensi
Bencana Alam di Wilayah Pesisir
Sub Model Evaluasi Implementasi Kebijakan
Wilayah Pesisir
KONSEP
• Pembangunan
Berkelanjutan •
Pengembangan Wilayah Pesisir
• Pengurangan
Risiko Bencana
Mekanisme Inferensi
Sistem Pengolahan Terpusat
Kebijakan Pengembangan Wilayah
Sub Model Alternatif Kebijakan Pengembangan
Wilayah Pesisir yang Berkelanjutan dan
Berperspektif Mitigasi Sub Model Identifikasi
Potensi Pengembangan Wilayah Pesisir
Data Identifikasi Potensi Pengembangan Wilayah
Pesisir Data Identifikasi Potensi
Bencana Alam di Wilayah Pesisir
Data Evaluasi Implementasi Kebijakan
Wilayah Pesisir
Data Kajian Efektivitas dan Penentuan Mitigasi
Bencana Alam di Wilayah Pesisir
Alternatif Kebijakan Pengembangan Wilayah
Pesisir Berkelanjutan perperspektif Mitigasi
52 Kelima metode yang dipergunakan sebagai alat analisis tersebut yaitu:
• Pengetahuan berbasis manajemen sistem KBMS, adalah pengalihan
pengetahuan knowledge sharing pakar kepada peneliti melalui dialog dengan bantuan teknik komputer Marimin, 2007. Hasilnya berupa lampiran kerja
working sheet disimpan dalam mesin inferensi inference engine sebagai pencari solusi. Komponen basis pengetahuan dalam KBMS selain dapat
direpresentasikan dengan pengetahuan statik declarative knowledge, bisa juga direpresentasikan dengan pengetahuan dinamik procedural knowledge,
yaitu representasi menggunakan kaidah produksi dan representasi logika. Teknik berbasis kaidahaturan rule base yaitu teknik pengembangan yang
menggunakan pernyataan-pernyataan IF premis pernyataan dan THEN aksikesimpulan
• Gabungan AHP dan SWOT ASWOT untuk mengidentifikasi potensi
pengembangan wilayah pesisir. SWOT Humprey, 1960 menentukan faktor internal kekuatan dan peluang dan faktor eksternal kelemahan dan
ancaman yang akan menjadi elemen faktor dalam struktur berjenjang AHP. AHP Saaty, 1993 menentukan prioritas kebijakan dengan menangkap secara
rasional persepsi stakeholder, kemudian mengkonversi faktor-faktor yang tidak terukur intangible menjadi faktor-faktor terukur tangible sehingga dapat
dibandingkan. Penggunaan kedua metode tersebut SWOT dan AHP yang selanjutnya disebut ASWOT, dimaksudkan untuk penelusuran permasalahan
secara bertahap dan membantu pengambilan keputusan dalam memilih strategi terbaik
• Permodelan interpretasi struktural ISM untuk mengidentifikasi potensi
bencana alam di wilayah pesisir dan upaya mitigasi bencana. Metode ISM Marimin, 2007 yang berbasis komputer ini digunakan untuk membantu
mengidentifikasi hubungan antara ide dan struktur tetap pada isu yang kompleks. Tahapan ISM antara lain: inisialisasi pakar, elemen, dan data
antarelemen, agregasi model, dan penentuan elemen driver power sumber bencana. Sumber potensi bencana ditentukan berdasarkan elemen yang
mempunyai driver- power tertinggi dan dependence terendah. Diawali dengan menentukan elemen pembentuk ISM, yaitu jenis bencana yang potensial terjadi
dan upaya mitigasinya serta menentukan keterkaitan pengaruh antarelemen
53 melalui diskursus dengan para pakar VAXO. Selanjutnya menetapkan
hubungan kontekstual antarelemen dan menyusun matriks SSIM dan RM sehingga menemukan elemen kunci.
• Metode perbandingan eksponensial MPE untuk menentukan bentuk mitigasi
bencana paling efektif, yaitu kesesuaian dengan kriteria pelaksanaan di lapangan. MPE Maarif dan Tanjung, 2003 merupakan salah satu metode
pengambilan keputusan yang mengkuantitaskan pendapat seseorang atau lebih dalam skala tertentu. Penilaian yang diberikan dalam hal ini telah
ditetapkan sebelumnya. Skor item label penilaian kriteria yang digunakan dibagi ke dalam 3 tiga level skala yaitu tinggi T, sedang S, dan rendah R.
Hal yang sangat penting dalam metode ini adalah penentuan bobot dari setiap kriteria yang ada. Kemampuan dari orang yang memberikan judgement
sangat berpengaruh terhadap validitas hasil dari metode keputusan ini. •
Analisis proses berjenjang AHP seperti penjelasan diatas untuk memilih alternatif kebijakan dan merumuskan arahan kebijakan pengembangan
wilayah pesisir berkelanjutan berperspektif mitigasi bencana. Prinsip dasar penyelesaian persoalan dengan metode AHP adalah decomposition,
comparative judgement, synthesis of priority, dan logical consistency. Teknik komparasi berpasangan yang digunakan dalam AHP dilakukan dengan
wawancara langsung terhadap responden. Responden bisa seorang ahli atau bukan, tetapi terlibat dan mengenal baik permasalahan tersebut. Jika
responden merupakan kelompok, maka seluruh anggota diusahakan memberikan pendapat judgement.
Kelima metode tersebut dikemas dalam model kebijakan pengembangan wilayah pesisir berkelanjutan berperspektif mitigasi bencana disingkat
MKP2B2MB Gambar 21.
54
Gambar 21. Halaman pertama program aplikasi MKP2B2MB dengan lima model dan alat analisis yang berbeda.
3.3. Batasan Penelitian