122
citrina , Jalak tunggir-merah Scissirostrum dubium, burung Kacamata biasa
Zosterops palpebrosus, Ayam hutan merah Gallus gallus dan familia Columbidae Lampiran 12-13. Penangkapan burung sering dilakukan dengan
jerat atau jaring. Pemasangan jerat dilakukan di setiap tipe vegetasi, sedangkan pemasangan jaring dilakukan di hutan sekunder, namun burung digiring dari tipe
vegetasi KT
5
dan KT
10
. Gangguan
pada ketiga
lokasi penelitian dari manusia selain sebagai tempat berburu binatang, akibat kebijakan pemerintah yang menaikan harga minyak
tanah, sehingga banyak penduduk sekitar lokasi penelitian yang beralih mencari kayu bakar untuk kebutuhan hidupnya. Hampir setiap hari tipe vegetasi terutama
di KT
10
sering dijadikan tempat mencari kayu bakar Tabel 3, Lampiran 28. Setiap hari berkisar antara 15-25 orang pencari kayu bakar mengambil berbagai
tumbuhan dan 10-15 orang mengambil rumput untuk sapi dan domba di lokasi KT
10
dan hutan sekunder, baik mengambil ranting tumbuhan maupun menebang batangnya. Selain itu, beberapa penduduk sering menggunakan daerah KT
10
sebagai tempat mencari benalu teh dan tanaman obat lainnya seperti tumbuhan Sulibra Cinchona sucirubra serta tumbuhan pakis untuk media tanaman
anggrek.
6.2 Komunitas Burung Pemakan Buah
Komposisi burung pemakan buah pada tiga tipe vegetasi tampak menunjukkan peningkatan sesuai dengan tingkat usia suksesi Gambar 19.
Namum secara secara umum jumlah spesies pada KT
10
lebih rendah dibanding dua lokasi yang lainnya. Perubahan ini terjadi karena pada KT
10
, tumbuhan semak dibagian petak-petak kebun teh semakin berkurang Tabel 3, Gambar 16,
Lampiran 21 28, sehingga jumlah spesies burung pemakan serangga menurun. Akan tetapi terjadi peningkatan jumlah spesies burung pemakan buah lebih
dikarenakan kehadiran pohon-pohon tinggi di KT
10
Gambar 17 yang dapat digunakan oleh burung pengguna tajuk pohon seperti Ptilinopus, Macropygia dan
Megalaima Lampiran 32.
Selain itu, perubahan komposisi burung karena beberapa spesies burung ada yang lebih menyukai daerah terbuka dengan lapisan semak yang rapat, tetapi
123
sebagian lagi lebih cenderung menggunakan tegakan tumbuhan yang lebih tinggi. Perubahan suksesi vegetasi berdampak pula pada jumlah spesies burung
berdasarkan guild Tabel 3. Kelompok burung semak guild insektivora cenderung menurun sedangkan guild frugivora meningkat Lampiran 12 13.
Hal ini karena pada beberapa burung insektivora terutama yang sangat sensitif kehadiran pengganggu sangat dibutuhkan ketersediaan lapisan semak yang lebih
rapat untuk mencari makan maupun berlindung. Peningkatan komunitas burung pemakan buah di habitat suksesi tidak
terlepas juga pada sebaran dari tumbuhan buah pakannya. Beberapa spesies tumbuhan yang buahnya berpotensi sebagai makanan burung tidak selalu terdapat
di berbagai lokasi Lampiran 31-33. Habitat yang lebih lengkap menyediakan berbagai spesies tumbuhan buah maka mendorong meningkatnya jumlah spesies
burung pemakan buah yang menempatinya. Hal ini tampak pada hutan sekunder yang selain banyak ditumbuhi oleh tumbuhan semak juga terdapat pohon yang
buahnya dapat dimakan burung Lampiran 33. Selain itu, burung pemakan buah pengguna tajuk pohon hadir di hutan sekunder karena habitat tersebut
menyediakan tempat untuk bertenggeran dan aktivitas lain dari burung tersebut
6.3. Karakteristik Morfologi Burung Pemakan Buah