Perilaku Makan Komunitas Burung pemakan buah di Panaruban, Subang ekologi makan dan penyebaran biji tumbuhan semak

24

2.4.3.3 Nutrisi Buah

Menurut Corlett 1996, komponen utama karakteristik 153 spesies buah 30 tumbuhan buah berdaging didominasi buah-buahan berbiji tunggal di Hongkong. Buah-buahan tersebut mempunyai lapisan daging buah yang banyak mengandung air, lemak, karbohidrat dan berbiji banyak. Dari 58 spesies tumbuhan yang banyak mengandung karbohidrat menunjukkan bahwa burung pemakan buah memakan buah yang mengandung banyak hexosa, sementara mamalia memakan buah yang mengandung banyak hexosa dan sukrosa di Hongkong Ko et al. 1998; Corlett 1998b. Menurut Cipollini 2000 metabolit sekunder membantu lebih dari satu fungsi adaptasi buah berdaging untuk dipilih sebagai pakan oleh burung. Buah Ficus spp. termasuk jenis pakan yang sering dimakan oleh burung. Walaupun buah tersebut memiliki kandungan serat yang tinggi dan nilai nutrisi yang rendah Corlett 1998b. Di Hongkong, 8 spesies tumbuhan buah memiliki kisaran kandungan nutrisi dalam daging buahnya yang hampir sama, yaitu 45-71 total larutan karbohidrat, 9-25 serat, 2-11 protein dan 1-6 lemak Corlett 1996. Beberapa burung pemakan buah sangat tergantung kebutuhan hidupnya pada ketersediaan buah Ficus spp. seperti Merpati hijau dan Rangkong. Kandungan nutrisi buah Ficus spp diduga telah mencukupi kebutuhan burung-burung tadi Kinnaird 1992.

2.5 Perilaku Makan

Berdasarkan terminologi, perilaku makan terdiri dari serangkaian aktivitas makan yang dimulai dari mencari makanan, menangani sampai dengan memakannya menelan. Hewan termasuk burung dalam menangani makanannya dilakukan dengan berbagai cara. Sebagai contoh, makanan diambil kemudian ditelan langsung atau diputar-putar bahkan dibanting-banting terlebih dahulu sebelum dimakan, jika makanan tersebut masih hidup seperti ikan, katak dan ular Welty Baptista 1988; Huntingford 1984. Burung pemakan buah juga bervariasi dalam cara penanganan makanannya. Sebagai contoh, Rangkong akan mengapit buah di antara paruhnya dalam waktu 2-4 25 detik, kemudian dilemparkan ke atas, lalu ditangkap oleh paruhnya dan langsung ditelan Suryadi 1994. Betet jawa menangani buah dengan cara dipegang oleh kakinya, kemudian buah digaruk dan disobek kulit buahnya serta dimakan sebagian- sebagian daging buahnya jika ukuran buah besar Partasasmita 1998. Buah yang ditelan secara keseluruhan oleh burung berpotensi disebarkan bijinya, sedangkan buah yang dimakan sebagian-sebagian cenderung kurang berpotensi disebar bijinya Wheelwright 1991.

2.5.1 Waktu Aktivitas Makan

Aktivitas makan hewan diurnal dimulai pada pagi hari sampai sore hari menjelang tidur. Burung melakukan aktivitas terbang pada umumnya bersifat bimodal, pagi hari meningkat kemudian pada siang hari menurun dan meningkat kembali pada sore hari. Fluktuasi tersebut ada hubungannya dengan kebutuhan makanan oleh burung Marsden 1995, sedang tinggi rendahnya frekuensi aktivitas makan diduga dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan perubahan intensitas cahaya matahari Smith 1990. Pada pagi hari hewan berusaha untuk makan sebanyak- banyaknya dan energi yang diperoleh pada pagi hari dipergunakan untuk aktivitas siang dan sore hari. Aktivitas makan meningkat pada sore hari diduga sebagai strategi untuk tetap mempunyai energi pada malam hari Marsden 1995. Pemilihan waktu aktivitas makan dipengaruhi juga oleh ketersediaan makanan, kesesuaian tempat, ada tidaknya pesaing dan predator Krebs Davis 1978. Burung pemakan buah memiliki cara-cara tertentu dalam melakukan aktivitas makan, yaitu dengan mengambil buah sambil bertengger dekat dengan tandan buah, cara ini paling sering dipergunakan. Menurut Jordano 1992, 2000 burung pemakan buah mempunyai empat strategi manuver terbang yang berbeda untuk mengambil makanan dari tempat tenggerannya, yaitu pertama berhenti hovering, metode ini digunakan oleh kelompok burung bondol manakins, sikatan flycatchers dan Thraupidae; kedua memperlambat stalling, dipakai oleh luntur trogons; ketiga menyambar swooping dan memperlambat stalling, memetik buah sambil terus bergerak dari satu tenggeran ke tenggeran yang lain, metoda ini digunakan oleh 26 kebanyakan familia Cotingidae; dan keempat mengambil buah dari tenggeran sambil berjalan memilih dan menggapai buah, kadang-kadang sambil menggantung hanging di dahan. Dua strategi pertama merupakan strategi yang paling umum digunakan burung pemakan buah.

2.5.2 Preferensi Makan

Setiap organisme untuk melangsungkan kehidupannya memerlukan makanan. Setiap makanan yang dimakan oleh hewan dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek kualitatif dan kuantitatif. Aspek kuantitatif mencakup kelimpahannya di habitat dan aspek kualitatif meliputi ukuran, warna, palatabilitas, nilai gizi dan kemudahan dicerna Krebs Davis 1978. Preferensi terhadap jenis pakan tertentu diduga dipengaruhi oleh warna, berat dan besar ukuran pakan, kelimpahan jenis pakan, dan kandungan nutrisinya. Pada burung yang berperan menentukan pola hidup dan jenis pakannya adalah ukuran tubuh, bentuk paruh dan sistem pencernaannya Wiens 1992. Hubungan antara jenis makanan yang dikonsumsi oleh berbagai jenis burung dengan ketersediaannya di lingkungan dapat memperlihatkan fenomena pengalihan preferensi. Misalnya, apabila ketersediaan suatu jenis pakan di lingkungan rendah, maka penggunaan jenis pakan itu relatif rendah tidak menampakkan preferensi, tetapi apabila ketersediaannya meningkat, maka hewan akan memperlihatkan preferensi yang tinggi terhadap jenis pakan tersebut Smith 1990. Seleksi pakan oleh hewan termasuk burung adalah merupakan strategi dalam mengoptimalkan perolehan energi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Huntingford 1984; Krebs Davis 1978. Semakin selektif pakan yang dimakan, maka waktu untuk mencari pakan tersebut akan semakin lama Wheelwright 1991. Lamanya aktivitas makan burung akan menunjukkan kuantitas perolehan makanan. Semakin lama burung melakukan aktivitas makan di tumbuhan pakan, maka akan semakin banyak buah yang dimakan. Strategi tersebut sebagai bentuk mengoptimalkan perolehan sumberdaya pakan Krebs Davis 1978. Menurut Wheelwright 1991 burung pemakan buah harus tetap berada di tumbuhan pakan 27 hingga kenyang. Selain itu juga diduga bahwa lamanya kunjungan di tempat makan akan meningkatkan perolehan pakan oleh burung.

2.6 Interaksi Burung dan Tumbuhan Buah